Kamis, 13 Februari 2014

Rizal Ramli Bisa Menjadi “Energi Positif” Buat Parpol yang Mengusungnya

[RR1online]:
KITA pasti semua tahu, bahwa saat ini pandangan rakyat sudah sangat cenderung negatif terhadap Partai Politik (Parpol), terutama parpol yang berada di satu “dapur” (koalisi) dengan pemerintah (penguasa) saat ini.

Pandangan negatif itu muncul tentunya adalah karena sebagai akibat dari ulah dan perilaku para elit parpol itu sendiri, seakan negara ini adalah menjadi hak milik mereka sendiri.

Yakni dengan sangat nampak hanya lebih memburu kepentingaan dan “keuntungan” diri mereka masing-masing, hingga membuat kondisi negara dan bangsa kita pun bisa seburuk seperti saat ini. Lihat saja ekonomi terpuruk, nilai Rupiah terkapar, utang negara yang menggunung, defisit anggaran negara yang makin minus, kewibawaan negara yang kian kerdil di mata negara luar, korupsi merajalela, dan lain sebagainya.

Kondisi seperti itulah yang membuat rakyat memandang negatif terhadap parpol penguasa beserta koalisinya saat ini.

Perilaku para elit parpol bisa “sejelek” seperti sekarang, itu tentunya karena disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya, boleh karena para ketua umumnya tidak memiliki ketegasan dan wawasan kebangsaan, dan mungkin juga karena ketua umumnya memang tidak punya kemampuan “mengelola” parpol sebagaimana yang diharapkan rakyat.

Selain itu, boleh jadi juga karena moral ketua umumnya yang pada dasarnya memang sudah rusak (munafik dan mungkin gemar membohongi rakyat). Sehingganya, para kadernya pun sangat sulit untuk “dilarang” dalam berbuat “kerusakan”.

Lalu, ketika telah diketahui bahwa parpolnya saja tak bisa dikelola dan sangat sulit dibawa ke jalan yang “benar”,  maka apakah kita (rakyat) kemudian harus percaya dan memberikan dukungan kepada ketua umum parpol tersebut  untuk menjadi seorang presiden…??? Sungguh sebuah kebodohan yang sangat luaaarrr biasa jika hal ini akan terjadi dan dilakukan oleh rakyat…!!!

Memang ada juga parpol yang tidak lagi mengusung ketua umumnya untuk dicalonkan sebagai presiden, ketua umum parpol tersebut hanya merekomendasikan sejumlah orang untuk maju menjadi capres. Tetapi orang-orang yang direkomendasi itu tentulah adalah orang-orang “pilihan” menurut selera ketua umum parpol bersangkutan, yakni adalah orang yang diyakini bisa menjamin “hidup” ketua umum parpol tersebut jika kelak orang yang direkomendasikan itu berhasil terpilih sebagai presiden. Termasuk menjamin keselamatan ketua umum beserta petinggi parpol tersebut untuk tidak disentuh hukum meski mungkin diduga pernah melakukan sejumlah “kejahatan”.

Beberapa paragraf tersebut di atas adalah secuil kondisi riil, bahwa betapa sejauh ini sebetulnya parpol penguasa beserta koalisinya masih belum bisa membangun parpolnya sendiri secara bersih, dan belum mampu mengelola parpolnya menjadi parpol sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat.

Lalu parpol mana saja yang bisa dipercaya saat ini? Atau apa saja yang bisa dilakukan oleh para parpol yang telah terlanjur dipandang negatif oleh rakyat…??

Sebenarnya masih ada sejumlah parpol koalisi (di Senayan) yang berpeluang menjadi parpol yang bersih dan dapat kembali diminati oleh rakyat, sekaligus menghilangkan pandangan negatif rakyat terhadap parpol mereka. Yakni, salah satunya dengan cara menghilangkan “kultur” yang sering mengultuskan ketua umumnya secara sangat berlebih-lebihan, namun sesungguhnya penuh kepura-puraan.

Mengultuskan ketua umum yang berhasil membuat parpolnya menjadi parpol yang bersih, dan selalu mampu secara tegas memperjuangkan kepentingan rakyat, maka tentulah itu tidak jadi masalah. Bahkan ketua umum seperti itu wajib untuk bisa dikultuskan dan diupayakan sekuat tenaga agar dapat menjadi seorang pemimpin negara.

Tetapi sebaliknya, jika seorang ketua umum hanya bisa menjadikan partainya sebagai parpol “kotor”, pun hanya bisa menjadikan partainya sebagai parpol “pemburu kekuasaan atau penjilat penguasa korup”, maka tentulah sangat tak patut untuk dikultuskan apalagi dimajukan sebagai calon presiden. Bahkan ketua umum seperti ini tidak wajib untuk diikuti seleranya. Tetapi jika toh tetap dipaksakan, maka negara diyakini akan ikut menjadi kotor dan rusak.

Sebab, ketua umum belum tentu adalah kader terbaik parpol. Boleh jadi kemunculannya sebagai ketua umum hanya karena kebetulan punya posisi strategis, atau juga karena hanya dipengaruhi oleh banyaknya uang dan kekayaan materi yang dimilikinya. Buktinya tidak sedikit orang yang bisa tampil sebagai ketua umum parpol karena berhasil menduduki kursi presiden, wakil presiden, dan paling tidak sebagai menteri.

Artinya, nanti ketika seseorang menjadi presiden, wakil presiden, atau jadi menteri, barulah ada parpol yang tertarik memilihnya atau bahkan orang tersebut yang berambisi untuk menjadi ketua umum. Tahu kan siapa-siapa orang tersebut..?

Sejauh ini hanya ada satu orang yang tulen yang memang sebelumnya sudah sebagai ketua umum hingga kemudian berhasil menjadi wakil presiden, lalu sukses menduduki kursi presiden, yakni ibu Megawati Soekarnoputri. Namun meski begitu, partai yang dipimpin oleh pendekar wanita ini masih kerap dinodai oleh ulah kotor sejumlah oknum kadernya.

Kembali mengenai sejumlah parpol koalisi, yang sejauh ini terlanjur dipandang negatif oleh sebagian besar rakyat akibat dari kondisi ekonomi negeri yang jauh dari yang diharapkan. Sekali lagi, sebetulnya parpol tersebut masih berpeluang untuk menjadi parpol yang diminati oleh rakyat, sekaligus sangat memungkinkan menjadi pemenang dalam Pemilu. Yakni dengan mengusung sosok dari luar partai, bukan ketua umum mereka. Alasannya tentu seperti yang telah saya kemukakan di atas, yaitu para ketua umum sejauh ini belum berhasil membawa parpol masing-masing ke “jalan atau ke tempat” sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat, apalagi untuk membawa negara ini.

Para parpol hendaknya harus jujur menyadari, bahwa sejauh ini rakyat berpandangan negatif karna sangat tidak puas dan amat kecewa dengan kinerja parpol koalisi. Sehingga jika para parpol  ini tetap ngotot memajukan ketua umumnya sebagai capres, atau memaksakan diri mengikuti selera ketua umum masing-masing, maka rakyat akan meninggalkan parpol tersebut.

Dalam kondisi yang sangat sempit karena telah mendekati gelaran Pemilu, maka sangat mustahil bagi para parpol koalisi untuk bisa melakukan bersih-bersih dan menghindari pandangan negatif rakyat.

Tetapi apabila parpol benar-benar serius ingin keluar dari pandangan negatif tersebut, maka ada cara yang tak keliru untuk segera ditempuh oleh para parpol ini. Yaitu, menjadi parpol pengusung sosok independen dari luar partai (bukan kader) untuk dijadikan capres.

Langkah dan cara ini memang sulit dan tidak lazim dilakukan, tetapi inilah jalan menuju perubahan  yang mendasar. Dengan berani mengusung sosok independen, maka parpol dengan sendirinya akan menjadi “pusat perhatian dan pusat perbincangan” di tengah-tengah masyarakat.

Terlebih jika sosok yang diusung sebagai capres tersebut adalah sosok yang benar-benar memiliki kemampuan berupa integritas serta rekam jejak kemandirian dan pengabdian yang tinggi, maka dipastikan sosok itu akan membawa energi positif bagi parpol yang mengusungnya.

Memang ada sejumlah sosok independen yang layak diusung oleh parpol untuk dimajukan sebagai capres. Salah satunya yang sangat menonjol adalah DR. Rizal Ramli.

Rizal Ramli memang bukanlah sosok sempurna, sama dengan sosok lainnya yang juga disebut-sebut akan maju dalam pilpres 2014. Artinya, semua sosok yang akan maju bertarung dalam pilpres tentulah tidak ada yang sempurna. Pastilah semuanya ada kelemahan, juga ada kekurang masing-masing.

Namun ketika mengetahui kondisi dan persoalan bangsa saat ini, di mana masih sangat dililit oleh masalah-masalah ekonomi yang amat berat, maka tentunya rakyat sangat mendambakan seorang ekonom senior seperti Rizal Ramli agar dapat dilahirkan sebagai pemimpin negeri guna mengatasi masalah-masalah ekonomi negara kita saat ini.

Terlebih ketika memang diketahui, bahwa persoalan ekonomi bangsa ke depan sudah pasti akan jauh lebih sulit lagi dalam hal mengatasinya, maka sangatlah tidak masuk akal kiranya apabila para parpol hanya mendukung dan mengusung sosok yang tidak memahami atau tidak menguasai jujus-jurus ampuh di bidang ekonomi.

Singkat kata, ketika Rizal Ramli diusung sebagai capres lalu disosialisasikan secara menyeluruh, serentak dan keroyokan di seluruh wilayah tanah air. Yakni dengan menyebut bahwa Rizal Ramli adalah satu-satunya capres dari kalangan independen yang sengaja direkrut sebagai capres karena keahlinya di bidang ekonomi yang telah berdedikasi tinggi dan telah berpengalaman di tingkat nasional maupun internasional, sehingga diyakini mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi, maka di saat itu rakyat pun akan serentak memandang positif parpol mana saja yang mengusung sosok seperti Rizal Ramli tersebut (asal jangan parpol biang korup).

Artikel ini tidak akan berarti apa-apa bagi parpol yang arogan dan egois dalam nafsunya untuk meraih kekuasaan demi kepuasan kelompoknya saja. Tetapi saya yakin, artikel ini bisa menjadikan kualitas kecerdasan dan daya kesadaran rakyat jadi meninggi, yang pada akhirnya akan menjadi mimpi buruk yang panjang bagi para parpol yang hanya pandai berucap manis tetapi bukti dan hasilnya sangat pahit. Mengajak untuk tidak korupsi, tetapi di belakangan kenyataannya malah “merampok” uang rakyat. Ibarat penjual obat jerawat yang sangat amat pandai menawarkan jualannya, tetapi wajahnya sendiri malah ketahuan dipenuhi dengan jerawat.

SALAM PERUBAHAN 2014…!!!
-------------
Sumber: KOMPASIANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar