[RR1online]:
AJARAN Trisakti sebagai cita-cita Presiden Soekarno terpaksa kandas setelah rezim Orde Baru (Orba) berhasil menduduki kekuasaan di negeri ini, dan bahkan boleh dikata lumpuh pada era Pemerintahan SBY.
Namun pada Pemilu tahun 2014 kali ini, ajaran Bapak Proklamator Indonesia itu akan sangat berpeluang untuk dihidupkan dan dijalankan kembali. Sebab, anak biologis Presiden pertama Republik Indonesia itu, Megawati Soekarnoputri, berhasil membawa dan menempatkan partai yang dinakhodainya (PDIP) ke papan teratas sebagai partai pemenang Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 ini.
Sehingga itu, saat ini sesungguhnya tidaklah sulit bagi Megawati Soekarnoputri jika ingin serius membangkitkan kembali ajaran dari sang Ayah tersebut. Asal saja tidak terjebak dalam politik dagang sapi yang justru kelak akan menjerumuskan PDIP untuk dijauhi oleh wong cilik karena dinilai telah mengkhianati cita-cita Bung Karno. Sehingganya, mumpung ada kesempatan menghidupkan Trisakti, maka hidupkanlah untuk rakyat!
Sebab di mata publik, PDIP boleh dikata adalah parpol yang untuk sementara ini masih bisa lebih diunggulkan daripada parpol lainnya. Terlebih karena jelang Pileg dan Pemilu Presiden (Pilpres) ini, sosok Joko Widodo (Jokowi) sebagai kader terbaik PDIP tiba-tiba berhasil melejitkan namanya ke tingkat popularitas paling tinggi hingga sangat sulit ditandingi oleh seluruh nama-nama bakal Capres yang ada di parpol lainnya.
Kiranya dari situlah, Megawati Soekarnoputri kemudian memberi mandat kepada Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai petugas partai agar dapat tampil sebagai Capres PDIP yang akan dimajukan pada Pilpres 2014 ini.
Lalu siapa Cawapres yang dinilai cocok untuk diduetkan dengan Jokowi?
Tjahjo Kumolo selaku Sekjen DPP PDIP telah merilis “kriteria” sosok Cawapres yang dinilai cocok mendampingi Jokowi pada Pilpres 2014 mendatang.
Yakni, PDI-Perjuangan menegaskan bahwa capres dan cawapres merupakan satu kesatuan kepemimpinan nasional. Kepemimpinan nasional yang diusung merupakan kepemimpinan Trisakti yang memiliki komitmen besar terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI serta mendedikasikan hidupnya untuk rakyat.
Memdalami penegasan yang menjadi “kriteria umum” sebagaimana yang dirilis oleh Sekjen Tjahjo seperti tersebut di atas, adalah sangat jelas menekankan dua “unsur” penting yang harus dipenuhi oleh pasangan calon (Capres-Cawapres) yang akan diusung PDIP.
Yaitu, pertama, mampu menjalankan kepemimpinan Trisakti; kedua, punya komitmen besar terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI serta mendedikasikan hidupnya untuk rakyat.
Penegasan yang disampaikan Sekjen Tjahjo tersebut, sama sekali tidak menekankan Cawapres harus berasal dari parpol koalisi, juga tidaklah mengharuskan Cawapres berusia muda maupun tua. Dan menurut saya, itu memang tak perlu dipersoalkan. Sebab, yang penting pasangan calon harus benar-benar dapat “dijamin” mampu menunaikan dua unsur dari penegasan yang menjadi “kriteria” tersebut di atas.
Lalu pertanyaannya kemudian, apakah Jokowi sudah bisa “dijamin” seorang diri mampu menunaikan ajaran Trisakti, Pancasila, UUD 1945, dan lain sebagainya tersebut? Jawabnya, tentu saja: tidak!
Olehnya itu, Jokowi harus didampingi oleh Cawapres yang dinilai jelas-jelas memiliki “bobot” dan karakter seperti yang ditekankan oleh Sekjen Tjahjo dalam penegasannya tersebut. Siapakah sosok yang dimaksud?
Begini. Jika memang betul-betul ingin konsisten dengan kriteria yang menjadi penegasan tersebut, dan benar-benar ingin menjalankan serta mewujudkan ajaran Trisakti secara murni dan konsekuen, maka sosok yang dimaksud adalah Dr. Rizal Ramli.
Sebab, dari semua nama bakal Cawapres PDIP yang disebut-sebut sejauh ini, Rizal Ramli adalah yang paling mendekati disebut sebagai sosok penganut sejati ajaran Trisakti sejak dahulu kala.
Rizal Ramli juga dinilai sangat konsisten terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI serta telah banyak memperlihatkan dedikasinya melalui perjuangan dan pergerakannya dalam membela hak-hak serta kepentingan wong cilik meski jabatan maupun nyawanya harus ia pertaruhkan.
Bukan cuma itu, Rizal Ramli juga sangat cocok sebagai Cawapres PDIP karena dinilai lebih bisa “dijamin” dapat membuat Jokowi merasa nyaman dalam bekerja. Sebab selama ini, ia tumbuh dan besar sebagai seorang tokoh nasional bukan dari lingkungan partai tertentu. Sehingga, tentunya ia bisa dipastikan tidak akan memiliki kepentingan politik yang besar selain hanya fokus kepada terlaksananya ajaran Trisakti tersebut secara utuh tanpa embel-embel politik.
Ketenangan dan kenyamanan sebagai pemimpin dalam bekerja memang sangat diperlukan. Sebab, di akhir jabatannya, SBY dipastikan sangat banyak meninggalkan PR yang sangat berat untuk Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Pilpres 9 Juli 2014 mendatang. Terutama sekali adalah masalah penataan dan pengelolaan ekonomi-keuangan negara. Di mana utang luar negeri saat ini telah mencapai Rp.3.000-an Triliun; defisit APBN yang terus-terus mengalami minus dengan angka yang sangat tinggi; bahan-bahan kebutuhan pokok rakyat yang lebih banyak dilakukan melalui impor; dan masih banyak lagi masalah-masalah lainnya yang tercecer dan berserakan di sana-sini.
Dan diyakini, Jokowi nantinya sebagai Presiden hanya akan mampu membenahi semua permasalahan tersebut di atas apabila Wakil Presidennya adalah Rizal Ramli yang memang sejauh ini dikenal sebagai Ekonom Senior penganut ekonomi konstitusi.
Kepiawaian dan integritas Rizal Ramli tentunya tidak akan dapat dilihat jika hanya menggunakan kacamata politik yang sangat cenderung subjektif.
Kualitas pemikiran serta kredibilitas Rizal Ramli yang penuh dengan gagasan perubahan, hanya dapat dilihat dengan menggunakan kacamata hati (batin). Dan salah satu negarawan besar yang mampu melihat kemampuan Rizal Ramli tersebut adalah (Presiden Alm. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur). Presiden Gus Dur selalu menjadikan Rizal Ramli sebagai ujung tombak dalam mengatasi setiap persoalan rumit di bidang ekonomi. Baik ketika Rizal Ramli menjabat sebagai Kabulog, Menko Perekonomian, maupun ketika menjabat Menteri Keuangan. Dan kini, Rizal Ramli masih aktif sebagai salah satu anggota Dewan Penasehat Ekonomi di badan dunia PBB.
Sehingganya, saat ini bukan lagi waktunya untuk “tawar-menawar” jabatan hanya demi memuaskan nafsu kekuasaan politik belaka, melainkan rakyat saat ini amat butuh lahirnya pasangan pemimpin (Presiden-Wakil Presiden) yang dinilai benar-benar telah menjiwai ajaran Trisakti, yakni sosok yang berani dan “sakti” (pandai-ahli) dalam menyelesaikan tugas-tugas bangsa dan negara.
Olehnya itu, sebagaimana “kriteria” yang menjadi penegasan dari PDIP yang mengharapkan sebuah kepemimpinan Trisakti yang memiliki komitmen besar terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI serta mendedikasikan hidupnya untuk rakyat. Dan juga sebagaimana pernyataan dari Sekjen Tjahjo yang mengimbau kepada semua pihak untuk dapat memberi saran dan masukan seputar pasangan calon Capres yang dinilai cocok, maka dengan ini saya mengajukan usulan pasangan calon yang saya sebut: “WIRASAKTI= jokoWI rizal RAmli triSAKTI”, tentunya dengan tanpa mengenyampingkan seluruh pertimbangan dan asas manfaat untuk kemajuan serta perubahan di negeri tercinta ini.
Adapun yang mendasari pemikiran saya memunculkan istilah (Wirasakti) tersebut, adalah mengingat “ruh” ajaran Trisakti di dalam jiwa Jokowi dan Rizal Ramli sesungguhnya tak perlu diragukan lagi karena keduanya adalah “anak” ideologis Presiden Soekarno. Artinya, keduanya boleh dikata selama ini telah tumbuh dan dibesarkan dari pemahaman jernih ajaran Trisakti, yang tentu saja saat ini memiliki bobot sebagai seorang “wira” (pemberani) dan “sakti” (yang mampu karena ahli) dalam bertindak demi rakyat.
Dan ini bisa dilihat dari “karakter” asli Rizal Ramli yang memang sejak dulu (saat masih kuliah) telah berani dengan tegas melawan otoriter rezim Orba. Hingga kini, perlawanannya dalam membela hak-hak rakyat tak pernah surut sedikit pun meski dulu harus dibui, rela dicopot dari jabatannya sebagai komisaris utama di salah satu BUMN lantaran menentang kebijakan kenaikan harga BBM. Dan semua itu tentunya adalah sebuah panggilan mulia dari seorang anak bangsa dalam mendedikasikan hidupnya untuk rakyat.
Namun apabila pasangan “WIRASAKTI” ini tak jua bisa dimajukan pada Pilpres 2014 ini, maka PDIP besar kemungkinan telah terjebak dalam “deal-deal” kepentingan politik dari sejumlah parpol yang akan berkoalisi dengan PDIP, di mana dari pengalaman sepanjang 10 tahun ini parpol koalisi tersebut tidaklah pernah berpikir sedikit pun untuk mewujudkan Trisakti.
Semoga saran ini bermanfaat untuk kemajuan serta kejayaan bangsa dan negara tercinta ini...!!! Amin.
SALAM PERUBAHAN...!!!!
--------------------
Sumber: KOMPASIANA