Jumat, 31 Januari 2014

Farhat Abbas "Sindir" SBY?

[RR1online]:
BETAPA amat banyak “kicauan” Farhat Abbas yang bertebaran di Twitter. Dan meski banyak yang menarik, namun selama ini tidak satupun tertarik untuk saya tanggapi. Tetapi tiba-tiba, saya merasa suka, dan bahkan sangat menyukai sebuah “kicauan” yang sempat di-tweet oleh Sang Pengacara yang saat ini sedang mengalami gangguan dalam kehidupan rumah tangganya.

“Nyanyian bagusmu jangan dibuat rusak oleh cerita busukmu,” demikian kicauan Farhat Abbas di akun Twitternya itu, beberapa waktu lalu.

Sesaat setelah membaca tweet tersebut, di benak saya bertanya-tanya: siapa gerangan yang dimaksud oleh Farhat Abbas dalam statusnya itu? Atau kepada siapa ia tujukan tweet tersebut?

Saya kemudian “membedah” tweet itu dan mencoba menerka-nerka dengan memetik dua kata dari tweet tersebut, yakni kata: “Nyanyian” dan “Cerita”. Lalu saya menghubungkan dengan “suasana bathin” yang sedang dialami oleh Farhat.

Setelah sejenak menelusuri, maka ada dua “suasana bathin” yang saya temui dari Farhat. Yakni, pertama, ia sedang bersemangat “memperjuangkan” dirinya untuk juga bisa tampil sebagai sosok yang bisa menandingi popularitas Jokowi, JK, Prabowo, Rizal Ramli, Megawati, Surya Paloh, Rhoma Irama dan lain sebagainya untuk jadi Capres 2014. Sebab, tak jarang tweetnya memakai hash-tag “AkuIndonesia”.

Dan yang kedua, mungkin suasana bathin Farhat Abbas saat ini sedang “galau” karena menghadapi gugatan cerai dari istrinya, Nia Daniati.

Suasana bathin yang pertama kemudian saya kaitkan dengan kondisi riil Indonesia secara umum yang kini sedang siap-siap menggelar Pemilu. Apalagi tahun ini memang telah “disepakati” sebagai tahun politik, sekaligus tahun penentuan.

Dan dari beberapa suasana tersebut di atas, nampaknya saya sudah bisa menebak siapa yang dimaksud atau kepada siapa tweet tersebut diarahkan. Dan sungguh mencengangkan, jika Jokowi bisa disebut “Raja Blusukan” (Raja adalah= senang), JK “Raja Donor”, Prabowo “Raja Berkuda”, Rizal Ramli “Raja Ekonomi”, Megawati “Ratu Mimbar”, Surya Paloh “Raja Media”, dan Rhoma Irama “Raja Dangdut”, maka Farhat Abbas adalah “Raja Tweet”. Mengapa…???

Karena nampaknya Farhat Abbas mampu membuat satu tweet (kicauan seperti di atas) tetapi bisa “menyindir” (mengenai) dua sosok sekaligus, serta tetap pula bisa mewakili dan memenuhi dua “suasana bathinnya” tersebut.

Kedua orang itu kemungkinan besar adalah Presiden SBY, dan juga Nia Daniati (istri yang menggugatnya cerai).

Dua kata (Nyanyian dan Cerita) dari Farhat Abbas itu sangat mendekati kedua orang tersebut, yakni SBY dan Nia Daniati. Karena kedua-duanya adalah seorang “penyanyi”. SBY bisa kita sebut juga sebagai “penyanyi”, karena memang sejumlah album lagu sudah berhasil diorbitkannya, dan SBY pula sudah berhasil menuangkan “Ceritanya” ke dalam sejumlah buku, buku terakhir bahkan menceritakan tentang dirinya.

Lalu bagaimana menyinkronkan kalimat: “Nyanyian Bagusmu” dan “Cerita Busukmu” dari tweet Farhat Abbas itu terhadap kedua orang tersebut?

Mudah saja. Yuk kita intip artikel Saudara Syafril Sjofyan di Kompasiana yang berjudul: “SBY Memang “Pintar””. Dalam artikel tersebut dituliskan: “…Dia (SBY) berusaha membersihkan dirinya melalui buku menurut versi pribadi (subjektif), yang isinya lebih banyak pembelaan diri.”

Mantan aktivis mahasiswa 77/78 ini nampaknya telah “membedah” sejumlah buku SBY, sehingga ia harus menanggapi sekaligus meluruskan “sejarah” yang mungkin dianggapnya sebuah “kebusukan” ataupun “kebohongan” yang telah dituangkan oleh SBY ke dalam buku-bukunya.

Pernyataan SBY ini jelas kebohongan. Rakyat tahu dan media jadi saksi Rizal Ramli dilengserkan atau dipaksa turun sebagai Komisaris BUMN setelah memimpin demo besar-besaran anti kenaikan BBM di tahun 2008 bersama Rieke Diah Pitaloka, dan aktivis buruh Said Iqbal. Rizal Ramli dilengserkan dari Komisaris BUMN melalui rapat luar biasa pemegang saham. Bukan keluar seperti diceritakan SBY dalam bukunya,” demikian yang ditulis mantan aktivis mahasiswa 77/78 itu.

Di bagian lain dalam artikel tersebut, Syafril Sjofyan yang juga selaku Broadcaster itu menyebutkan: “…Ucapan dan kata-katanya (SBY) sarat kebohongan soal kemiskinan, mau ditembak teroris, dikudeta padahal hanya kegiatan kritisi rakyat tanpa ada militer bersenjata.

Dari referensi tersebut, maka sosok yang “disindir” Fathat Abbas dalam tweetnya: “Nyanyian bagus…..cerita busuk” itu selain mungkin adalah Niadaniati, sepertinya dan boleh jadi juga adalah Presiden SBY.

Untuk Bung Farhat Abbas, maaf kalau “tebakan” saya keliru…!!! Sampai itu, judul artikel ini saya beri tanda tanya (?)
SALAM PERUBAHAN 2014...!!!!
--------------
Sumber: KOMPASIANA

Kamis, 30 Januari 2014

Ini Alasan Sejumlah Aktivis Mahasiswa dan Beberapa LSM Dukung RR1 Layak Capres 2014

DR.Rizal Ramli selaku balon Capres 2014 saat tampil dalam Debat-Publik di Medan yang digelar Komite Konvensi  Rakyat

[RR1online] :
KOMITE Konvensi Rakyat saat ini sedang menggodok 7 (tujuh) sosok yang telah ditetapkan sebagai Capres 2014. Dalam penetapannya, ketujuh sosok tersebut sebelumnya sudah melalui proses seleksi administrasi yang diikuti berbagai pertimbangan, salah satunya adalah meneliti rekam jejak seluruh pendaftar yang telah memasukkan berkas, beberapa waktu lalu. Selain itu, Komite juga tentunya mencari tahu dan menelusuri apakah calon peserta benar-benar mendapatkan aspirasi dari bawah (rakyat).

Ketujuh Capres 2014 versi Konvensi Rakyat tersebut masing-masing secara berurut adalah: DR. Rizal Ramli (Mantan Menko Perekonomian), Isran Noor (Bupati Kutai Timur-juga Ketua DPD Partai Demokrat di daerahnya); Sofyan Saury Siregar (Rektor Islamic University of Europe Rotterdam-Belanda); Anni Iwasaki (aktivis perempuan Indonesia di Jepang); Ricky Sutanto (pengusaha sukses papan atas); Tony Ardi (mantan aktivis); dan Yusril Ihza Mahendra (mantan Menkum HAM).

Dan sejauh ini, ketujuh peserta Konvensi Rakyat tersebut sedang menjalani tahap “penempaan” melalui kegiatan Debat Publik yang digelar oleh Komite di beberapa kota besar di tanah air. Yakni: Surabaya (5 Januari 2014), Medan (19 Januari 2014), Balikpapan (2 Februari 2014), Makassar (16 Februari 2014), Bandung (2 Maret 2014), dan terakhir di Jakarta (9 Maret 2014).

Khusus Debat Publik yang telah dilangsungkan di Medan, seluruh kandidat Capres 2014 Konvensi Rakyat nampak sangat antusias memaparkan pandangan, visi-misi, maupun gagasannya di hadapan panelis serta para pendukung masing-masing.

Ada hal menarik dari Debat Publik yang dilaksanakan di Gedung Medan International Convention Center (MICC), Medan, pada Ahad (19 Januari 2014) tersebut. Yakni, di antara sekian banyak pendukung yang memadati gedung yang terletak di Jalan Gagak Hitam/Ring Road-Medan itu, terdapat pendukung DR. Rizal Ramli (RR1) nampak sangat kompak dengan memakai kaos seragam putih bergambar wajah Rizal Ramli, dan bertuliskan: DR. Rizal Ramli Presiden Rakyat.

Di sana ada mahasiswa bernama Adin bersama rekannya sesama mahasiswa yang juga aktif selaku aktivis dalam BEM di kampus masing-masing. Mereka tentu saja tidak asal menetapkan dukungannya kepada DR. Rizal Ramli selaku Capres 2014 versi Konvensi Rakyat itu. "Dr. @RamliRizal yang bisa membawa Indonesia lebih baik dan lebih baik lagi di tahun 2014-2019," tulis Adin dalam tweetnya, sekaligus mengunggah foto bareng dengan DR. Rizal Ramli saat Konvensi Rakyat di Medan pada akun Twetter miliknya.

Artinya, Adin bersama sejumlah mahasiswa tersebut sudah pasti punya alasan yang sama dengan para aktivis lainnya (buruh, antikorupsi dan lain sebagainya), tentang mengapa harus (hanya) mendukung Rizal Ramli untuk dapat dipilih sebagai Pemimpin pada Pilpres 2014 mendatang.

Alasan para mahasiswa tersebut, menurut saya (selaku aktivis antikorupsi), Rizal Ramli memang sangat patut didukung secara terang-terangan dan sepenuh hati di antaranya adalah karena :

1. Rizal Ramli adalah satu-satunya tokoh nasional yang paling giat dan konsisten memperjuangkan tercapainya perubahan pro-rakyat (dari dulu) tanpa membawa atribut partai politik tertentu. Artinya, Rizal Ramli selama ini berjuang sendiri secara independen secara murni dan benar-benar untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan parpol tertentu.

2. Rizal Ramli juga bisa muncul sebagai Capres seperti saat ini, adalah karena benar-benar merupakan aspirasi dari rakyat (bukan karena hasil rekayasa partai),

3. Rizal Ramli adalah sosok yang sangat hebat, yang mampu memiliki nama besar selaku tokoh nasional adalah benar-benar karena diawali dari bawah atau dimulai (dari start) di “nol kilometer”. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan sebagian besar tokoh-tokoh parpol lainnya yang bisa mendapatkan nama besar di antaranya karena “pengaruh” orangtua (dan mertua) serta uang atau harta yang dimilikinya sejak dulu. Bahkan ada beberapa tokoh yang masih dalam kandungan ibunya memang sudah berstatus sebagai orang kaya-raya. Dan ini sangat berbeda dengan Rizal Ramli yang sudah menjadi anak yatim-piatu sejak berusia 6 tahun, dan cuma berasal dari keluarga yang cukup sederhana.

4. Di antara semua figur yang juga disebut-sebut akan maju sebagai capres 2014, hanya Rizal Ramli satu-satunya sosok yang benar-benar ahli dalam bidang ekonomi. Karena selain memang sebagai Ekonom Senior (Doktor Ekonomi) yang pernah menjabat sebagai Kabulog, Rizal Ramli juga pernah menjabat dua posisi menteri secara berturut-turut, yakni Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan. Bukankah selama ini rakyat (dan negara) kita memang sedang (masih) mengalami kesulitan ekonomi yang sangat berat...???

5. Rizal Ramli telah terbukti adalah sosok pemberani. Yakni saat sebagai aktivis mahasiswa, ia pernah dengan gigih tampil di barisan terdepan melawan dan menentang rezim pemerintahan Orde Baru yang dinilainya korup, sampai-sampai ia kemudian terpaksa dijebloskan ke dalam penjara. Sehingga itu, kiranya tak perlu lagi ditanyai : mengapa hingga sekarang ia (RR1) tetap berani melawan rezim yang sedang berkuasa saat ini..?!!

6. Rizal Ramli benar-benar adalah sosok inspiratif dan tauladan untuk kemajuan anak bangsa (terutama generasi muda). Artinya, di saat perkembangan era globalisasi yang sangat pesat dengan muatan-muatan yang cenderung menyeret “generasi muda” ke arah kehidupan negatif, terutama dalam bentuk “budaya dan teknologi” yang sulit dihindari seperti saat ini, maka tentu Rizal Ramli dapat menjadi sosok inspiratif dan tauladan bagi generasi muda.Sebab, meski memiliki kehidupan yang sangat susah dengan dipenuhi “penderitaan yang teramat pedih”, toh Rizal Ramli nyatanya mampu (berhasil) melalui kehidupannya tersebut secara penuh kemandirian.

7. Rizal Ramli memang bukanlah seorang dewa atau malaikat. Tetapi secara intuisi, Rizal Ramli adalah termasuk sosok yang nampaknya diberkahi “langsung” oleh Tuhan berupa kekuatan hati dan pikiran yang amat besar. Dan berkah inilah yang menjadi “kompas” penuntun langkah Rizal Ramli selama ini meski tak didampingi lagi kedua orangtuanya sejak dulu karena telah berpulang ke Sang Maha Pencipta. Kalau bukan karena diberkahi dan dilindungi langsung oleh Tuhan, apalagi namanya..??? Jadi hendaknya kita bisa membedakan mana orang yang bisa sukses karena pengaruh orangtua (mertua), kekayaan melimpah; dan mana orang yang mampu sukses karena memang atas kemandirian dan “campur-tangan langsung” dari Tuhan.

Sehingga itu, dari semua alasan tersebut di atas, maka tidaklah keliru jika Mahasiswa, para aktivis sosial seperti Buruh, Pegiat Antikorupsi, juga dengan Abang Bentor, Pengemudi Taksi beserta angkutan umum, pedagang Kaki Lima, Petani, Nelayan, Kaum Intelek serta Cendekiawan, dan lain seluruhnya, kini merasa patut bersatu padu mendukung sosok Rizal Ramli untuk dapat “dilahirkan” sebagai Pemimpin (minimal sebagai Wakil Presiden) pada Pilpres 2014, sebab RR1 diyakini benar-benar mampu mengangkat derajat ekonomi bangsa setinggi-tingginya.

SALAM PERUBAHAN 2014...!!!
-------

Rabu, 29 Januari 2014

Ini Semua Tentang Ideologi SBY (Bukan Soal Kampanye Hitam)

[RR1online]
Pada 2004, SBY menentukan arah ideologi bangsa yang ia nahkodai menuju ke neoliberalisme. Hal ini terwujud dengan diangkatnya para teknokrat penganut pasar bebas menjadi para menteri perekonomian. Pada saat yang sama SBY tidak jadi memasukkan DR Rizal Ramli ke dalam tim ekonomi tersebut oleh karena terdapat penolakan dari para kubu pasar bebas, seperti: Marie Elka Pangestu dan Sri Mulyani (dengan Boediono berada di belakangnya sebagai mentor mereka). Di sini Rizal Ramli telah dikhianati (atau didustai) oleh sahabatnya sesama pejuang Reformasi (SBY merupakan salah satu tokoh militer yang berkonspirasi menjatuhkan Suharto pada 1998). Mereka berdua, SBY dan Rizal Ramli, adalah “teman lama”, sudah sejak 1978.

Pada saat 1978 itu Rizal Ramli merupakan pimpinan dari mahasiswa penentang Orde Baru (bersama Ir. Abdulrachim, Indro Tjahyono, Heri Achmadi, Irzadi Mirwan, dll) sedangkan SBY merupakan kapten dari pasukan bersenjata yang ikut menduduki kampus ITB selama 3 bulan.

Jika Rizal Ramli dan kawan-kawan seperjuangannya mengkonsep sebuah sistem Perubahan sebagai alternatif dari Orde Baru, secara kontradiktif kapten SBY merupakan salah satu perwira yang melakukan represi terhadap para mahasiswa dan dosen di kampus ITB 1978 (baru 20 tahun kemudian SBY sadar perjuangan Rizal Ramli sejak dulu benar adanya).

Sudah menjadi takdir, bahwa SBY sejak muda tidak pernah berideologi (karena menjadi sekrup sistem pendindasan pemerintahan otoriter Orde Baru), sedangkan Rizal Ramli sudah sejak sangat muda memiliki ideologi yang menginginkan perubahan sistem ekonomi. Maka wajar jika kemudian Rizal Ramli tidak ikut dalam kabinet pemerintahan neoliberal yang sudah berjalan lebih dari sembilan tahun bersama SBY ini.

Dan dikarenakan munculnya Skandal Bank Century pada 2008, hubungan SBY dan Rizal Ramli menjadi semakin pelik. Rizal Ramli sudah terkenal semenjak mahasiswa tidak pernah ragu menentang ketidak adilan (lewat Gerakan Anti Kebodohan 1977-1978) dan korupsi (keluarga Suharto). Maka Skandal Bank Century juga menjadi sasaran kritisisme doktor ekonomi lulusan Universitas Boston, Amerika Serikat, ini. Skandal Century sejatinya memang olah pikir Boediono, tentu dengan sepengetahuan penuh dari SBY (karena Sri Mulyani –yang mengaku dibohongi Boediono- berkali-kali melapor ke SBY, yang sedang berada di Amerika Serikat, soal rencana bailout Bank sakit ini). Jika tidak ingin dikatakan sebagai gratifikasi, ia bisa dikatakan upeti politik dari kaum monetaris kepada SBY.

Krisis keuangan 2008 dikatakan (dengan berbagai teori dari kalangan ini, Gubernur Bank Indonesia, Boediono) mengancam perekonomian Indonesia, padahal kenyataannya tidak pernah terjadi. Hal ini dijadikan alasan bagi para kriminalis kerah putih semacam Boediono, yang sudah bermasalah sejak BLBI 1997-1998, Bank Mandiri 2002, dan Bank Century 2008-2009, untuk memberi upeti bagi perpanjangan masa jabatan SBY.

Bank Indover yang katanya bangkrut, dicoba oleh Boediono untuk dibail-out namun digagalkan oleh ketua KPK non-aktif, Antasari Azhar (yang kemudian dikriminilisasi dengan rekayasa tingkat tinggi). Setelah Antasari masuk bui, maka Boediono pun lebih leluasa memilih bank bocor untuk dijadikan “ATM” untuk pengadaan upeti politik. Targetnya kali ini adalah Bank Century, yang memang sejak penggabungannya bermasalah.

Uang dalam jumlah besar pun keluar dari Bank Indonesia masuk ke Bank Century, yang anehnya terjadi dalam selang waktu yang berjarak cukup lama (sejak 2008 hingga 2009). Kalaupun benar, aliran uang haram ini seharusnya tercatat pada log book di Bank Indonesia- tentu dapat diketahui jika KPK merminat memperdalam kasus bocornya Bank yang kini berganti nama menjadi Bank Mutiara ini.

Dan karena runtut waktunya bersamaan dengan pelaksanaan Pemilu dan Pilpres 2009, logikanya aksi kejahatan korporasi ini berhubungan dengan pendanaan tim sukses pemenangan SBY pada 2009. Itulah mengapa SBY begitu reaksioner begitu Rizal Ramli coba menjelaskan suatu analisis yang sangat masuk akal menyangkut hubungan antara kejadian ekonomi-politik dalam Skandal (pembobolan) Bank Century- hingga somasi pun melayang darinya belum lama ini.

Karena jasanya membobol Bank Century, Boediono pun, dengan restu (.alm) Widjoyo Nitisastro –bosnya geng neoliberal- dijadikan SBY sebagai wakilnya pada pilpres 2009, menggeser seluruh 9 orang cawapres yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Partai Koalisi. Setelah SBY menang pada 2009, yang kabarnya dilakukan dengan manipulasi peralatan IT KPU (di mana Antasari Azhar sebenarnya juga sudah mengetahuinya).

Akhirnya Boediono lah yang bukan merupakan politisi, melainkan seorang mantan banker Bank of America di era 1960-an akhir, dapat melaju menjadi wakil presiden Republik Indonesia pada 2009. Boediono pun menjadi wakil presiden pertama yang merupakan generasi penerus dari “mafia Berkeley” (merupakan generasi teknokrat, yang menurut John Perkins dalam buku The Economic Hitman, yang memimpin dengan senjata).

Dengan memilih seorang wakil Presiden seorang neolib –yang sangat memalukan, yang bersangkutan sering berlagak nasionalis secara simbolik (dengan mengunjungi Ende tempat Bung Karno dibuang tahun 1930-an, dsb)- maka SBY sudah semakin kehilangan kendali atas perekonomian bangsa yang sedang berlangsung di hadapannya. Apalagi kemudian diangkat seorang menteri koordinator perekonomian yang kurang mumpuni, yaitu besan SBY sendiri.

Menjadi sangat lumrah jika kemudian bangsa Indonesia melaju semakin jauh meninggalkan perekonomian konstitusi seperti yang dikehendaki Rizal Ramli, namun malah tenggelam dalam neoliberalisme: pintu masuk dari penjajahan gaya baru (neokolonialisme).

Di bawah SBY (Boediono), sebagian angka makro ekonomi cukup baik, meskipun masih didera oleh quarto deficit,  namun ketimpangan yang dilukiskan dengan indeks gini semakin tajam. Apa yang dilakukan oleh SBY dan Boediono selama memimpin hanya berupaya melanggengkan “penjajahan” tersebut. Karena kondisi “terjajah” dapat diwakilkan dengan kemiskinan. Sederhananya: jika dalam Negara sekaya Indonesia ternyata masih terdapat 100-an juta rakyat yang berpenghasilan di bawah Rp 12.000/bulan, maka jelas rakyatnya sejatinya masih terjajah.

Rizal Ramli adalah ekonom kelas internasional (menjadi penasehat panel ahli di UNDP, badan di Perserikatan Bangsa Bangsa, bersama tiga orang peraih Nobel Ekonomi) yang menganut paham ekonomi konstitusi, berseberangan dengan paham ekonomi neoliberalisme jenderal SBY dan Boediono.

Jika coba diingat lagi: pada saat berada dalam kabinet Gus Dur 1999-2001, Rizal Ramli cukup memberikan terapi kejut pada lembaga internasional simbol neoliberal seperti IMF, dengan berhasil memaksakan lembaga donor mengikuti poin-poin LoI yang diusulkan oleh Indonesia (yang pada masa SBY hanya bisa melunasi utangnya). Bahkan, jika tidak Gus Dur dilengserkan pada 2001 oleh SBY dan kelompoknya, maka Freeport sudah dapat direnegosiasi untuk pertama kalinya di bawah kepemimpinan menteri Rizal Ramli (yang pada masa SBY-Boediono sampai detik ini Freeport tentu tidak dapat tersentuh).

Jelas, yang menjadi masalah di sini bukanlah soal kampanye hitam seperti kekhawatiran SBY belum lama ini (28/01/2014), tetapi adalah paham atau ideologi ekonomi yang SBY anut. SBY sudah terlampau jauh meninggalkan perekonomian konstitusi dalam 9 tahun belakangan, mengingkari amanat suci the founding fathers. Oleh karena itu yang dibutuhkan oleh Indonesia ke depan (2014-2019) bukanlah lagi seorang jenderal yang gampang disetir oleh kepentingan asing seperti SBY, tetapi adalah seorang ekonom konstitusi seperti Rizal Ramli.
------------
Sumber: KOMPASIANA

Akil Akui Pemenang Sengketa Pemilukada Jatim 2013 adalah Khofifah

[RR1online]:
MANTAN Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar nampaknya mulai "siuman". Melalui pengacaranya, Otto Hasibuan, Akil mengungkapkan sebuah keterangan menyangkut sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Kepala Daerah Jatim 2013 yang beberapa waktu lalu telah mengukuhkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) sebagai pemenang Pilkada Jawa Timur 2013.

Akil mengungkapkan, bahwa putusan yang memenangkan KarSa tersebut sebenarnya tidak sesuai proses perjalanannya. Sebab, pemenang sesungguhnya dalam Pilkada Jatim 2013 itu sebenarnya adalah pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (Berkah), bukan KarSa.

Menurut Akil Moctar melalui Kuasa Hukumnya (Otto Hasibuan) menjelaskan, bahwa putusan terhadap kemenangan Khofifah-Herman itu bahkan sudah diputuskan 7 hari sebelum amar putusan dibacakan MK pada 7 Oktober 2013.

"Jadi keputusan MK itu sebenarnya sudah ada 7 hari sebelum amar putusan. Dan itu Pak Akil menegaskan bahwa Bu Khofifah dan Pak Herman yang menang. Tapi ini tiba-tiba putusannya incumbent yang menang," kata Akil melalui pengacaranya Otto Hasibuan di kantor KPK, Jakarta, Selasa (28/1/2014). Dilansir tribunnews.

Pada 2 Oktober 2013, jelas Otto, Akil ditangkap KPK karena kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah 2013. Padahal, amar putusan PHPU Jatim belum dibacakan, sementara dia adalah Ketua Panel PHPU tersebut.

"Pak Akil Ketua Panel, putusan 7 hari sebelum dibacakan sudah ada, tapi pascaditangkap Pak Akil itu tiba-tiba pihak sana (KarSa) yang menang. Ini ada apa?" kata Otto.

Untuk itu, ungkap Otto lagi, Akil mengirim surat ke MK. Isinya meminta klarifikasi kepada para hakim konstitusi lain, kenapa putusan itu tiba-tiba berubah. "Jadi tadi Pak Akil minta kepada saya untuk menyurati MK, menglarifikasi masalah tersebut," ujarnya.

Dalam amar putusannya, MK memerkuat keputusan KPUD Jatim yang menetapkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih untuk Provinsi Jatim periode 2013-2018.

Ketua KPUD Jatim Andry Dewanto A sendiri telah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam penyidikan dugaan suao penanganan sengketa Pemilukada di MK, beberapa waktu lalu.

Sebagaimana juga pernah diberitakan, selain Ketua KPUD Jatim, Sekjen dan Bendahara Umum Partai Golkar juga pernah diperiksa KPK yang disinyalir juga terkait dugaan kasus suap di MK, yang sebelumnya sempat dihebohkan dengan "bocornya" percakapan Akil dengan Ketua Golkar Jatim dalam Blackberry Messenger sehari sebelum Akil ditangkap KPK.
----------

Sumber: KOMPASIANA

Minggu, 26 Januari 2014

SBY Lebih Memilih “Berantem” Daripada Tuntaskan Tugasnya


[RR1online]:
MENJELANG akhir jabatannya, SBY bukannya bersegera menuntaskan tugas dan kewajibannya selaku presiden, tetapi malah lebih memilih melayangkan somasi kepada beberapa pihak. Dan dari somasi itu, SBY boleh dikata juga berarti lebih memilih “berseteru” dan “berantem” dengan sejumlah orang yang notabene adalah sesama warga Indonesia, yakni yang juga sebagai rakyatnya.

Sungguh sangat aneh. Hampir dua periode sudah dilaluinya sebagai presiden, namun masalah-masalah negara dan harapan-harapan yang mendesak untuk kebaikan rakyat, hingga saat ini tak kunjung dituntaskan dan diwujudkannya. Sebaliknya, sesuatu yang tidak didesak dan yang tak diminta sama sekali oleh rakyat, justru buru-buru ingin dilakukan oleh SBY, yakni menyomasi rakyatnya sendiri. Aneh kan…???

Dari situ menunjukkan, bahwa SBY sesungguhnya (sepertinya) tak hanya kurang siap dari awal untuk menjadi presiden, tetapi juga di akhir-akhir jabatannya, SBY nampaknya kurang kerjaan. Padahal sebagai presiden (pemimpin negara), SBY semestinya sudah harus siap lahir-bathin sejak awal terhadap semua konsekuensi yang akan timbul sebagai pemimpin hingga akhir jabatan. Konsekuensi yang dimaksud adalah termasuk kritikan, tudingan, hujatan, bahkan tudingan atau fitnah sekali pun.

Jika sebagai pemimpin sangat sulit atau tak mau menerima seluruh konsekuensi tersebut, maka SBY berarti hanya ingin merasakan yang enak-enaknya saja sebagai presiden, sedangkan yang jelek dan yang pahit-pahit (juga yang teramat pahit) tak ingin dinikmati dan dirasakannya. Padahal, yang “manis dan pahit” itulah konsekuensi yang harus siap dirasakan sebagai sebuah kewajaran buat seorang pemimpin. Bukan malah mengajak “berseteru” dan “berantem” dengan orang (rakyat) yang telah memberinya “kepahitan”.

Saya pernah menulis sebelumnya, bahwa jika ada rakyat (atau orang) yang “melempar” kritikan atau bahkan tudingan yang berbau fitnahan, maka pemimpin tersebut harusnya buru-buru introspeksi diri yang diikuti dengan pembenahan diri. Yakni, dengan segera munculkan dan persembahkan kinerja yang baik kepada rakyat, tentunya dengan menunaikan dan menuntaskan tugas serta kewajiban utama sebagai presiden. Sebab, masalah-masalah negara saat ini masih terlalu banyak yang sangat mendesak untuk segera diselesaikan untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

Menurut saya, somasi seperti yang telah dilayangkan oleh SBY (ketika mendekati Pemilu) kepada sejumlah warga itu, lebih bisa ”diterjemahkan” sebagai upaya:

1. Penyelamatan kepentingan kelompok dan pribadi SBY saja, sebab rakyat tidak meminta dan mendesak agar SBY melayangkan somasi di sisa-sisa waktunya sebagai presiden. Jika tetap dipaksakan, maka akan muncul pertanyaan: sebenarnya siapa yang paling diuntungkan dari somasi tersebut...???

2. Pengalihan perhatian publik secara paksa. Artinya, dengan somasi yang dilakukan oleh SBY, maka perhatian publik hanya lebih besar tertuju kepada “perseteruan” SBY dengan orang-orang yang terkena somasi tersebut, bukan kepada masalah-masalah negara yang mendesak untuk diselesaikan. Sehingga, publik kembali terjebak dalam urusan-urusan (perhatian) yang sangat-sangat tidak penting untuk kemajuan ekonomi mereka;

3. Pencarian pembelaan yang bernuansa pencitraan. Artinya, meski somasi tersebut dimunculkan sebagai salah satu langkah mencari pembelaan, namun sebetulnya hal itu sangat boleh jadi adalah hanya sebuah cara “efektif” untuk sekaligus melakukan pencitraan mendekati Pemilu 2014;

4. Membentuk alasan terhadap ketidakmampuan menyelesaikan masalah-masalah negara yang sulit dan melilit karena ditangani secara berbelit-belit. Artinya, orang-orang yang disomasi saat ini oleh SBY akan dapat diposisikan sebagai kambing hitam, atau sebagai salah satu alasan yang membuat masalah-msaalah negara sulit diatasi dan gagal ditangani secara serius karena adanya “gangguan” dari orang-orang (yang disomasi) tersebut; dan

5. “Pembunuhan” karakter individu maupun organisasi dari orang-orang yang disomasi. Sejauh ini yang mendapat somasi adalah orang-orang yang berasal dari kalangan tertentu. Yakni DR. Rizal Ramli (Ketua Umum Aliansi Rakyat untuk Perubahan-ARuP, yang juga kini sebagai sosok yang mendapat aliran aspirasi secara deras sebagai Capres 2014); Sri Mulyono (aktivis sebuah ormas yang dipimpin oleh Anas Urbaningrum); dan Fahri Hamzah (Wasekjen PKS).

Dari point-point “terjemahan” di atas, secara keseluruhan dapat disimpulkan seperti yang dikatakan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah (Din Syamsuddin) bahwa, somasi yang dilayangkan oleh tim advokat SBY dapat diindikasikan sebagai bentuk kekuatiran. “Saya membacanya itu psikologi kekuatiran, tapi itu juga bisa menjebak dirinya sendiri,” jelasnya. Seperti dilansir solopos.

Menyikapi somasi yang lebih dipilih untuk dilakukan SBY tersebut, maka sungguhlah kasihan rakyat Indonesia saat ini, punya pemimpin tetapi lebih tertarik “berseteru dan berantem”. Betapa mereka (rakyat) saat ini sangat menunggu prestasi terbaik dari SBY di sisa-sisa waktunya sebagai presiden. Tetapi sayangnya, yang ditunggu tak kunjung diwujudkan, dan yang tidak sama sekali dinantikan malah dengan mudahnya diwujudkan. Yakni, somasi.

Padahal sekali lagi, sungguh masih banyak masalah-masalah negara yang lebih mendesak untuk segera diselesaikan, seperti:

1.Nilai rupiah yang belum pulih dari “kejatuhannya”;
2. Persoalan Impor Bahan Kebutuhan Pangan yang masih lebih banyak bergantung dari negara luar;
3. Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi Rakyat yang masih belum tercapai, karena salah satunya pertumbuhan ekonomi yang ada saat ini masih hanya lebih banyak dinikmati oleh kalangan tertentu atau yang itu-itu saja;
4. Masalah Utang Negara yang jumlahnya hingga saat ini sudah makin menggunung;
5. Masalah Defisit keuangan negara yang masih berposisi sangat minus;
6. Masalah Korupsi yang makin merajalela;
7. Masalah keamanan, aksi teroris, daftar polisi yang jadi korban penembakan makin terus bertambah, perampokan supermarker dan di bank dengan menggunakan senjata tajam dan api;
8. Masalah di bidang pendidikan;
9. Masalah di dunia TKI/TKW, dan lain sebagainya.

Saya tidak berhak atau bermaksud untuk memaksa SBY agar tidak melakukan somasi. Silakan, itu hak Anda Tuan Presiden..!!! Tetapi harusnya, masalah-masalah di atas itulah yang sangat perlu untuk segera bergegas ditangani dan diselesaikan oleh SBY. Bukan malah melayani dan mengajak orang-orang “berseteru lalu berantem”. Dan sungguh yang demikian ini patut disebut sebuah tindakan yang lari dari tanggung-jawab sebagai pemimpin negara.
Inikah “bonus” untuk rakyat yang telah menggaji tinggi dan menjamin hidup SBY sebagai presiden dua periode berturut-turut..??? Jika demikian, maka pantas saja kiranya Tuhan juga memberi sekali lagi “bonus” peringatan berupa bencana dan kecelakaan di negeri ini…??!?? Sehingga sempurnalah sudah penderitaan rakyat Indonesia saat ini, dan lengkaplah pula kiranya periode “suram” kepemimpinan SBY yang di awal-awal dan di akhir-akhir (dibuka dan ditutup) dengan bencana. Yakni, mulai tsunami, banjir, longsor, kebakaran, kecelakaan di darat, laut dan udara.

Lalu apakah peringatan dari Tuhan berupa bencana itu hanya diterjemahkan oleh SBY untuk “berantem”, lalu dari situ kemudian memaksa rakyat untuk saling berseteru satu sama lain…??? Apakah bencana dan kecelakaan dari Tuhan selama ini tak cukup membuat SBY untuk bisa segera melakukan introspeksi dan pembenahan diri sebagai pemimpin di negeri ini…???

Jika hanya lebih memilih “berseteru dan berantem” di saat negeri sedang dililit kesulitan dan penderitaan jiwa-raga, dan jika SBY sulit untuk introspeksi serta pembenahan diri, maka memang nampaknya jabatan SBY saat ini bukanlah suatu anugerah tetapi sepertinya hanya merupakan sebuah musibah buat negeri ini…? Semoga saya keliru…!!!

Salam Perubahan 2014….!!!
----------------
Sumber: KOMPASIANA

Sabtu, 25 Januari 2014

Inilah Sosok yang Banyak “Menyakiti Hati” Penguasa Korup, Bukan Rakyat!


[RR1online]:
HINGGA saat ini, hanya ada satu tokoh oposisi sekaligus Capres yang paling gigih menentang dan bahkan tak tanggung-tanggung “melawan” rezim yang dinilainya korup. Tokoh oposisi tersebut adalah DR. Rizal Ramli (RR1).

RR1 bukanlah sosok yang tiba-tiba muncul sebagai tokoh oposisi karena mungkin hanya menginginkan jabatan. Dan RR1 juga bukanlah tokoh oposisi yang baru muncul “kemarin” secara dadakan karena ingin populer lalu minta didukung sebagai Capres. Tidak sama sekali!!!

Sebab, sejak masih mahasiswa di ITB, RR1 sudah memimpin pergerakan “oposisi”, dan telah berani maju melawan rezim Orde Baru (Orba). Yakni penguasa yang dinilainya sangat otoriter dengan berbagai kebijakan yang tidak pro-rakyat.

Padahal sebagai mahasiswa yang tak lagi memiliki kedua orangtua (sudah jadi yatim-piatu sejak usia 6 tahun), dengan biaya kuliah serta ongkos hidup yang sudah harus dicari dan dipenuhinya sendiri, maka logikanya RR1 tak perlulah “macam-macam”. Yakni cukup fokus dan serius sajalah belajar sebagai mahasiswa. Namun, nyatanya itu tidak dilakukannya.

Di kala itu tahun 1977/1978, RR1 bersama sejumlah aktivis mahasiswa lainnya malah tak takut sedikit pun untuk maju “memberontak” melawan penguasa Orba, demi membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Yakni dengan gencar melakukan aksi demo dan juga menulis (menerbitkan) buku, yang tak lain tujuannya adalah untuk menuntut dan mendesak penguasa Orba agar segera turun dari jabatannya.

Kontan saja, aksi RR1 bersama aktivis mahasiswa lainnya kala itu dianggap amat mengganggu pemerintahan Orba, sekaligus membuat penguasa saat itu jadi sangat “sakit hati”. Sehingga akhirnya, RR1 bersama beberapa mahasiswa lainnya pun ditangkap dan dipenjara di Sukamiskin-Bandung selama hampir 2 tahun.

Dari situlah sangat jelas menunjukkan, bahwa RR1 adalah sebetulnya sosok yang sama sekali tidaklah memburu atau mengutamakan kepentingan masa depan atau pribadinya saja. Ia tak gentar berhadapan dengan resiko seberat apapun yang akan terjadi kepadanya, dan bahkan nyawa pun ia siap pertaruhkan demi membela serta memperjuangkan hak-hak rakyat ketika itu.

Pertanyaannya: Saat masih mahasiswa tersebut, jabatan (di pemerintahan) apa yang diinginkan Rizal Ramli ketika itu? Apakah ia melakukannya hanya karena ingin pencitraan agar dapat menggantikan posisi Soeharto kala itu…??? Pertanyaan ini tentu mudah dijawab, jadi silakan dijawab sendiri-sendiri!!!

Namun pertanyaan di atas sebetulnya sudah menjadi “jawaban” atas sejumlah komentar miring dari beberapa pihak yang kerap menuding: bahwa RR1 melakukan “oposisi” adalah karena menginginkan jabatan. Bahkan beberapa pihak tersebut mencoba memutar-balikkan kenyataan, yakni dengan menyebut RR1 adalah orang yang sakit hati karena tidak diberi jabatan, dan juga karena dipecat.

Padahal faktanya:
1.Rizal Ramli sudah melakukan gerakan “oposisi” dan perlawanan secara gesit kepada penguasa yang dianggap korup sejak dulu (1977/1978). Artinya, bukan nanti (hanya) menjelang Pemilu.

2. Rizal Ramli pernah “menentang” pemerintahan SBY melalui demo besar-besaran, yakni menolak kenaikan harga BBM tahun 2008. Padahal ketika itu RR1 memegang jabatan yang sangat “basah”. Yakni, sebagai Komisaris Utama di Semen Gresik (sekarang PT. Semen Indonesia).

Menyimak point 2 (dua) di atas, seorang pegawai rendahan (PNS atau karyawan BUMN) saja belum tentu berani menentang dan melawan kebijakan penguasa. Tetapi RR1 nyatanya tak peduli dengan jabatannya kala itu. RR1 sebagai ekonom senior hanya memikirkan dan peduli dengan nasib rakyat yang diyakininya akan mengalami kesulitan ekonomi berat ketika harga BBM dinaikkan. Makanya RR1 lebih memilih membela rakyat, dan rela mempertaruhkan jabatannya tersebut. Dan benar saja, tak lama setelah berunjuk-rasa, RR1 pun dipecat.

Pemecatan RR1 ketika itu sungguh amat ironi. Sebab RR1 dipecat saat BUMN yang dipimpinnya tersebut berhasil ia angkat “derajatnya” sebagai BUMN yang memiliki produktivitas dan kinerja yang amat tinggi dibanding komisaris-komisaris sebelumnya. Jadi nampaknya, RR1 dipecat karena hanya didasari oleh rasa “sakit hati”, bukan karena ukuran capaian kerja.

Lantaran diduga SBY sangat “sakit hati” kepada RR1, sehingga RR1 saat itu tak hanya dipecat, tetapi juga dijadikan tersangka karena dinilai telah membuat kerusuhan pada saat unjuk-rasa penolakan kenaikan harga BBM tersebut.

Tetapi selain diduga sakit hati, sejumlah pihak ada pula yang menduga bahwa SBY menjadikan RR1 sebagai tersangka karena boleh jadi juga SBY merasa kuatir dan sangat “takut” kepada RR1 yang akan menghambat langkahnya ke periode kedua, pilpres 2009. Sehingga itu kiranya, RR1 merasa sangat perlu untuk segera “diamankan” ketika itu.

“Dua peristiwa” yang terjadi di waktu yg berbeda tetapi bernuansa sama terbukti telah dilakukan oleh RR1. Yakni banyak membuat sakit hati penguasa yang dianggapnya sangat korup. Dan RR1 melakukannya bukan tanpa alasan.

Adalah lantaran penguasa tersebut dinilai telah lebih dulu melakukan banyak perbuatan yang telah menyakiti hati rakyat selama ini, makanya RR1 pun berani dan tak segan-segan untuk “menyakiti hati” para penguasa yang dinilainya korup tersebut. Bukankah karena alasan seperti ini pula yang membuat RR1 berani melawan rezim Orba tahun 1977/1978 silam..???

Jadi jika demikian, RR1 bukanlah sosok yang melakukan perlawanan atau tampil sebagai tokoh oposisi di saat sekarang ini lantaran sakit hati karena telah dipecat. Menurut saya, bukan sama sekali. Artinya, RR1 tidaklah sakit hati karena hanya pernah dipecat. Sangat keliru jika lantaran dipecat kemudian RR1 dinilai sakit hati, lalu melakukan langkah oposisi. Sekali lagi tidak seperti itu!!!

Sebab, menurut saya, ada definisi yang bisa menjelaskan mana sosok yang tepat disebut “sakit hati dalam dunia politik”.

“Definisi sakit hati dalam dunia politik” sangat jelas dan mudah untuk digambarkan. Cukup dengan menelusuri jejak langkah dari seseorang figur: yakni dari partai politik mana ia sebelumnya berasal?

Yakni, kita-kita tentu sangat tahu, siapa-siapa kini yang “terpaksa” harus “kabur lalu menyeberang” atau bahkan membentuk dan mendirikan parpol lain karena merasa sakit hati lantaran apa yang dikehendakinya tak kesampaian di parpol sebelumnya, atau mungkin karena merasa dilecehkan dan juga tak diperhitungkan. Tahukan siapa-siapa…???

Nah.. mereka-mereka itulah yang kiranya sangat tepat didefinisikan sebagai sosok yang sakit hati dalam dunia politik. Dan RR1 tidaklah termasuk dalam definisi ini, sebab ia tidaklah pernah lompat-lompatan dari parpol satu ke parpol lainnya, atau tidaklah pernah berminat untuk mendirikan parpol sendiri. Sehingga itu, sesungguhnya RR1 jauh dari sikap dan sifat ambisius untuk mencari dan memburu jabatan apapun, termasuk menjadi presiden atau wakil presiden.

Keinginan RR1 untuk maju dalam pemilihan presiden 2014 adalah semata untuk mewujudkan sebuah gerakan Perubahan (bukan atas nama partai tertentu). Sebab, gerakan oposisi melalui perjuangan untuk mewujudkan perubahan itu sudah dilakukannya sejak dahulu kala.

Dan jika rakyat tak ingin disakiti hatinya lagi oleh penguasa korup untuk 5 tahun ke depan, maka hentikanlah saling hujat-menghujat sesama rakyat.

Sadarilah, bahwa fenomena politik untuk Pemilu kali ini memang terkesan disengaja dimunculkan oleh parpol korup, yakni agar rakyat bisa saling hujat-menghujat satu sama lain. Dan ketika sesama rakyat sudah saling menyakiti hati, maka parpol korup pun sangat mudah “membius mata hati” rakyat dengan kesenangan-kesenangan sesaat.

Semoga Tuhan tidak memurkai kita semua melalui bencanaNYA, yang semuanya karena ulah kita semua juga, yang selalu saja mengulang kesalahan-kesalahan masa silam, dan yang selalu merasa bangga dengan dosa-dosa.

“Dalam konteks Indonesia hari ini, bangsa kita sedang diuji. Tangan Tuhan sedang bekerja, lagi diayak. Yang hitam-hitam kelihatan,” ujar Rizal Ramli di Kampus Pascasarjana Universitas Pasundan, Kota Bandung, Rabu (15/1/2014). Seperti dilansir okezone.

Segala kebobrokan di Indonesia, kata RR1, terus terungkap. Hal itu dinilai sebagai pertanda sekaligus harapan bahwa Indonesia akan berubah. “Mudah-mudahan (saja) nanti hasil ayakan ini akan lebih baik, akan lebih amanah, dan Insya Allah akan membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi,” tutur RR1.

SALAM PERUBAHAN 2014…!!!
--------

Sumber: KOMPASIANA

Selasa, 21 Januari 2014

Catatan “Blusukan RR1″: Dari Medan-Sumatera Utara for “Medan Merdeka Utara”


[RR1online]:
“BLUSUKAN KE WARKOP” :

WARKOP Jurnalis. Demikian nama Warung Kopi yang terletak di Jalan KH. Agus Salim, Medan-Sumatera Utara. Seperti namanya, warkop ini tentunya lebih banyak dikunjungi para pekerja Pers, untuk berdiskusi, bertukar informasi, atau mungkin sekadar melepas lelah setelah berburu berita di lapangan.

Atap warkop ini cuma tenda terpal biru tua yang nampak sudah sobek dan bolong-bolong di beberapa bagiannya. Dindingnya juga bukanlah tembok, tetapi hanya dari spanduk-spanduk bekas yang dibentangkan sebagai tirai mengelilingi lapak warkop tersebut.

Kursinya pun hanya bangku kuda-kuda dari kayu, yang dibentuk memanjang mengikuti mejanya yang juga terbuat dari papan. Meja itu dibungkus dengan taplak plastik putih tebal bertuliskan “Grande”.

Karena warkop ini jauh dari kesan mewah , maka tentu tak ada menteri atau kalangan pengusaha kelas atas serta konglomerat yang sudi bertandang di dalamnya.

Namun, pada Sabtu (18/1/2014), suasana tempat ngopi itu tiba-tiba terasa sangat “mewah” karena dikunjungi oleh tokoh eksklusif yang selama ini dikenal sebagai lokomotif perubahan, sosok yang pernah menghuni penjara di Sukamiskin (karena aksi pro-rakyat melawan keras rezim Orba), mantan Menko Perekonomian yang juga pernah menjabat sebagai Menkeu. Yakni, DR. Rizal Ramli (RR1).

Dengan style kemeja putih lengan pendek dan celana jeans biru, ekonom senior yang telah yatim piatu sejak usia 6 tahun ini muncul secara tak disangka-sangka di warkop tersebut, lalu duduk memesan kopi.

Sontak para wartawan dan pengunjung lainnya di warkop itupun kaget. Mereka merasa tak percaya jika tokoh nasional yang sangat konsisten sejak dulu berjuang pro-rakyat itu, sudi mampir dan bergabung di Warkop Jurnalis tersebut. Spontan, mereka pun mendekat dan mengerumuni RR1, sebagiannya langsung menjepret momen yang tak biasanya terjadi di warkop tersebut.

Seketika, keakraban pun terjalin, dan mereka semuanya telah nampak serius terlibat dalam pembicaraan seputar kondisi bangsa dan negara ini. Terlebih saat di atas meja telah tersaji gelas berisi kopi serta minuman ringan lainnya, membuat suasana pun terasa makin asyik dan punya kesan serta nilai tersendiri bagi seluruh pengunjung warkop tersebut.

“Kalau abang nanti, awak bangga ada calon presiden duduk-duduk dengan kita di sini,” ujar seorang wartawan menyapa RR1 di warkop tersebut, dilansir tribunnews.

Dan memang, tukar pikiran yang berlangsung secara mendadak itu nampak santai dan bersahaja. Para wartawan pun terlihat antusias mendengar setiap pencerahan-pencerahan yang disampaikan oleh Rizal Ramli dengan penuh hikmat. Sebagian wartawan ada yang langsung mengetik berita melalui laptop, atau di smartphone masing-masing. Sesekali ada canda cerdas bernada sentilan, sehingga tawa pun meledak berkali-kali.

Kehadiran RR1 di Medan hari itu adalah selaku Capres nomor urut 1 (satu) versi Konvensi Rakyat yang akan mengikuti debat publik putaran kedua, yakni pada Minggu (19/1/2014). RR1 sengaja datang sehari lebih awal karena tak cuma ingin mengikuti acara tersebut, tetapi Ketua Umum Kadin ini juga ingin lebih mendekatkan diri dengan rakyat Medan, salah satunya di Warkop tersebut.

Terbukti di Warkop ini, RR1 mendapat simpatik dan apresiasi dari para wartawan. Di mata mereka, Rizal Ramli adalah sosok yang paling tepat memimpin Indonesia ke depan. Kapasitas dan integritasnya tidak perlu diragukan. Artinya, RR1 sangat layak berada di Istana di Jalan Medan Merdeka Utara, sebagai pemimpin rakyat (Presiden) 2014-2019.

“Rizal Ramli, cocok kali,” lontar seorang wartawan dengan logat khas Medan ketika tahu, bahwa yang duduk bergabung bareng mereka saat itu adalah salah satu Capres peserta Konvensi Rakyat 2014.

“Nantilah, kita ngobrol-ngobrol dulu (di sini). Ada tokoh nasional. Awak pulang tak bawa berita, rugi kali,” sambung wartawan berkulit gelap, berambut gondrong yang duduk tepat bersebelahan dengan RR1. Wartawan ini menolak untuk kesekian kalinya ketika diminta bergegas ke lokasi yang telah disediakan oleh Komite Konvensi Rakyat, yakni di Kawasan Jalan Setiabudi, Medan, sebagai tempat berkumpul yang lebih representatif.

Di hari yang sama, yakni Sabtu sore (18/1), RR1 masih menyempatkan diri tampil sebagai pembicara dalam diskusi bertajuk: “Mencari Pemimpin Beneran, Popularitas vs Kapasitas” di Juice Kuphi, Medan.

Dalam diskusi itu, RR1 mengatakan, ada empat syarat untuk menjadi pemimpin. Yaitu punya visi, karakter, kompetensi, dan yang terakhir adalah popular. Tiga syarat yang secara berurut tersebut (visi, karakter, dan kompetensi) tidak bisa direkayasa. Tiga syarat itulah yang telah melahirkan para pemimpin besar dunia. Mereka di antaranya Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya.

“Kalau pemimpin hanya mengandalkan popularitas, maka kita akan terjebak seperti di Filipina. Di sana, pemimpin hanya dari kalangan keluarga kaya atau artis saja. Akibatnya, Filipina tidak pernah menjadi bangsa besar dan kuat,” kata RR1. Dikutip medanbagus. -------------------------------------------




”MENUJU KE LOKASI KONVESI RAKYAT”
SETELAH sukses di Surabaya, Debat Publik Capres 2014 kembali digelar oleh Komite Konvensi Rakyat. Kali ini dilangsungkan di Medan, Kota Melayu Deli, pada Minggu (19/1/2014).

Terdapat 7 Capres sebagai peserta acara tersebut, yakni: DR. Rizal Ramli (Mantan Menko Perekonomian), Isran Noor (Bupati Kutai Timur-juga Ketua DPD Partai Demokrat di daerahnya); Sofyan Saury Siregar (Rektor Islamic University of Europe Rotterdam-Belanda); Anni Iwasaki (aktivis perempuan Indonesia di Jepang); Ricky Sutanto (pengusaha sukses); Tony Ardi (mantan aktivis); dan Yusril Ihza Mahendra (mantan Menkum HAM).

Ada hal menarik yang dilakukan Rizal Ramli (RR1) selaku Capres nomor urut 1 (satu) versi Konvensi Rakyat tersebut. Yakni, para pendukung RR1 melakukan prosesi perjalanan menyerupai pawai menuju lokasi acara dengan menggunakan puluhan becak mesin motor (Bentor).

Bentor-bentor inilah yang akan mengarak DR. Rizal Ramli selaku Calon Presiden Konvensi Rakyat dari Lapangan Merdeka-Medan menuju lokasi acara Debat Publik Capres 2014, yakni di Gedung Medan Internation Convention Center (MICC), Medan.

Para Abang Bentor bersama pendukung sosok Ekonom Senior itu tampak berwajah cerah teduh dan antusias dipadu kaos putih bergambar DR. Rizal Ramli, bertuliskan: “Presiden Rakyat”. RR1 sendiri terlihat berkemeja putih lengan panjang, dikombinasi dasi dan celana kain hitam.

Namun sebelum memulai perjalanan, sejumlah Abang Bentor nampaknya tak ingin menyia-nyiakan waktu. Mereka menyempatkan diri ingin mengobrol dengan RR1 yang juga mantan Menteri Keuangan tersebut. Obrolan pun terjalin secara akrab, bahkan disertai canda-ria.

“Potong kumisnya, Bapak (bisa) terlihat lima tahun lebih muda,” ujar RR1 menyapa salah seorang Abang Bentor dengan senyum manis. Dikutip medanbagus.

Setelah menempuh jarak sekitar 4 Km atau kurang lebih 15 menit waktu perjalanan, arak-arakan RR1 pun tiba di Gedung MICC, Medan. Di sana, RR1 disambut meriah oleh seluruh pendukung lainnya yang juga telah lama menunggu di lokasi Debat Publik tersebut.

Sebagian besar pendukung RR1, terutama gadis-gadis langsung menyapa Ketua Umum Kadin itu untuk berfoto bareng. Bahkan ibu-ibu pun tak mau kalah, mereka juga tak ingin kehilangan momen penting ingin ikut berfose bersama RR1 sebagai Capres paling ideal yang patut didukung.

“Ayo sama-sama ngomong, duren. Apalagi duren Medan kan terkenal. Ayo, sama-sama bilang lagi, dureeenn..,” sahut RR1 bercanda sebelum dijepret dengan kamera super-digital oleh fotografer profesional maupun sejumlah pendukung lainnya melalui kamera HP masing-masing. Sepertinya duren yang dimaksud RR1 adalah duda keren, sebab dirinya yang saat ini memang sementara sedang menduda.

Di benak para Abang Bentor bersama seluruh pendukung RR1 di hari itu tentu saja terselip sebuah harapan dan doa. Yakni: Semoga Rizal Ramli benar-benar bisa tembus dan terpilih dari Medan ke “Medan Merdeka Utara” sebagai Presiden (paling tidak Wakil Presiden) pada Pilpres 2014 mendatang. Amin..!!! -------------



”BLUSUKAN KE PASAR DAN ISTANA” :
MESKI telah usai mengikuti debat publik Capres 2014 oleh Konvensi Rakyat di Gedung Medan Internation Convention Center (MICC)-Medan, Minggu (19/1/2014), Rizal Ramli tak langsung pulang. Ekonom senior itu nampaknya “jatuh cinta” kepada Medan.

Rizal Ramli (RR1) pun menyatakan sangat ingin berkeliling di Kota Melayu Deli tersebut. Dan Pasar Sei Sikambing Jalan Kapten Muslim-Medan adalah lokasi pertama yang jadi target kunjungannya.

Dengan mengendarai sebuah becak bermesin motor (Bentor) diikuti puluhan Abang bentor beserta para pendukung dan simpatisan lainnya, layaknya sebuah “pawai” kecil, RR1 pun akhirnya tiba di pasar yang terletak di Kecamatan Medan Helvetia tersebut.

Saat berjalan di dalam pasar ini, mantan Menko Perekonomian tersebut tidak langsung bisa berbelanja, karena tak sedikit pengunjung mulai mendekati dan mengekor di belakangnya secara antusias. Rata-rata di antara mereka bahkan mengajak dan minta berfoto bareng dengan RR1.

“Ini Pak Rizal Ramli, calon presiden Konvensi Rakyat itu? Boleh foto pak,” ujar dua orang perempuan yang kebetulan berada di Pasar Seikambing. Seperti dikutip medanbagus.

Dengan ramah dan menaruh hormat, RR1 pun mempersilakan kedua wanita tersebut berfoto bareng. “Makasih, ya, pak. Semoga Bapak jadi presiden dan dapat mengemban amanah rakyat,” ujar mereka seusai berfose dan mengabadikan momen “pertemuannya” dengan sosok tokoh nasional yang dinilainya paling lantang melawan rezim korup sejak dulu hingga saat ini.

Selain meladeni sejumlah pengunjung untuk berfoto bareng, RR1 juga melakukan dialog dengan beberapa pedagang di Pasar tersebut sambil berbelanja macam-macam kebutuhan, mulai dari daging ayam, ikan, sayur-sayuran, hingga aneka jenis buah-buahan seperti jambu, pisang, jeruk dan lain sebagainya.

Suasana pasar saat itu nampak makin padat dan ramai, sebab selain karena para pengunjung yang telah sedari tadi mengerumuni RR1, sejumlah pedagang lain juga memanggil-manggil untuk disambangi. Dan semuanya disapa oleh Ketua Umum Kadin tersebut.

RR1 bahkan meminta parang untuk memotong-motong sendiri daging ayam yang dibelinya. “Jangan terlalu ke atas tangannya, Pak,” kata penjual ayam potong mengingatkan. Dan dengan senang hati, RR1 pun mengikuti “arahan” tersebut, tanda bahwa RR1 memang sosok pemimpin yang amat menghargai masukan dari seseorang yang telah mengingatkannya terhadap sesuatu (ajaran atau teknik) yang mungkin belum diketahuinya.

“Ini baru calon presiden kita yang tidak segan turun dan mau melakukan pekerjaan kotor seperti ini,” ujar seorang warga yang melihat.

Sebelum beranjak keluar dari pasar, beberapa pengunjung masih ada yang sempat meminta berfoto. RR1 dengan senang hati pun mengiyakan. Namun kali ini bareng dengan sejumlah pedagang, para pendukung dan simpatisan beserta para Abang Bentor yang setia mendampinginya sejak pagi.

Lokasi berikutnya yang menjadi target “blusukan” RR1 selepas dari pasar adalah Masjid Raya al-Mashun, di Jalan Sisingamangaraja-Medan. Tentunya masih dengan mengendari puluhan Bentor.

Di masjid bersejarah peninggalan Sultan Deli ini, RR1 dan rombongan (para pendukung dan Abang Bentor) melaksanakan Shalat Ashar. Dan usai menunaikan shalat di masjid yang dibangun pada tahun 1906 dan rampung tiga tahun kemudian (9 September 1909) itu pula, RR1 membagikan hasil belanjaan di Pasar Sei Sikambing tadi. Memang, belanjaan itu sudah diniatkan dari awal untuk “disedekahkan” kepada masyarakat kurang mampu yang sering “mangkal” di area Masjid tersebut.

Setelah menyerahkan seluruh hasil belanjaan tersebut. RR1 malah nampak makin segar bugar, samasekali tidak memperlihatkan kelelahan di wajahnya. Padahal sejak kemarin (Sabtu, 18/1/2014) menginjakkan kaki di Medan, RR1 sudah ke sana-ke mari blusukan, dan telah banyak menemui orang-orang berkarakter dan tipe yang berbeda-beda. Tampaknya stamina dan kebugaran RR1 tak perlu lagi diragukan untuk pekerjaan seperti ini, we won’t question his fitness for the job.

Karena belum lelah, RR1 pun lalu “mengajak” rombongan untuk mengunjungi Istana Maimun yang kira-kira berjarak 200 meter dari Masjid Raya al-Mashun itu.

Namun setibanya di pekarangan istana yang dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah (tahun1888) tersebut, RR1 sempat berhenti sejenak. Tetapi bukan untuk istirahat, ia hanya ingin menikmati manisan jambu asli di Kota Medan.

Setelah itu, RR1 pun kembali mengelilingi dan menikmati keindahan bangunan dan ornamen serta benda-benda bersejarah di dalam istana tersebut, salah satunya adalah Meriam Puntung. Pemandu pun tampak santun dan ramah menjelaskan semua hal-hal yang menyangkut istana yang didesain oleh arsitek Italia itu.

Capres number one Konvesi Rakyat itu akhirnya menyudahi rangkaian kunjungannya di Medan, yakni sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Namun sebelum berpisah dan meninggalkan Medan, masih di Istana Maimun, RR1kemudian menyemangati para pendukung dan simpatisan beserta para puluhan Abang Bentor.

Dengan penuh ketegasan, RR1 kembali menyatakan keseriusannya dan tekadnya yang amat bulat untuk maju pada Pemilihan Presiden 2014 mendatang.

RR1 mengisahkan, bahwa karena dirinya telah merasakan bagaimana pedih dan menderitanya menjadi seorang anak yatim-piatu sejak masih umur 6 tahun, maka dirinya juga tak tega rakyat hidup bagai “yatim-piatu”. Yakni betul ada pemimpin, tetapi tidak banyak bertindak sebagai mana layaknya seorang pemimpin yang punya rakyat. “Walau yatin piatu, saya punya cita-cita agar jadi orang. Saya pernah jadi Menko Perekonomian, dan (juga) jabatan lainnya. Sekarang saya penasihat PBB di New-York, Amerika Serikat,” ujar RR1 inspiratif memberi semangat.

RR1 juga mengisahkan, bahwa dirinya adalah mantan aktivis yang telah melawan rezim korup Orba demi memperjuangkan nasib orang-orang miskin, namun kemudian dirinya malah di penjara di Sukamiskin.

“80 persen rakyat belum merdeka. Makanya kita harus benahi Indonesia. Saya (pernah) ditelepon Sekjen PBB diminta memimpin Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP), yang mempunyai 53 negara anggota. Tapi saya tolak. Lebih baik kita (fokus) ubah Indonesia. InsyaAllah lewat konvensi rakyat, kita bisa lakukan sesuatu (perubahan),” pungkasnya berkobar, yang spontan disambut pekik pendukungnya: “Cocok Kali…” disusul teriakan: “Hidup Rizal Ramli…..!!!”
---------------
Sumber KOMPASIANA


Pasar ke Istana: Dari Medan-Sumatera Utara, RR1 “Digiring” menuju Medan Merdeka Utara


[RR1online] :
MESKI telah usai mengikuti debat publik Capres 2014 oleh Konvensi Rakyat di Gedung Medan Internation Convention Center (MICC)-Medan, Minggu (19/1/2014), Rizal Ramli tak langsung pulang. Ekonom senior itu nampaknya “jatuh cinta” kepada Medan.

Rizal Ramli (RR1) pun menyatakan sangat ingin berkeliling di Kota Melayu Deli tersebut. Dan Pasar Sei Sikambing Jalan Kapten Muslim-Medan adalah lokasi pertama yang jadi target kunjungannya.

Dengan mengendarai sebuah becak bermesin motor (Bentor) diikuti puluhan Abang bentor beserta para pendukung dan simpatisan lainnya, layaknya sebuah “pawai” kecil, RR1 pun akhirnya tiba di pasar yang terletak di Kecamatan Medan Helvetia tersebut.

Saat berjalan di dalam pasar ini, mantan Menko Perekonomian tersebut tidak langsung bisa berbelanja, karena tak sedikit pengunjung mulai mendekati dan mengekor di belakangnya secara antusias. Rata-rata di antara mereka bahkan mengajak dan minta berfoto bareng dengan RR1.

“Ini Pak Rizal Ramli, calon presiden Konvensi Rakyat itu? Boleh foto pak,” ujar dua orang perempuan yang kebetulan berada di Pasar Seikambing. Seperti dikutip medanbagus.

Dengan ramah dan menaruh hormat, RR1 pun mempersilakan kedua wanita tersebut berfoto bareng. “Makasih, ya, pak. Semoga Bapak jadi presiden dan dapat mengemban amanah rakyat,” ujar mereka seusai berfose dan mengabadikan momen “pertemuannya” dengan sosok tokoh nasional yang dinilainya paling lantang melawan rezim korup sejak dulu hingga saat ini.

Selain meladeni sejumlah pengunjung untuk berfoto bareng, RR1 juga melakukan dialog dengan beberapa pedagang di Pasar tersebut sambil berbelanja macam-macam kebutuhan, mulai dari daging ayam, ikan, sayur-sayuran, hingga aneka jenis buah-buahan seperti jambu, pisang, jeruk dan lain sebagainya.

Suasana pasar saat itu nampak makin padat dan ramai, sebab selain karena para pengunjung yang telah sedari tadi mengerumuni RR1, sejumlah pedagang lain juga memanggil-manggil untuk disambangi. Dan semuanya disapa oleh Ketua Umum Kadin tersebut.

RR1 bahkan meminta parang untuk memotong-motong sendiri daging ayam yang dibelinya. “Jangan terlalu ke atas tangannya, Pak,” kata penjual ayam potong mengingatkan. Dan dengan senang hati, RR1 pun mengikuti “arahan” tersebut, tanda bahwa RR1 memang sosok pemimpin yang amat menghargai masukan dari seseorang yang telah mengingatkannya terhadap sesuatu (ajaran atau teknik) yang mungkin belum diketahuinya.

“Ini baru calon presiden kita yang tidak segan turun dan mau melakukan pekerjaan kotor seperti ini,” ujar seorang warga yang melihat.

Sebelum beranjak keluar dari pasar, beberapa pengunjung masih ada yang sempat meminta berfoto. RR1 dengan senang hati pun mengiyakan. Namun kali ini bareng dengan sejumlah pedagang, para pendukung dan simpatisan beserta para Abang Bentor yang setia mendampinginya sejak pagi.

Lokasi berikutnya yang menjadi target “blusukan” RR1 selepas dari pasar adalah Masjid Raya al-Mashun, di Jalan Sisingamangaraja-Medan. Tentunya masih dengan mengendari puluhan Bentor.

Di masjid bersejarah peninggalan Sultan Deli ini, RR1 dan rombongan (para pendukung dan Abang Bentor) melaksanakan Shalat Ashar. Dan usai menunaikan shalat di masjid yang dibangun pada tahun 1906 dan rampung tiga tahun kemudian (9 September 1909) itu pula, RR1 membagikan hasil belanjaan di Pasar Sei Sikambing tadi. Memang, belanjaan itu sudah diniatkan dari awal untuk “disedekahkan” kepada masyarakat kurang mampu yang sering “mangkal” di area Masjid tersebut.

Setelah menyerahkan seluruh hasil belanjaan tersebut. RR1 malah nampak makin segar bugar, samasekali tidak memperlihatkan kelelahan di wajahnya. Padahal sejak kemarin (Sabtu, 18/1/2014) menginjakkan kaki di Medan, RR1 sudah ke sana-ke mari blusukan, dan telah banyak menemui orang-orang berkarakter dan tipe yang berbeda-beda. Tampaknya stamina dan kebugaran RR1 tak perlu lagi diragukan untuk pekerjaan seperti ini, we won’t question his fitness for the job.

Karena belum lelah, RR1 pun lalu “mengajak” rombongan untuk mengunjungi Istana Maimun yang kira-kira berjarak 200 meter dari Masjid Raya al-Mashun itu.

Namun setibanya di pekarangan istana yang dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah (tahun1888) tersebut, RR1 sempat berhenti sejenak. Tetapi bukan untuk istirahat, ia hanya ingin menikmati manisan jambu asli di Kota Medan.

Setelah itu, RR1 pun kembali mengelilingi dan menikmati keindahan bangunan dan ornamen serta benda-benda bersejarah di dalam istana tersebut, salah satunya adalah Meriam Puntung. Pemandu pun tampak santun dan ramah menjelaskan semua hal-hal yang menyangkut istana yang didesain oleh arsitek Italia itu.

Capres number one Konvesi Rakyat itu akhirnya menyudahi rangkaian kunjungannya di Medan, yakni sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Namun sebelum berpisah dan meninggalkan Medan, masih di Istana Maimun, RR1kemudian menyemangati para pendukung dan simpatisan beserta para puluhan Abang Bentor.

Dengan penuh ketegasan, RR1 kembali menyatakan keseriusannya dan tekadnya yang amat bulat untuk maju pada Pemilihan Presiden 2014 mendatang.

RR1 mengisahkan, bahwa karena dirinya telah merasakan bagaimana pedih dan menderitanya menjadi seorang anak yatim-piatu sejak masih umur 6 tahun, maka dirinya juga tak tega rakyat hidup bagai “yatim-piatu”. Yakni betul ada pemimpin, tetapi tidak banyak bertindak sebagai mana layaknya seorang pemimpin yang punya rakyat. “Walau yatin piatu, saya punya cita-cita agar jadi orang. Saya pernah jadi Menko Perekonomian, dan (juga) jabatan lainnya. Sekarang saya penasihat PBB di New-York, Amerika Serikat,” ujar RR1 inspiratif memberi semangat.

RR1 juga mengisahkan, bahwa dirinya adalah mantan aktivis yang telah melawan rezim korup Orba demi memperjuangkan nasib orang-orang miskin, namun kemudian dirinya malah di penjara di Sukamiskin.

“80 persen rakyat belum merdeka. Makanya kita harus benahi Indonesia. Saya (pernah) ditelepon Sekjen PBB diminta memimpin Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP), yang mempunyai 53 negara anggota. Tapi saya tolak. Lebih baik kita (fokus) ubah Indonesia. InsyaAllah lewat konvensi rakyat, kita bisa lakukan sesuatu (perubahan),” pungkasnya berkobar, yang spontan disambut pekik pendukungnya: “Cocok Kali…” disusul teriakan: “Hidup Rizal Ramli…..!!!”
-------
Sumber KOMPASIANA

Abang Bentor: Dari Medan-Sumatera Utara, RR1 “Digiring” menuju Medan Merdeka Utara


[RR1online]:
SETELAH sukses di Surabaya, Debat Publik Capres 2014 kembali digelar oleh Komite Konvensi Rakyat. Kali ini dilangsungkan di Medan, Kota Melayu Deli, pada Minggu (19/1/2014).

Terdapat 7 Capres sebagai peserta acara tersebut, yakni: DR. Rizal Ramli (Mantan Menko Perekonomian), Isran Noor (Bupati Kutai Timur-juga Ketua DPD Partai Demokrat di daerahnya); Sofyan Saury Siregar (Rektor Islamic University of Europe Rotterdam-Belanda); Anni Iwasaki (aktivis perempuan Indonesia di Jepang); Ricky Sutanto (pengusaha sukses); Tony Ardi (mantan aktivis); dan Yusril Ihza Mahendra (mantan Menkum HAM).

Ada hal menarik yang dilakukan Rizal Ramli (RR1) selaku Capres nomor urut 1 (satu) versi Konvensi Rakyat tersebut. Yakni, para pendukung RR1 melakukan prosesi perjalanan menyerupai pawai menuju lokasi acara dengan menggunakan puluhan becak mesin motor (Bentor).
Bentor-bentor inilah yang akan mengarak DR. Rizal Ramli selaku Calon Presiden Konvensi Rakyat dari Lapangan Merdeka-Medan menuju lokasi acara Debat Publik Capres 2014, yakni di Gedung Medan Internation Convention Center (MICC), Medan.

Para Abang Bentor bersama pendukung sosok Ekonom Senior itu tampak berwajah cerah teduh dan antusias dipadu kaos putih bergambar DR. Rizal Ramli, bertuliskan: “Presiden Rakyat”. RR1 sendiri terlihat berkemeja putih lengan panjang, dikombinasi dasi dan celana kain hitam.

Namun sebelum memulai perjalanan, sejumlah Abang Bentor nampaknya tak ingin menyia-nyiakan waktu. Mereka menyempatkan diri ingin mengobrol dengan RR1 yang juga mantan Menteri Keuangan tersebut. Obrolan pun terjalin secara akrab, bahkan disertai canda-ria.

“Potong kumisnya, Bapak (bisa) terlihat lima tahun lebih muda,” ujar RR1 menyapa salah seorang Abang Bentor dengan senyum manis. Dikutip medanbagus.

Setelah menempuh jarak sekitar 4 Km atau kurang lebih 15 menit waktu perjalanan, arak-arakan RR1 pun tiba di Gedung MICC, Medan. Di sana, RR1 disambut meriah oleh seluruh pendukung lainnya yang juga telah lama menunggu di lokasi Debat Publik tersebut.

Sebagian besar pendukung RR1, terutama gadis-gadis langsung menyapa Ketua Umum Kadin itu untuk berfoto bareng. Bahkan ibu-ibu pun tak mau kalah, mereka juga tak ingin kehilangan momen penting ingin ikut berfose bersama RR1 sebagai Capres paling ideal yang patut didukung.

“Ayo sama-sama ngomong, duren. Apalagi duren Medan kan terkenal. Ayo, sama-sama bilang lagi, dureeenn..,” sahut RR1 bercanda sebelum dijepret dengan kamera super-digital oleh fotografer profesional maupun sejumlah pendukung lainnya melalui kamera HP masing-masing. Sepertinya duren yang dimaksud RR1 adalah duda keren, sebab dirinya yang saat ini memang sementara sedang menduda.

Di benak para Abang Bentor bersama seluruh pendukung RR1 di hari itu tentu saja terselip sebuah harapan dan doa. Yakni: Semoga Rizal Ramli benar-benar bisa tembus dan terpilih dari Medan ke “Medan Merdeka Utara” sebagai Presiden (paling tidak Wakil Presiden) pada Pilpres 2014 mendatang. Amin..!!!
---------
Sumber: KOMPASIANA

Warkop: Dari Medan-Sumatera Utara, RR1 “Digiring” Menuju Medan Merdeka Utara


[RR1online]:
WARKOP Jurnalis. Demikian nama Warung Kopi yang terletak di Jalan KH. Agus Salim, Medan-Sumatera Utara. Seperti namanya, warkop ini tentunya lebih banyak dikunjungi para pekerja Pers, untuk berdiskusi, bertukar informasi, atau mungkin sekadar melepas lelah setelah berburu berita di lapangan.

Atap warkop ini cuma tenda terpal biru tua yang nampak sudah sobek dan bolong-bolong di beberapa bagiannya. Dindingnya juga bukanlah tembok, tetapi hanya dari spanduk-spanduk bekas yang dibentangkan sebagai tirai mengelilingi lapak warkop tersebut.

Kursinya pun hanya bangku kuda-kuda dari kayu, yang dibentuk memanjang mengikuti mejanya yang juga terbuat dari papan. Meja itu dibungkus dengan taplak plastik putih tebal bertuliskan “Grande”.

Karena warkop ini jauh dari kesan mewah , maka tentu tak ada menteri atau kalangan pengusaha kelas atas serta konglomerat yang sudi bertandang di dalamnya.

Namun, pada Sabtu (18/1/2014), suasana tempat ngopi itu tiba-tiba terasa sangat “mewah” karena dikunjungi oleh tokoh eksklusif yang selama ini dikenal sebagai lokomotif perubahan, sosok yang pernah menghuni penjara di Sukamiskin (karena aksi pro-rakyat melawan keras rezim Orba), mantan Menko Perekonomian yang juga pernah menjabat sebagai Menkeu. Yakni, DR. Rizal Ramli (RR1).

Dengan style kemeja putih lengan pendek dan celana jeans biru, ekonom senior yang telah yatim piatu sejak usia 6 tahun ini muncul secara tak disangka-sangka di warkop tersebut, lalu duduk memesan kopi.

Sontak para wartawan dan pengunjung lainnya di warkop itupun kaget. Mereka merasa tak percaya jika tokoh nasional yang sangat konsisten sejak dulu berjuang pro-rakyat itu, sudi mampir dan bergabung di Warkop Jurnalis tersebut. Spontan, mereka pun mendekat dan mengerumuni RR1, sebagiannya langsung menjepret momen yang tak biasanya terjadi di warkop tersebut.

Seketika, keakraban pun terjalin, dan mereka semuanya telah nampak serius terlibat dalam pembicaraan seputar kondisi bangsa dan negara ini. Terlebih saat di atas meja telah tersaji gelas berisi kopi serta minuman ringan lainnya, membuat suasana pun terasa makin asyik dan punya kesan serta nilai tersendiri bagi seluruh pengunjung warkop tersebut.

“Kalau abang nanti, awak bangga ada calon presiden duduk-duduk dengan kita di sini,” ujar seorang wartawan menyapa RR1 di warkop tersebut, dilansir tribunnews.

Dan memang, tukar pikiran yang berlangsung secara mendadak itu nampak santai dan bersahaja. Para wartawan pun terlihat antusias mendengar setiap pencerahan-pencerahan yang disampaikan oleh Rizal Ramli dengan penuh hikmat. Sebagian wartawan ada yang langsung mengetik berita melalui laptop, atau di smartphone masing-masing. Sesekali ada canda cerdas bernada sentilan, sehingga tawa pun meledak berkali-kali.

Kehadiran RR1 di Medan hari itu adalah selaku Capres nomor urut 1 (satu) versi Konvensi Rakyat yang akan mengikuti debat publik putaran kedua, yakni pada Minggu (19/1/2014). RR1 sengaja datang sehari lebih awal karena tak cuma ingin mengikuti acara tersebut, tetapi Ketua Umum Kadin ini juga ingin lebih mendekatkan diri dengan rakyat Medan, salah satunya di Warkop tersebut.

Terbukti di Warkop ini, RR1 mendapat simpatik dan apresiasi dari para wartawan. Di mata mereka, Rizal Ramli adalah sosok yang paling tepat memimpin Indonesia ke depan. Kapasitas dan integritasnya tidak perlu diragukan. Artinya, RR1 sangat layak berada di Istana di Jalan Medan Merdeka Utara, sebagai pemimpin rakyat (Presiden) 2014-2019.

“Rizal Ramli, cocok kali,” lontar seorang wartawan dengan logat khas Medan ketika tahu, bahwa yang duduk bergabung bareng mereka saat itu adalah salah satu Capres peserta Konvensi Rakyat 2014.

“Nantilah, kita ngobrol-ngobrol dulu (di sini). Ada tokoh nasional. Awak pulang tak bawa berita, rugi kali,” sambung wartawan berkulit gelap, berambut gondrong yang duduk tepat bersebelahan dengan RR1. Wartawan ini menolak untuk kesekian kalinya ketika diminta bergegas ke lokasi yang telah disediakan oleh Komite Konvensi Rakyat, yakni di Kawasan Jalan Setiabudi, Medan, sebagai tempat berkumpul yang lebih representatif.

Di hari yang sama, yakni Sabtu sore (18/1), RR1 masih menyempatkan diri tampil sebagai pembicara dalam diskusi bertajuk: “Mencari Pemimpin Beneran, Popularitas vs Kapasitas” di Juice Kuphi, Medan.

Dalam diskusi itu, RR1 mengatakan, ada empat syarat untuk menjadi pemimpin. Yaitu punya visi, karakter, kompetensi, dan yang terakhir adalah popular. Tiga syarat yang secara berurut tersebut (visi, karakter, dan kompetensi) tidak bisa direkayasa. Tiga syarat itulah yang telah melahirkan para pemimpin besar dunia. Mereka di antaranya Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lainnya.

“Kalau pemimpin hanya mengandalkan popularitas, maka kita akan terjebak seperti di Filipina. Di sana, pemimpin hanya dari kalangan keluarga kaya atau artis saja. Akibatnya, Filipina tidak pernah menjadi bangsa besar dan kuat,” kata RR1. Dikutip medanbagus.
----------
Sumber: KOMPASIANA

Minggu, 19 Januari 2014

Secuil “Biografi Negara" Di Tangan SBY

Kategori: Opini*
[RR1online]:
KITA semua tahu dan sangat paham, bagaimana kini kondisi Indonesia tercinta ini.  Yakni, punya kekayaan alam yang melimpah dan terkandung di perut Ibu Pertiwi, tetapi rakyat kita masih sangat banyak yang sengsara. Itu karena kekayaan alam (bumi) yang kita punyai saat ini lebih banyak “disedot” dan dikuasai oleh negara asing.

Sungguh aneh, sekaligus memilukan. Bayangkan! Di kala negara asing sudah menyedot kekayaan alam negara ini, kita malah punya utang (berutang) kepada mereka (negara asing itu)..??!!! Woww… Luar biasa..!!??

Yaa…Negara kita punya banyak utang luar negeri yang menggunung, dan punya hasil pajak yang menggumpal-gumpal, tetapi sebagian besar hanya dilahap oleh koruptor, sampai-sampai keuangan negara pun jadi defisit, lalu berutang kembali untuk menambal “kebocoran-kebocoran” yang ada…!?!

Harusnya, dalam kondisi seperti itu, rakyat kita sudah tak ada lagi yang hidup miskin, menderita bing sengsara. Tak ada lagi yang mati digebukin dan dikeroyok karena mencuri ayam; tak ada lagi ibu yang mencekik bayinya karena tak mampu membeli susu; tak ada lagi istri yang membunuh suaminya dengan linggis karena dililit kesulitan ekonomi; tak ada lagi anak remaja yang tega menghabisi nyawa ibu kandungnya karena tak diberi uang jajan; tak ada lagi artikel seperti ini yang terposting di kompasiana atau di blog lainnya; serta tak ada lagi yang harus disomasi karena dianggap memfitnah, dan lain sebagainya.

Dan dalam kondisi berlimpahkan kekayaan alam hasil bumi, akumulasi pajak dari rakyat, punya utang luar negeri, seharusnya ekonomi negara kita sudah sangat mapan,  dan rakyat kita tentu sudah sangat sejahtera. Sehingga tak perlu lagi pemberian subsidi BBM; tak perlu lagi ada BLSM; tak perlu lagi repot-repot berlakukan SJSN, kartu sehat atau sejenisnya; tak perlu lagi pengurus tempat ibadah atau panti asuhan “mengemis” ke sana-ke mari memohon bantuan; serta tak perlu lagi susah-susah menggusur pedagang kaki-lima, mengusir keluarga purnawirawan dari eks rumah dinasnya, dan lain sebagainya.

Apalagi kita punya presiden dua periode (SBY) yang bergelar doktor pertanian, maka seyogianya pembangunan pertanian kita hari ini bisa lebih maju dan berkembang. Namun sayang, sungguh sangat disayangkan, negara yang subur ini justru lebih doyan bergantung pada impor. Mulai dari beras, daging sapi, kelapa, gula (tebu), hingga kedelai dan lain sebagainya, semua kini diimpor.

Derajat  ekonomi para petani kita juga malah semakin menurun bersamaan dengan giatnya pemerintah “berimpor-ria”, petani pun jadi malas dan lesu, lalu berkuranglah jumlah petani kita. Menurut data BPS, selama satu dasawarsa, jumlah rumah tangga petani kita berkurang 5 juta lebih. Lahan produktif juga makin menyempit karena alih-fungsi.

Betapa pembangunan di bidang pertanian kita saat ini malah jadi “tandus”, alias tak berkembang secara signifikan di bawah kepemimpinan seorang presiden yang bertitel doktor pertanian, tetapi nyatanya boleh dikata tidak ahli di bidang pertanian. Seharusnya, sebagai negara agraris yang sangat subur, Indonesia sudah bisa menjadi negara mandiri, sekali pun “mungkin” tak dipimpin oleh seorang doktor pertanian.

Selain sebagai doktor pertanian, SBY sebagai presiden juga adalah seorang militer, namun budaya dan warga kita (TKI) sering “dilecehkan” oleh negara lain; batik dan sejumlah tari-tarian kita seenaknya diklaim oleh negara luar sebagai milik mereka; korupsi merajalela; teroris “mendadak” muncul; daftar polisi tertembak pun makin bertambah, perampokan di sejumlah toko emas dan supermarket mulai meningkat, ada aksi koboi adu jotos antara polisi dan TNI, jaringan bisnis narkoba pun makin meluas, dan sebagainya. Seakan presiden militer itu (SBY) tak ditakuti, juga tak lagi disegani? Padahal dulu kita punya Presiden bukan militer tetapi sangat disegani oleh rakyat, baik di dalam maupun di luar negeri. Misalnya, Presiden Soekarno.

Banyak sekali kalangan yang tak habis pikir. Hampir 10 tahun berkuasa, tetapi rakyat masih sangat bingung menebak karakter presidennya, SBY. Sampai-sampai, tak sedikit orang bertanya-tanya: “apakah SBY benar-benar presiden dari kalangan militer, punya gelar doktor pertanian, atau seorang “banci”..??? Kok setiap ada masalah-masalah selalu dikeluhkan melalui curhat ke publik???

Akibatnya, rakyat pun jadi pusing berat, niatnya untuk curhat ke presiden (pemerintah) harus dibatalkan dan terpaksa hanya dipendam dalam hati. Kenapa? Karena presiden lebih dulu melakukan curhat di hadapan publik. Bagai seorang “anak” yang terpaksa membatalkan niatnya untuk meminta sesuatu kepada “bapaknya”, lantaran sang bapak lebih dulu sudah mengutarakan keluhannya (curhat) di hadapan anak-anaknya. Sehingga, rakyat pun kini lebih banyak memilih diam dan pasrah dengan kondisi yang sangat sulit seperti saat ini.

Sejauh ini pula, SBY mungkin lebih tepat jika disebut sebagai seorang artis dan penyanyi, juga seorang penulis. Sebab selama ini SBY dinilai sangat “pandai” melakukan  akting dan pencitraan diri. Kesuksesannya di bidang akting sama sekali tak bisa dibantah, karena sejumlah album lagu memang sudah diorbitkannya, dan beberapa judul buku juga sudah diterbitkannya.

Sayangnya, kesuksesannya membuat album lagu dan menerbitkan buku itu terjadi di saat kondisi negara dan rakyat masih sangat-sangat dililit masalah-masalah. Dan itu sudah dimulai sejak periode SBY-JK, kemudian dilanjutkan hingga kini SBY-Budi. Bukannya tak boleh membuat album lagu atau menerbitkan buku. Silakan, tak ada yang melarang! Bahkan akan banyak orang (termasuk saya sendiri) siap jadi produser untuk mengorbitkan setiap album lagu SBY, asalkan saja masalah-masalah negara sudah bisa diatasinya sebagai seorang Presiden.

Selanjutnya, kita juga saat ini punya wakil presiden (Boediono) yang mengaku pernah bertindak “mulia” karena dinilai “jago” mengelola keuangan, tetapi anehnya keuangan negara kita saat ini  malah di posisi defisit yang mengerikan, perekonomian negeri ini terpuruk, nilai Rupiah anjlok, harga bahan kebutuhan pangan rakyat jadi mahal; saling dorong berebut pembagian zakat atau sumbangan sosial masih menjadi fenomena yang menyedihkan (bahkan amat tragis karena acapkali menelan korban nyawa hanya untuk mendapatkan uang Rp.20 ribu, atau 5 liter beras).

Hal lainnya yang bisa menjadi “biografi” negara ini selain masalah korupsi selama hampir 10 tahun kekuasaan SBY hingga kini, adalah masalah nepotisme. Maaf…jujur saja, sampai detik ini saya belum melihat adanya sebuah prestasi atau kehebatan yang bisa ditunjuk dari seorang Hatta Rajasa, namun hingga hari ini pun kok tetap “dipertahankan“ sebagai Menko Perekonomian??? Sebetulnya pertanyaan ini mudah saja dijawab. Publik bahkan sudah sangat mengetahuinya, bahwa Hatta Rajasa adalah besan SBY.

Di dalam tubuh partai “milik” SBY juga nampaknya terjadi hal serupa. Sebagai partai penguasa saat ini, Demokrat sepertinya telah berhasil membangun panggung politik, karena masih mampu menyedot perhatian publik. Ibas berhasil diposisikan sebagai Sekjen PD, meski sebetulnya semua orang tahu bahwa Ibas masih sangat minim kemampuan tentang berpolitik untuk mendampingi Anas Urbaningrum (AU) yang terpilih sebagai Ketua Umum PD. Tetapi toh, Ibas tetap pede bertindak sebagai Sekjen PD.

Namun tak lama kemudian, tiba-tiba terjadi kemelut di tubuh PD, yang dipicu oleh masalah kasus dugaan korupsi Nazaruddin (mantan Bendum PD), yang membuat “bintang iklan” anti-korupsi Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, dan baru-baru ini AU akhirnya juga ikut ditahan KPK.

Lain halnya dengan Gede Pasek yang meski sebetulnya adalah termasuk kader terbaik PD dan boleh dikata politisi yang cukup berkualitas, tetapi nyatanya ia juga harus terlibas alias dipecat dari parpol penguasa itu lantaran dinilai membelot dan lebih berpihak kepada AU.
Tetapi meski “jalan ceritanya” sudah sampai sedemikian “serunya” di panggung PD, pengamatan saya terhadap semua itu menunjukkan masih adanya kemungkinan “penampakan” lain yang ujung-ujungnya adalah untuk meraih simpatik pemilih dan demi “kepentingan politik 2014”.

Misalnya, boleh saja selanjutnya Ibas akan “dijadikan” tersangka oleh KPK, dan pada ketika itu boleh saja SBY buru-buru tampil berpidato “merestui dan mengikhlaskan” anaknya dijadikan tersangka demi mendukung penuh upaya pemberantasan korupsi. Tetapi wooww…, di situlah sebetulnya yang menjadi titik proyeksi positif sekaligus “senjata pamungkas” PD dalam mengembalikan citra dirinya agar dapat ditunjuk sebagai parpol yang benar-benar “serius” melakukan “bersih-bersih”. Lalu… pemilih pun dengan senang hati kembali memenangkan PD pada Pemilu 2014. Who fear…and Why not..??? This is the auto-electability..!

Akan muncul pertanyaan: “Kok bisa begitu..???”

Untuk khusus di dunia politik demi kembali merebut atau mempertahankan kekuasaan, semuanya bisa saja dibolak-balik dijadikan “begini dan begitu”, yang penting “tujuan” bisa tercapai. Termasuk “mengorbankan” untuk sementara waktu orang-orang (kerabat, sanak keluarga) yang dicintai demi sebuah kepentingan dan kekuasaan besar. Karena ketika kekuasaan sudah di tangan, maka bukan persoalan sulit jika yang dikorbankan itu bisa “dikembalikan” kepada posisi sedia kala, termasuk dengan “pengorbanan” uang yang selalu mesti dikorbankan untuk sementara waktu sebagai biaya kampanye (mungkin juga sebagai money-politic). Sekali lagi, semua itu tak akan jadi masalah ketika kekuasaan sudah berada di tangan. Bahkan lebih dari yang dikeluarkan (dikorbankan) akan bisa dengan mudah dipulangkan secara aman dan terkendali ketika kiranya telah berhasil tembus ke dalam istana.

Beberapa paragraf di atas adalah hanya bagian sedikit dari hasil analisa politik saya. Saya juga tak ingin membantah jika ada analisa lain yang mungkin agak berseberangan dengan hasil pemikiran saya. Silakan! Mungkin cuma berbeda dari sudut pandangnya saja, tetapi substansialnya adalah tetap sama. Yakni, tak ada satu parpol pun yang tidak berambisi menggenggam kekuasaan. Dan PD sedikit pun tentu tak ingin merelakan kekuasaan itu jatuh ke tangan parpol lainnya.

Bukankah saat ini PD adalah parpol yang sangat unik dan hebat, karena dipimpin dan dikuasai oleh bapak dan anak (SBY dan Ibas), yang kedua-duanya juga adalah termasuk “bintang iklan” anti-korupsi yang pernah giat ditayangkan di sejumlah stasiun televisi? Namun di saat KPK sedang gencarnya beraksi dan bereaksi, iklan itu kok malah hilang bagai ditelan bumi??? Yang muncul justru sebuah buku Biografi SBY.

Menurut saya, sangatlah tepat jika buku tentang biografi itu bisa dimunculkan nanti ketika SBY telah tidak lagi menjadi presiden. Karena, harusnya SBY mengejar dulu dead-line tugas-tugasnya sebagai presiden: “bisa tuntaskah atau justru disebut gagal total..???”

Jika SBY belum menyelesaian tugas-tugasnya hingga selesai masa jabatannya, maka selain terkesan dipaksakan karena menghadapi Pemilu, penerbitan buku biografi itu juga bisa “mengaburkan biografi negara”. Artinya, bisa saja buku biografi SBY itu berisikan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan kepemimpinannya (sebagai presiden) dalam warna cerah, tetapi  kenyataannya ketika itu misalnya negara faktanya dalam kondisi buram, terutama dalam hal ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya.

Maaf, dengan melihat kondisi yang sangat sulit saat ini, seperti masalah ekonomi yang mencekik dan melilit rakyat, serta situasi politik yang berbelit-belit dari elit-elit parpol yang hanya mengedepankan kepentingan kelompoknya,  maka seberapa banyak pun kekuatan uang dan harta yang dimiliki  seorang presiden yang akan datang, itu tidak akan bisa mengatasi masalah bangsa yang sangat kompleks, apabila ia hanya dipilih karena kegantengan, kekaleman, atau karena punya banyak uang.

Hal lainnya yang mungkin bisa disebut “biografi negara” ini selama SBY berkuasa, adalah tak sedikit riwayat yang terjadi dalam bentuk musibah. Kita bisa menengok saat periode SBY-JK yang sejak awal-awal sudah dibuka dengan tsunami yang begitu amat dahsyat, disusul banjir. Juga ada “kecelakaan koalisi” (maaf ini cuma istilah saya), yakni kecelakaan di darat, laut dan di udara.

Musibah dan kecelakaan itu selalu saja mewarnai perjalanan kekuasaan SBY hingga kepada periode SBY-Budi. Memang pada periode ini, ada sedikit spasi waktu yang diberikan sebagai kesempatan pemerintahan SBY untuk “membenahi” akibat yang ditinggalkan oleh musibah dan kecelakaan tersebut.
Hingga pada memasuki tahun terakhir masa jabatan SBY-Budi 2014 ini, Tuhan lagi-lagi nampaknya akan selalu “memaksa” SBY agar benar-benar serius untuk lebih mewujudkan kepedulian kepada rakyatnya, bukan kepada keluarga atau kelompok saja. Yakni dengan melalui musibah dan bencana alam serta kecelakaan tersebut.

Dan lihatlah, Tuhan pun mengizinkan Gunung Sinabung meletus, lalu memilih Ibukota Jakarta untuk kembali banjir, juga menunjuk Manado tersapu luapan banjir bandang, serta di sejumlah daerah lainnya yang ikut dihantam banjir, pun tanah longsor. Dan sebelumnya ada tabrakan kereta api dengan truk di Bintaro.

Memang betul, semua itu adalah musibah, bencana dan kecelakaan yang tak bisa dihindari oleh pemimpin mana pun. Karena: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. 64:11).

Ayat tersebut menyiratkan perintah untuk senantiasa beriman kepada Allah agar Allah selalu memberi petunjuk kepada hati kita, yakni petunjuk untuk dapat “menghindari” murka Allah berupa musibah. “…Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”, artinya adalah Allah sungguh sangat mengetahui hati kita, apakah selalu berdusta (bohong) atau tidak. Terutama pemimpin: apakah suka membohongi rakyatnya (tidak menepati janji-janji) atau tidak..??? Jika suka berdusta, maka: “Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa” (QS. 45:1)

Oleh karena itu, agar bisa mendapatkan “biografi negara” yang cerah untuk anak-anak cucu kita kelak, maka dalam Pemilu (terutama Pilpres) rakyat harus benar-benar waspada dan jeli agar tidak memilih pemimpin yang “jago” mengumbar janji-janji, yang sesudahnya ternyata penuh kebohongan.

Selain itu, rakyat hendaknya tidak mudah terjebak serta terpengaruh memilih pasangan Capres hanya karena melihat parpol atau kekuatan uang yang dimilikinya saja. Sebab, sekali lagi, parpol sebesar apapun dan dengan kekuatan uang yang mungkin mampu membeli suara rakyat seperti pada pengalaman-pengalaman sebelumnya, maka itu tidaklah mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara ini.

Yakinlah, “biografi” negara kita  sesungguhnya sangat bisa mencatat sejarah mulai dari sekarang demi kemajuan pesat jika pemimpin yang dipilih pada Pemilu 2014 adalah benar-benar ahli di bidang ekonomi. Bukan yang ahli politik, hukum, apalagi yang hanya ahli di bidang akting. Bukankah rakyat kita selama ini lebih banyak menjerit karena masalah ekonomi…??? Maka berjuanglah dari sekarang untuk melahirkan Pemimpin yang benar-benar AHLI DI BIDANG EKONOMI. Ingat, jangan serahkan masalah atau urusan besar kepada YANG BUKAN AHLINYA..!!!

Apakah kita mau menaiki mobil yang dikemudikan oleh orang yang tak ahli (atau sama sekali tidak tahu) menyetir di jalan yang berliku di kiri kanannya terdapat jurang terjal…???
SALAM PERUBAHAN 2014…!!!
------------
Sumber: Kompasiana