Senin, 31 Maret 2014

Jokowi-Rizal Ramli, “Sejoli” yang Menyerupai Soekarno-Hatta


[RR1online]
JIKA alasan utama Ibu Megawati Soekarnoputri menunjuk Jokowi sebagai Capres dari PDIP adalah untuk mengembalikan kedaulatan ekonomi (termasuk pangan) ke dalam genggaman bangsa dan negara, maka Jokowi selayaknya dipasangkan dengan sosok ekonom dari non-parpol yang sepaham dengan ajaran Trisakti Bung Karno, yakni DR. Rizal Ramli.

Ibu Mega yang selama ini telah menempatkan PDIP di poros oposisi, tentulah pada Pemilu kali ini cenderung akan lebih mendapat simpatik dari rakyat, sehingga itu Ibu Mega tak perlu tergiur dengan “bujukan” dari sejumlah parpol yang telah melakukan pdkt (pendekatan) untuk menjalin koalisi.

Pilihan koalisi bagi Ibu Mega hanya bisa ditempuh apabila perolehan suara PDIP pada pileg tidak memungkinkan untuk mengusung satu pasang capres. Itupun tidak harus serta-merta berkoalisi dengan sembarangan parpol. Sebab, rakyat saat ini sudah sangat paham melihat mana parpol korup dan mana parpol yang oportunis.

Namun apabila PDIP memang ternyata berhasil menjadi pemenang dalam Pileg, maka Ibu Mega sebaiknya membuka peluang koalisi hanya bagi parpol yang belum pernah berkoalisi selama ini, misalnya PBB, PKPI, dsb. Sebab, terlalu banyak parpol yang diterima sebagai koalisi, misalnya dari posisi Wapres hingga sebagian besar menteri berasal dari banyak parpol, maka (salah satunya) tentu justru hanya akan mempersempit ruang-gerak pengambilan kebijakan oleh kepala negara.

Artinya, “Kenyamanan” Jokowi dalam menjalankan tugas-tugasnya kelak (jika terpilih) sebagai Presiden harus menjadi pertimbangan serius bagi Ibu Mega. Yakni, Jokowi sebaiknya tidak dipasangkan dengan sosok yang berasal dari parpol yang selama ini telah “hidup” berkoalisi dengan parpol penguasa sebelumnya. Sebab, parpol tersebut boleh jadi hanya ingin mencari “aman” karena mungkin sedang dililit oleh persoalan korupsi yang sedang bergulir dalam proses hukum. Selain itu, juga bisa saja nantinya hanya akan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak penting. Misalnya, saling mengintai, saling curiga, atau saling menonjolkan kelompok (parpol) masing-masing, dsb.

Sehingganya, PDIP harus siap untuk berani tampil mengendalikan negara meski tidak harus berkoalisi dengan sejumlah parpol yang sudah “menikmati hasil” koalisi dengan parpol penguasa sebelumnya. Sebab jika hanya berkoalisi dengan parpol eks-koalisi sebelumnya, maka PDIP hanya akan berpeluang bernasib sama dengan partai penguasa sebelumnya.

PDIP harus yakin, bahwa ada pihak yang benar-benar bisa dijadikan koalisi sejati dalam menjalankan roda pemerintahan selanjutnya, yakni rakyat. Sehingga itu, PDIP nantinya harus bisa percaya diri sebagai parpol penguasa seperti ketika PDIP memilih berani menjadi parpol oposisi.

Olehnya itu, jika PDIP ingin benar-benar FOKUS mewujudkan KEMURNIAN CITA-CITA perjuanganya, maka pilihan utama Ibu Mega adalah menyandingkan Jokowi dengan Rizal Ramli sebagai “SEJOLI= Select Jokowi-Rizal Ramli” yang sangat tepat sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Sebab, pasangan “Sejoli” ini tentu lebih diyakini bisa menyerupai kepemimpinan Soekarno-Hatta. Dan bahkan tentu akan bisa lebih hebat lagi karena juga diyakini pasangan Sejoli ini akan mampu menjawab tuntutan dan kebutuhan rakyat saat ini. Semoga...!!!
-------------------------
Sumber: KOMPASIANA

Kamis, 27 Maret 2014

“Shopping List” Dari Parpol Korup Harusnya Jadi Black-List

[RR1online]:
TENTU kita semua masih ingat dengan “shopping-list” (daftar belanjaan) atau janji-janji yang diteriakkan oleh para parpol penguasa beserta koalisinya pada Pemilu 2004 dan 2009, yang pada intinya berjanji mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan kelompok, serta berjanji menyejahterakan rakyat. Namun, apakah saat ini shopping-list itu sudah terwujud...???

Rasanya hanya sangat mendustai dan menyakiti hati rakyat kecil jika jawabannya adalah YA. Jika demikian, maka jawabannya adalah TIDAK...!!!

Sehingga itu pada tahapan kampanye seperti saat ini, artinya rakyat harusnya menjadikan black-list bagi para parpol yang telah diberi kesempatan mendapat tempat terhormat tetapi tak berhasil merealisasikan shopping-list atau janji-janjinya yang telah diucapkannya pada Pemilu-pemilu sebelumnya.

Dan adalah tindakan atau sikap yang sangat dan paling bodoh apabila rakyat sudah tahu jika parpol tersebut adalah parpol korup yang ingkar dan hanya bisa memperkaya diri sendiri, namun akhirnya rakyat malah tetap ingin mendukung dan memilih parpol itu kembali.

Saat ini, rakyat tentu bisa menyaksikan langsung betapa banyak capres dari parpol korup yang kembali meneriakkan shopping-list atau janji-janji manis dalam kampanye, baik secara face to face maupun melalui panggung yang diwarnai oleh hiburan-hiburan dangdut, persis pada kampanye-kampanye pemilu sebelumnya.

Lalu bagaimana bisa sedikit mengetahui mana capres yang baik dan mana capres yang perlu diblack-list...?

Di sela-sela usai mengikuti diskusi kebangsaan bertema: “Kepemimpinan yang Negarawan” di Gedung Joang, Menteng-Jakarta, Selasa (25/3/2014), DR.Rizal Ramli berkesempatan memberikan sedikit petunjuk dan komentarnya tentang shopping-list dari capres.

Menurutnya, capres yang baik adalah yang dapat diukur dari visi dan misinya. Apakah, misi seorang capres realistis dan terlihat mampu membawa bangsanya ke tingkat yang lebih tinggi dari segi kemakmuran maupun kehormatan.

Olehnya itu, Menko Ekuin era Presiden Gus Dur ini sangat menyayangkan bagi para capres yang berkampanye pada Pemilu 2014 ini terlihat lebih banyak melakukan shopping-list yang tidak jelas visi dan misinya, pembiayaannya bagaimana, tahapannya seperti apa.

Penasehat ekonomi badan dunia (PBB) ini menyebutkan, janji-janji yang diumbar para capres saat kampanye harus jelas dan dapat direalisasikan di kemudian hari. Bukan sekadar janji kosong belaka hanya untuk mencari dukungan.

“Jangan menjanjikan shopping list. Ingin ini, ingin itu tapi tidak jelas bagaimana melaksanakannya atau membiayakannya,” ujar ekonom senior ini seperti dilansir rmol.com.

Jika demikiam, para capres yang berkampanye di Pemilu 2014 ini diminta sebaiknya tidak asal mengumbar janji manis yang dikuatirkan malah tidak terpenuhi ketika sudah menjabat seperti yang telah terjadi pada Pemilu-pemilu sebelumnya.

Dengan banyaknya shopping-list terdahulu yang tidak mampu diwujudkan oleh parpol-parpol yang kini punya posisi, maka tak salah jika rakyat banyak pula yang kini harus mem-black list parpol-parpol tersebut.
---------------
Sumber: KOMPASIANA

Selasa, 25 Maret 2014

Ini “Syarat” Generasi 98 dan Para Aktivis Dukung Jokowi


[RR1online]:
MEMANG ada berbagai alasan mengapa perlu mendukung Jokowi sebagai Capres untuk bertarung dalam Pilpres 2014 ini. Tetapi tidak sedikit juga kalangan mengaku hanya ingin mendukung Jokowi dengan sebuah “syarat”.

Sebut saja misalnya kelompok mantan aktivis reformasi 1998 yang terhimpun dalam Generasi 1998 (Gen ‘98) secara terbuka dan terang-terangan menyatakan dukungannya kepada Jokowi sebagai Capres yang telah ditetapkan oleh  PDIP tersebut, tentu saja dengan berbagai alasan namun diikuti dengan sebuah syarat.

Gen ‘98 bahkan mengaku sudah memperluas konsolidasinya dan membangun jaringan dengan aktivis era 80-an dan 70-an demi mewujudkan tuntutannya itu. Dan saat ini, mereka sedang menyusun pokok-pokok pikiran aktivis yang ideal untuk pemerintahan ke depan.

Dan inilah alasan para mantan aktivis tersebut. “Pertama, Jokowi bisa buktikan kerja riil. Programnya sangat kerakyatan. Ditambah lagi PDIP yang kami ketahui sedang mendesain pemerintahan yang akan dibangun berbasis Trisakti,” ujar juru bicara Gen 98, Taufan Hunneman. Seperti dilansir Rakyat Merdeka Online, Senin (24/3/2014).

Taufan mengaku, Gen 98 sebetulnya sudah mendukung Jokowi jauh sebelum Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menetapkan Jokowi sebagai capres. Dan dukungan Gen 98 kepada Jokowi itu, kata Taufan, bukan sekadar berdasar personality Gubernur Jakarta itu, tapi juga kerja-kerja Jokowi di Solo maupun di DKI Jakarta.

Namun Gen ‘98 mengaku menyayangkan, mengapa penetapan Jokowi sebagai Capres tidak langsung diikuti dengan penunjukan Cawapresnya saat itu juga. Namun meski begitu, para aktivis tersebut mengajukan kriteria Cawapres kepada PDIP yang dinilai sangat cocok mendapimgi kepemimpinan Jokowi kelak sebagai Presiden.

“Setelah Jokowi capres, maka seharusnya PDIP menetapkan cawapres yang ideal buat dia (Jokowi). Kriteria dari kami adalah bebas praktik korupsi, kolusi, nepotisme, punya visi membawa ekonomi mandiri, visioner membangun kedaulatan secara politik, ekonomi, dan budaya,” tutur Taufan.

Taufan pun mengungkapkan, bahwa pihaknya sudah melihat sosok ekonom kerakyatan, DR. Rizal Ramli, adalah tokoh yang paling layak mendampingi Jokowi. Sebab, katanya, Rizal Ramli sudah terbukti mampu mengimplementasikan ekonomi berdasarkan konstitusi, khususnya pasal 33 UUD 1945.

“Tanpa wakil yang pas buat Jokowi, cita-cita PDIP dan karakteristisk Jokowi yang kerakyatan menjadi wacana saja. Sama kayak SBY tahun 2004 yang seolah kerakyatan tetapi wakil dan kabinetnya salah semua. Akhirnya, pemerintahannya menganut sistem neoliberalisme,” ujarnya.

Taufan yang kini berprofesi sebagai advokat itu juga menjelaskan, bahwa setelah pemilu legislatif, pihaknya akan berusaha menemui jajaran petinggi DPP (PDIP). “Kami akan sampaikan seruan kami secara tertulis yang mewakili semua generasi aktivis. Jika seruan kami ditolak, maka kami cabut dukungan dari Jokowi,” tandasnya.

Sementara itu secara terpisah, salah seorang tokoh gerakan 98 lainnya yang kini aktif sebagai dosen, Lukman Hakim, juga menegaskan, Jokowi tidak akan mungkin sukses kalau tidak punya mesin politik yang solid. Jokowi juga tidak akan didukung rakyat bila tidak didampingi cawapres yang ideologis dan kuat secara intelektualitas.

“Jokowi tidak cukup ditopang popularitas. Dia harus ditopang wakil yang ideologis, kuasai makro dan mikro ekonomi, punya track record bersih. Saya sepakat kalau sosok itu adalah Rizal Ramli,” ungkap Lukman.

Lukman Hakim juga menegaskan, bahwa Rizal Ramli saat menjabat Kepala Bulog, Menko Perekonomian, dan Menkeu di era pemerintahan Gus Dur memang terbilang singkat. Namun di masa singkat itu pula, kata Lukman, Rizal Ramli sudah menunjukkan kebijakan yang menyejahterakan rakyat, meningkatkan kehidupan petani dan menyehatkan BUMN serta BUMD di Indonesia.

“Track record harus jadi prioritas Jokowi dan PDIP untuk tentukan cawapres. Elite politik jangan lagi memanfaatkan ingatan masyarakat kita yang pendek,” tegasnyanya.
----------------
Sumber: KOMPASIANA

Jumat, 21 Maret 2014

Indonesia Bisa Digdaya Bersama Jokowi atau Prabowo Jika Ini Wapresnya



















[RR1online]:
TANPA bermaksud menyepelekan sosok Capres maupun figur lainnya, bahwa dengan melihat kondisi sampai hari ini, maka hanya terdapat tiga sosok Capres yang lebih dinilai mampu membawa perubahan di negeri ini secara membaik. Ketiga sosok tersebut adalah Jokowi, Prabowo, dan Rizal Ramli.

Dari ketiga sosok tersebut, hanya Rizal Ramli memang yang tidak memiliki partai atau tidak sedang dinaungi oleh salah satu parpol mana pun, sehingga sosok mantan Menko Perekonomian ini dianggap kesulitan menembus posisi Capres karena terhalang oleh sistim perpolitikan di negeri ini.

Namun dalam kondisi seperti itu, bukan berarti langkah Rizal Ramli samasekali harus terhenti begitu saja. Para pendukungnya pun mengarahkan mantan Menkeu ini untuk ikut dalam Konvensi Rakyat. Dan terbukti, dari tahapan seleksi serta rangkaian kegiatan Komite Konvensi Rakyat melalui Debat Publik yang telah digelar di sejumlah kota besar menempatkan Rizal Ramli sebagai Kandidat Capres 2014 yang paling ideal.

Dari setiap debat publik yang telah digelar oleh Komite Konvensi Rakyat tersebut, Rizal Ramli sangat nampak sebagai Kandidat Capres yang paling menonjol, yakni sangat jelas terlihat sebagai sosok yang memiliki integritas, kapasitas dan kapabelitas yang amat tinggi. Para pendukungnya pun bermunculan secara spontan, bukan hanya di tiap-tiap kota tempat diselenggarakannya debat publik, tetapi juga bermunculan secara “alami” (bukan karena parpol) dari tingkat bawah di seluruh daerah di tanah air.

Terlebih karena sejauh ini Rizal Ramli juga memang diakui sebagai sosok yang memiliki rekam jejak yang sangat positif dan inspiratif. Artinya, meski dulu hanya sedikit (singkat) waktunya menjadi pejabat, namun kinerjanya terbilang tinggi. Dan ia bisa menjadi tokoh nasional adalah bukan karena parpol, bukan pula karena orangtua atau mertua.

Sehingga ketangguhan kemandirian Rizal Ramli tentunya telah sangat teruji, sebab sejak usia 7 tahun ia sudah menjadi anak yatim-piatu yang tahan “bantingan”. Olehnya itu, anggota penasehat ekonomi PBB (badan dunia) ini sesungguhnya tidaklah bisa disepelekan begitu saja hanya karena alasan tidak berasal dari parpol tertentu.

Justru dengan tidak berpartai, posisi Rizal Ramli dinilai sangat kuat sebagai sosok yang amat diminati oleh rakyat. Sebab bukankah sebagian besar rakyat saat ini sudah menaruh rasa tidak percaya lagi kepada parpol?! Olehnya itu, tampilnya Rizal Ramli sebagai sosok yang juga mendapat aspirasi agar dapat dimajukan dalam Pilpres 2014 sesungguhnya bisa menjadi angin segar bagi parpol untuk kembali meraih kepercayaan dari rakyat.

Dan karena saat ini Jokowi telah ditunjuk sebagai Capres dari PDIP, juga dengan Prabowo sebagai Capres tunggal dari Gerindra, maka selanjutnya kedua Capres ini melalui parpol masing-masing tentu saja harus lebih selektif dan benar-benat cermat dalam menentukan siapa yang paling cocok dan layak ditunjuk sebagai Cawapres, tidak asal menurut selera sendiri-sendiri. --(Dan hal ini juga berlaku pada parpol lainnya).

Artinya, dalam mencari dan menentukan sosok Cawapres, Jokowi melalui PDIP maupun Prabowo melalui Gerindra, tentunya harus dengan jujur mempertimbangkan selera rakyat serta harus sesuai dengan tuntutan kehendak zaman yang betapa menghendaki adanya sosok pemimpin yang mampu memecahkan permasalahan-permasalahan negara, terutama masalah-masalah ekonomi bangsa.

Lalu siapa Cawapres yang amat cocok dan pantas menjadi pendamping Jokowi ataupun Prabowo? Sejauh ini beberapa pihak memang sudah ada yang menjodoh-jodohkannya dengan sejumlah sosok agar dapat disandingkan dengan kedua Capres ini. Tetapi dari semua sosok yang ada, maka menurut saya sungguh sangatlah tepat jika memilih DR. Rizal Ramli. Kenapa?

Mari kita analisa dengan meraba berbagai resiko atau dengan segala kemungkinan untuk kepentingannya di kelak kemudian hari. Bahwa menurut pandangan saya, kelak kepemimpinan Jokowi ataupun Prabowo tidak akan mendatangkan sesuatu yang signifikan dan bahkan melemah jika berpasangan dengan seseorang yang telah berumur sangat senja meski sebagai pengusaha papan atas sekali pun.

Sebab, pekerjaan dan tugas-tugas negara ke depan diyakini akan sangat membutuhkan energi (memeras otak, memeras keringat) yang tidak sedikit. Kita tidak ingin pemimpin kelak lebih banyak diurus oleh rakyat karena mungkin sudah sakit-sakitan, atau mungkin akan lebih banyak memikirkan kelangsungan dan kejayaan perusahaannya. Itu yang pertama.

Yang kedua, Jokowi maupun Prabowo tidak cocok berpasangan dengan seseorang yang lebih kuat. Lebih kuat yang dimaksud dalam hal ini adalah memiliki kekuatan berupa: kekuatan parpol, kekuatan finansial, apalagi memiliki kekuatan media-massa. Sebab, jangan lupa, bahwa pencapaian kedudukan sebagai kepala negara adalah timbul akibat dari proses politik. Sehingga itu Presiden dan Wakil Presiden juga disebut jabatan politik. Bukankah wajah politik kita saat ini sangat cenderung (gampang) “digoyang” oleh kekuatan parpol, finansial, dan juga kekuatan media-massa..???

Olehnya itu, Jokowi maupun Prabowo (dan ini juga berlaku bagi seluruh capres dari semua parpol) sangat perlu menghindari berpasangan dengan seseorang yang memiliki kekuatan yang lebih besar. Sebab, sangat memungkinkan bisa terjadi gesekan politik dalam perjalanannya kelak. Dan ini pula mungkin salah satu alasan mengapa pada periode kedua, SBY lebih memilih berpasangan dengan Boediono ketimbang harus mempertahankan berpasangan dengan JK.

Yang ketiga, ini khusus Jokowi. Bahwa Jokowi tidaklah cocok berpasangan dengan seseorang yang berasal dari kalangan militer. Sebab, kelak ini sangat bisa mengancam posisi Jokowi nantinya, atau dapat dilumpuhkan oleh “syahwat” kekuasaan militer melalui gerakan kudeta, yang sebelumnya bisa dimulai dari skenario di panggung politik dengan memunculkan setitik persoalan kecil. Sehingga itu, lebih baik mencegah daripada mengobati.

Tetapi Presiden sipil berpasangan dengan Wakil Presiden dari militer tidak akan jadi masalah bagi Partai Demokrat. Sebab di sana ada SBY.

Satu catatan yang bernuansa “andai-andai” dari saya yang sangat perlu diantisipasi oleh seluruh parpol (tidak termasuk Demokrat). Bahwa, andai pasangan sipil-militer yang dimajukan, lalu pasangan ini yang berhasil menang, dan di saat bersamaan andai demokrat mengalami kekalahan pada Pemilu 2014, maka sangat perlu diwaspadai terjadinya gesekan politik yang akan berujung pada kudeta.

Olehnya itu, satu-satunya sosok yang paling aman untuk dijadikan pendamping buat Jokowi maupun bagi Prabowo dalam menjalankan roda pemerintahannya kelak untuk sukses 5 tahun ke depan adalah DR. Rizal Ramli.

Sebab, sebagai sosok ekonom senior yang kini telah berada di level internasional, maka ide maupun gagasan-gagasan Rizal Ramli tentu diyakini sudah sangat matang hanya untuk fokus bekerja dan menjalankan tugas-tugas kenegaraan membantu presiden, khususnya dalam meningkatkan perekonomian di negara ini. Terlebih karena memang Rizal Ramli pula tidaklah bernaung dalam parpol mana pun, maka tentu sangatlah jauh dari ambisi untuk merebut kursi posisi presiden.

Beberapa bulan lalu, sesuai kecenderungan dari lapisan bawah, saya sudah mencoba “menjodohkan” Jokowi untuk bisa berpasangan dengan Rizal Ramli pada Pilpres 2014, yakni melalui artikel berjudul: Inilah “Bintang Kejora” yang Siap Bersinar di 2014..?!! (Kejora= Kemilau Jokowi Rizal Ramli)

Saya sebut bintang “Kejora” , sebab dua sosok ini (Jokowi-Rizal Ramli) sangat identik dengan desakan rakyat yang amat menghendaki terbitnya (munculnya) pemimpin yang mampu bersinar di akhir “kegelapan”.

Kemudian di sisi lain, karena saya juga memandang Prabowo amat cocok berdampingan dengan Rizal Ramli, maka kali ini saya juga menyodorkan sebuah jargon: “PRIMA= Prabowo-Rizal Indonesia Makmur-Aman”. Jargon ini juga sangat relevan dengan kondisi rakyat kita saat ini yang sangatlah mengharapkan negara ini bisa berkembang secara prima di bawah kepemimpinan dari sosok presiden dan wakil presiden yang prima pula.

Apalagi dengan menyadari betapa SBY akan meninggalkan PR yang sangat banyak dan amat tidak ringan, yang di dalamnya lebih banyak sangat membutuhkan penanganan pada masalah ekonomi bangsa dan negara, maka tidaklah keliru jika Jokowi maupun Prabowo dapat dipasangkan dengan sosok ekonom senior seperti Rizal Ramli. Dan jika ini (Kejora atau Prima) betul-betul bisa diwujudkan, maka diyakini Indonesia akan benar-benar akan menjadi negara digdaya yang disegani oleh negara-negara lainnya, yakni sebagai “macan” Ekonomi di Asia. Semoga terwujud...!!!

SALAM PERUBAHAN 2014....!!!!
------------------------

Sumber: KOMPASIANA

Minggu, 16 Maret 2014

(Saran untuk PDIP) Pasangan Capres “Sikora”, Indonesia Lebih Maju


[RR1online]:
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya resmi menunjuk Joko Widodo (Jokowi) sebagai Capres yang akan dimajukan dalam Pilpres 2014 mendatang. Dan seketika itu, sejumlah pihak pun ramai bertanya-tanya serta mulai menebak-nebak siapa gerangan sosok Cawapres yang paling pantas mendampingi Jokowi...?!?

Meski sudah ada beberapa sosok yang disebut-sebut pantas berpasangan dengan Jokowi, namun demi mewujudkan INDONESIA BARU yang LEBIH MAJU, maka tentu saja tidak semua sosok bisa disebut cocok berpasangan dengan Jokowi. Sebab, untuk mewujudkan Indonesia Baru yang Lebih Maju, rakyat tentu sangat memerlukan pemimpin yang mampu “FOKUS” menyelesaikan masalah-masalah yang ditinggalkan (yang “diwariskan”) oleh penguasa sebelumnya (saat ini).

Pemimpin yang mampu Fokus yang saya maksud dalam hal ini, tentu saja adalah pasangan pemimpin (Presiden dan Wakil Presiden) yang diyakini bisa BEKERJA KONSENTRASI secara PENUH untuk kemajuan bangsa (rakyat) dan negara tanpa harus membagi waktunya mengurus partai atau kelompoknya saja. Sebab, tidak sedikit serta tidaklah ringan masalah-masalah negara yang harus dibenahi oleh Presiden dan Wakil Presiden yang nantinya terpilih pada Pemilu 2014 ini.

Bicara tentang pemimpin yang fokus, saya menilai, Ibu Mega Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP sudah tepat memilih Jokowi sebagai Capres. Sebab dengan begitu, kelak jika berhasil menjadi Presiden, Jokowi tentu saja memiliki waktu yang banyak dengan fokus bekerja penuh hanya menjalankan tugas negara tanpa harus mengurus partai. Sebab, untuk urusan partai bisa secara penuh pula ditangai oleh Ibu Mega.

Hanya saja, untuk memastikan semua itu bisa berjalan secara fokus, maka PDIP melalui Ibu Mega tentu saja tidak bisa salah menunjuk dan memilih pasangan Cawapres yang akan mendampingi Jokowi. Sehingga itu, Ibu Mega sebaiknya memilih sosok non-parpol untuk dijadikan sebagai Cawapres.

Alasannya, jika Cawapres pendamping Jokowi diambil dari sosok parpol lain, maka ketika berhasil menjadi Wapres, tentulah nantinya sangat berpotensi terjadinya beda pendapat dan pandangan, yang pada akhirnya akan menimbulkan gesekan politik antara PDIP dengan parpol lain yang telah terlanjur diposisikan sebagai Wapres tersebut. Sehingganya, pemerintahan pun hanya lebih banyak berjalan di atas “perselisihan” dalam kekuasaan karena senantiasa saling curiga dan saling intai-mengintai satu sama lain. Akibatnya, pemerintahan pun tidak akan bisa berjalan secara fokus.

Dengan pertimbangan di atas, maka sangat tepat jika Ibu Mega memilih sosok non-parpol untuk dijadikan Cawapres, yakni sosok yang benar-benar diyakini hanya ingin bekerja secara fokus pula tanpa harus “terikat” atau terpengaruh dengan “irama” politik yang “dikehendaki” oleh parpolnya.

Saya percaya, di bawah kendali Ibu Mega, PDIP selama ini adalah satu-satunya parpol yang benar-benar memiliki niat serta cita-cita murni dan tulus berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang Lebih Maju. Hal ini dapat dilihat sepanjang era pemerintahan SBY, PDIP lebih memilih menjadi oposisi yang tidak tergiur untuk mendudukkan kadernya di satu kementerian (kabinet) pun.

Saya juga percaya, bahwa sampai kapan pun PDIP sangat mendambakan ajaran Trisakti dari Bung Karno untuk dapat dilaksanakan sebagai cita-cita murni nan tulus dalam mengangkat harkat serta martabat Bangsa dan Negara Indonesia. Dan hal itu masih tercermin dari Tema Rakernas III PDIP, awal September 2013 lalu, yakni: “Berjuang untuk Kesejahteraan Rakyat”. Ajaran Trisakti tersebut adalah: 1. Rakyat Berdaulat; 2. Negara berdiri di atas kaki sendiri (mandiri) di bidang ekonomi; dan 3. Berkepribadian dalam kebudayaan.

Bertolak dari semua itu, maka sangat tidak keliru jika Ibu Mega memilih seorang sosok non-parpol yang memiliki ideologi dan pandangan yang sama dengan PDIP dalam mewujudkan serta menjalankan ajaran Bung Karno tersebut. Sosok non-parpol yang saya maksud, adalah DR. Rizal Ramli.

Rizal Ramli saat ini boleh dikata adalah sudah merupakan “barang jadi”. Artinya, saat ini Rizal Ramli tak perlu lagi repot-repot “dipoles” karena telah ditempa dan berhasil menempati ranking pertama sebagai kandidat Capres dalam Konvensi Rakyat yang senantiasa menyuarakan ajaran Trisakti.

Terlebih lagi karena selain sebagai kaum intelektual yang berasal dari kalangan pergerakan, Rizal Ramli juga adalah sesungguhnya bukan lagi sosok “asing” di mata Ibu Mega serta di hadapan para kader PDIP lainnya. Bahkan setiap gagasan dan ide-ide serta pergerakannya selalu saja mencerminkan ajaran Trisakti. Sehingga itu jika Jokowi diharapkan bisa benar-benar fokus bekerja (kelak) sebagai Presiden agar tidak merasa was-was akan “digoyang”, maka pendamping yang pantas dan cocok sebagai Wapres adalah Rizal Ramli.

Pasangan Capres ini kemudian juga bisa saya sebut dengan istilah “SIKORA= preSIden joKOwi-rizal RAmli”. Memang secara kebetulan, SIKORA adalah istilah (akronim) yang dimunculkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yakni: SIKORA= SI KOtak suaRA, yang kemudian SIKORA kini dijadikan maskot Pemilu 2014. Namun SIKORA istilah dari KPU dengan SIKORA istilah dari saya tentu saja sangat jauh berbeda. Namun kedua-duanya memiliki persamaan, yakni sama-sama mengajak untuk “MEMILIH” dalam Pemilu 2014 ini.

Dan terlepas dari itu, jika pasangan ini direstui oleh Sang Yang Maha Kuasa menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019, dan jika Tema Rakernas-III PDIP benar-benar serius ingin diwujudkan, maka tentu pasangan SIKORA inilah yang amat diyakini akan sangat fokus bekerja secara sigap dalam membenahi ekonomi rakyat. Sampai itu SIKORA juga saya definisikan: “SIgap eKOnomi RAkyat.

Artinya, pasangan pemimpin ini selalu sigap memperhatikan urusan-urusan ekonomi rakyat karena selain Jokowi yang selalu peduli dengan nasib rakyat, Rizal Ramli juga adalah sosok ekonom senior yang tak perlu lagi diragukan kemampuannya. Sehingga nantinya, jika keduanya terpilih, maka tentu senantiasa fokus dalam menjalankan tugas dan tanggung-jawabnya tanpa harus membagi waktunya sedikit pun kepada urusan partai. Apalagi keduanya memang tak perlu mengurus parpol lagi, sebab urusan parpol (PDIP) sudah menjadi tanggungjawab Ibu Mega.

Semoga jika telah berhasil terpilih dalam Pilpres 2014 SIKORA versi saya ini juga bisa kemudian menjadi: “triSaktI joKOwi-rizal RAmli”.

SALAM PERUBAHAN 2014...!!!!
------------------------
Sumber: KOMPASIANA

Artikel terkait:


http://politik.kompasiana.com/2013/08/15/inilah-bintang-kejora-yang-siap-bersinar-di-2014-584055.html

Senin, 10 Maret 2014

Jika Rizal Ramli Capres, Angka Golput akan Turun


[RR1online]:
DARI data yang ada, terdapat angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya (Golput) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 silam adalah sebesar hampir 30 persen. Sementara suara yang tidak sah hampir 15 persen. Jika digabung antara angka Golput dengan suara yang Tidak Sah, maka sekitar 40 persen atau terdapat 67.166.357 suara yang “hilang” dari DPT sebesar 171.265.442.

Angka 30 persen Golput pada Pilpres 2009 tersebut tentu saja sekaligus dapat dikatakan sebagai jumlah “penolakan” dari para pemilih terhadap seluruh pasangan Capres dan juga kepada semua Parpol pengusung di 5 tahun silam tersebut.

Lucunya, sejumlah FIGUR serta PARPOL yang mendapat “penolakan” sebesar 30 persen pada Pilpres 2009 yang lalu tersebut, saat ini malah akan kembali berlaga pada Pilpres 2014 mendatang.

Kelucuan ini pun lebih diperparah lagi dengan kondisi kinerja sangat buruk yang ditampilkan oleh pemerintahan hasil produk Pemilu 2009. Yakni di antaranya, KORUPSI yang semakin merajalela; nilai RUPIAH melemas; UTANG negara yang makin membengkak, pengelolaan APBN yang mengalami banyak DEFISIT; IMPOR makin tumbuh pesat; pengedaran NARKOBA perusak generasi bangsa makin menganga akibat sentuhan hukum yang lemah; kedaulatan dan KEWIBAWAAN negara yang makin kerdil di mata negara-negara tetangga; dan lain sebagainya.

Kondisi kinerja yang sangat buruk itulah kemudian membuat  para “Golputers (pelaku Golput)” merasa tak menyesali diri tidak memberikan suaranya pada Pemilu 2009 yang lalu. Sebaliknya, mereka yang memberikan suaranya pada pemilu 2009 boleh jadi saat ini merasa amat kecewa atas kinerja yang amat buruk tersebut. Sehingganya, angka Golput pun diperkirakan akan semakin meningkat pada Pemilu 2014 ini.

Jika ingin benar-benar menekan angka Golput pada Pemilu kali ini, maka para Parpol sebaiknya jangan berpura-pura optimis dengan menyebut bahwa angka Golput bisa ditekan. Para Parpol sebaiknya secara bijak menyadari diri untuk tidak lagi mempertahankan cara-cara atau “budaya” angkuh dan egoismenya dengan memaksakan kehendak dan seleranya sendiri-sendiri demi kepentingan kelompok masing-masing.

Terutama dalam hal mencari dan mentukan pasangan capres yang akan diusung, maka para parpol seharusnya jangan pura-pura tidak melihat serta jangan pura-pura tidak mengetahui POTENSI (kekuatan) BESAR murni yang dimiliki oleh SOSOK dari LUAR PARPOL.

Potensi besar murni yang dimaksud adalah potensi kepemimpinan positif dari seseorang yang memiliki integritas (integritas intelektual, moral, dan sosial), kapasitas, serta kapabelitas tinggi sesuai “cita-rasa” yang diharapkan oleh rakyat, yang tentu saja tidak terjadi secara “rekayasa” melalui “ramuan bumbu-bumbu resep” yang dipaksakan menurut selera partai politik.

Hanya potensi besar yang murni yang diyakini akan memunculkan pendukung riil (bukan rekayasa atau paksaan) yang lahir dari seluruh lapisan masyarakat. Sehingga itulah, jika sosok yang memiliki potensi besar murni ini kemudian disepelekan (tidak diusung) oleh parpol, maka di situlah sesungguhnya yang memaksa pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya, alias Golput. Dan ingat, “kaum” yang Golput saat ini adalah rata-rata dipengaruhi oleh pemikiran idealis yang sangat tinggi, yang tak sudi negara ini dikuasai oleh parpol korup. Sehingga itu, para parpol juga jangan pura-pura tidak memahami pemikiran idealis yang dimiliki oleh kaum Golput tersebut.

Sebagai contoh dekat. Rizal Ramli yang saat ini sebagai Kandidat Capres versi Konvensi Rakyat, adalah sosok yang samasekali tidak bisa disepelekan. Sebab, mantan aktivis mahasiswa yang pernah dibui karena melawan rezim Orba ini tentu saja adalah sosok yang tidak perlu lagi diragukan pemikiran idealisnya. Dan dari pemikiran idealis yang dimilikinya itu, Rizal Ramli pun berhasil menjadi tokoh nasional yang memiliki kualitas integritas, kapasitas dan kapabelitas yang sangat tinggi.

Sehingga itulah, tidak sedikit rakyat dari banyak lapisan dengan sebuah kesadaran untuk mendapatkan pemimpin berintegritas, kapasitas dan kapabelitas yang tinggi, menyatakan luapan kehendaknya mendukungan Rizal Ramli agar juga dapat dimajukan dalam Pilpres 2014 tahun ini. Menanggapi derasnya aspirasi dari rakyat tersebut, Rizal Ramli pun melangkah maju sebagai kandidat Capres di Konvensi Rakyat untuk menjemput dan menyahuti restu dari langit (Tuhan) serta dari bumi (rakyat) demi perbaikan serta perubahan (khususnya peningkatan ekonomi) di negeri  ini.

Luapan aspirasi dan dukungan kepada Rizal Ramli ini ternyata tidaklah mengada-ngada. Dukungan tersebut di antaranya bisa secara nyata dilihat dari setiap acara debat-publik Konvensi Rakyat yang diselenggarakan di sejumlah kota besar di tanah air. Pada setiap acara tersebut, tidak sedikit pendukung Rizal Ramli dengan ikhlas dan bergotong-royong hadir, yakni sebagai bukti luapan dukungannya kepada sosok ekonom senior tersebut.

Seluruh pendukung para kandidat Capres Konvensi Rakyat tersebut (termasuk pendukung Rizal Ramli), tentu saja adalah rakyat yang berasal dari semua lapisan, yang boleh jadi mereka-mereka yang hadir dan memberikan dukungannya tersebut adalah orang-orang yang berasal dari dua “golongan”, yakni pertama adalah Golput 2009 yang telah berniat untuk tidak lagi Golput 2014 karena ingin mendukung Rizal Ramli; dan kedua adalah “golongan” yang pernah memberikan suaranya pada Pilpres 2009 tetapi telah kecewa dengan kinerja parpol penguasa beserta para koalisinya dalam pemerintahan saat ini.

Sehingga jika sosok di luar parpol seperti Rizal Ramli ini benar-benar bisa diusung sebagai Capres untuk bertarung dalam Pilpres 2014, maka diyakini angka Golput akan mengalami penurunan drastis. Sebab, sekali lagi, Rizal Ramli adalah sosok luar partai yang dinilai memiliki potensi besar “murni“ dan punya pendukung riil (asli) dari rakyat. Dan selain itu, Rizal Ramli memang dikenal sebagai sosok yang sangat “familiar” di kalangan kaum Golput.

Kalau begitu, jangan Golput pada Pilpres 2014…!!!
-------------
Sumber: KOMPASIANA

Selasa, 04 Maret 2014

Rizal Ramli: Negara ini Salah Urus, Salah Prioritas. Membagikan Sebutir Telur Saja Pemerintah Tak Mampu


[RR1online]:
SESAAT ketika Perang Dunia II berakhir, Pemerintah Jepang bergegas bangkit dari sisa puing-puing kehancuran, lalu segera membenahi diri. Salah satunya adalah dengan melakukan langkah prioritas (saat itu), yakni dengan melakukan bagi-bagi telur kepada seluruh anak sekolah setiap ingin berangkat ke sekolah. Hasilnya, anak-anak Jepang menjadi cerdas, yang 15-20 tahun kemudian nyatanya berhasil membawa Jepang menjadi negara kuat dan maju.

Hal tersebut dikisahkan dan digambarkan DR. Rizal Ramli selaku kandidat Capres 2014 Konvensi Rakyat dalam Debat Publik. Acara ini dihadiri ribuan warga Kota Bandung-Jawa Tengah dan sekitarnya di Gedung Sabuga ITB, Bandung, Minggu (2/3/2014).

Menurut Rizal Ramli selaku Capres yang paling gigih sejak dulu memperjuangkan kepentingan rakyat ini, Indonesia seharusnya bisa bercermin dari kebangkitan Jepang di masa lalu tersebut. Sayangnya, pemerintah Indonesia enggan melakukan hal serupa. Pemerintah malah lebih sibuk mengurus kepentingan kelompoknya sendiri-sendiri.

Mantan Menteri Keuangan ini dengan tegas menekankan, bahwa dengan APBN-RI yang jumlahnya lebih Rp.1.800 Triliun itu, semestinya banyak yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terhadap rakyatnya, terutama dalam hal peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Termasuk tentunya membenahi 30 persen anak-anak sekolah usia SD yang saat ini masih kekurangan gizi dan kurang protein.

“Sayang sekali, besarnya anggaran itu justru dialokasikan untuk membiayai birokrasi secara berlebihan. Untuk anggaran perjalanan dinas saja, misalnya, pada 2013 jumlahnya mencapai Rp23 Triliun. Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang anggaran pertanian yang hanya Rp15,5 Triliun,” ujar Rizal Ramli geleng-geleng kepala seraya menambahkan, bahwa kok pemerintah tidak mau (tidak mampu) menyediakan sebutir telur (saja) untuk tiap anak SD?

Menggali hal tersebut, Rizal Ramli menyebutkan, bahwa masalahnya bukan karena kita tidak punya uang. Persoalannya, kata dia, karena negara ini salah urus, salah prioritas. “Kalau Rizal Ramli jadi presiden, kita akan memangkas biaya perjalanan dinas hingga maksimal  Rp10 Triliun. Selisih anggaran itulah yang kita alihkan untuk mencerdaskan anak-anak kita, para pemimpin masa depan Indonesia,” tegas Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur tersebut disambut tepuk tangan dan sorak-sorai yang panjang dari hadirin. Tanda mereka semuanya setuju dengan gagasan tersebut.

Rizal Ramli yang dinilai banyak kalangan sebagai sosok yang sangat pantas diusung oleh PDI-P, Nasdem, Gerindra, PBB, PKPI dan atau parpol “sejenisnya” untuk maju bertarung dalam Pilpres ini, menyebutkan, bahwa Kemendikbud tidak boleh lagi diurus dengan pendekatan birokratis. “Ini merusak pendidikan, karena yang ada di benak para pejabatnya (adalah hanya) proyek dan proyek. Pendidikan harus dikelola secara akademik,” tegas Rizal Ramli yang sempat memimpin delegasi RI ke sidang Consultative Group on Indonesia (CGI),  yang dari situ berhasil meghasilkan hibah terbesar sepanjang sejarah bagi Indonesia.

Dengan izin dan restu Allah Yang maha Kuasa serta dukungan dari seluruh rakyat Indonesia, Rizal Ramli bertekad meneruskan dan mewujudkan cita-cita Soekarno dengan memadukan ajaran Gus Dur, demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, dan menjadi Indonesia sebagai negara yang digdaya.
-------

Sumber: KOMPASIANA

Minggu, 02 Maret 2014

Rizal Ramli Adalah “Miniatur” Rakyat Indonesia


[RR1online]:
JIKA di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terdapat miniatur Indonesia yang memperlihatkan keanekaragaman seluruh kondisi daerah di tanah air, maka sosok Rizal Ramli adalah sosok “miniatur” rakyat Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator Tim Relawan Capres Rizal Ramli Wilayah-2 Gorontalo (TR-CRR Wil.2G), Anton Busura, saat bincang-bincang dengan Majalah Perubahan, di Sekretariat TR-CRR Wil.2G, di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, Minggu (2/3/2014).

“Rizal Ramli itu adalah sosok ‘miniatur’ rakyat Indonesia. Sebab, selama ini mulai dari gagasan pola pikir hingga tindakan dan perjuangan beliau (Rizal Ramli) itu sejak dulu adalah sangat dilatarbelakangi dan mencerminkan kehendak rakyat,” ujar Anton Busura didampingi sejumlah anggota TR-CRR lainnya.

Sehingga itu, kata Anton yang juga kini sebagai Ketua Kelompok Tani dan Ternak di daerahnya, Rizal Ramli (RR1) sangat patut diperjuangkan dan didukung untuk menjadi pemimpin di negeri ini pada Pilpres 2014 mendatang.

Menurut Anton, figur capres lainnya tidak akan pernah bisa disebut sebagai “miniatur” rakyat Indonesia, sebab mereka umumnya adalah berasal dari partai, yang tentu saja hanya cenderung  berpola pikir dan bertindak atas nama dan untuk kepentingan partai mereka masing-masing saja. “Dan ini sangat berbeda dengan sosok Rizal Ramli yang selama ini tetap konsisten dengan perjuangan yang pro-rakyat karena tidak pernah mengatasnamakan partai tertentu,” tutur Anton yang mengaku saat ini sedang giat menyosialisasikan figur RR1 sebagai kandidat Capres 2014 versi Konvensi Rakyat.

Alasan lainnya mengapa Rizal Ramli disebut “miniatur” rakyat Indonesia, menurut anggota Yayasan Panca Budi Cabang Gorontalo ini, yakni karena Rizal Ramli adalah “cerminan” asli kondisi rakyat. Artinya, jika Rizal Ramli selalu “marah” kepada pemerintah karena pemerintah dipandang lebih banyak mengurus kepentingan kelompoknya saja, maka “marahnya” Rizal Ramli itu adalah juga “marahnya” rakyat.

“Jika orang mau merenungi sosok kemunculan Rizal Ramli mulai dari masih bocah hingga bisa seperti saat ini, maka orang tersebut tentu akan menemui kesimpulan bahwa  Rizal Ramli adalah sosok pemimpin yang murni berasal dari rakyat dan tentu kepemimpinannya pun pasti adalah untuk rakyat, bukan untuk partai tertentu. Dan jika ada partai yang mengusung beliau nantinya pada Pilpres 2014 ini, maka partai tentu akan ikut menjadi partainya rakyat. Sehingga itu, partai yang mengusung beliau itu sangat patut untuk dimenangkan,” jelas Anton.

Ditanya tentang status sekretariat TR-CRR, Anton menjelaskan, bahwa sekretariat ini bisa berdiri atas inisiatif sendiri. “Ini langsung dari gerakan hati saya bersama teman-teman seperjuangan untuk mendukung Rizal Ramli Capres 2014. Kami bekerja dan bergerak tidak berdasar pada budget atau anggaran yang melimpah seperti layaknya di partai-partai besar. Apalagi karena memang anggarannya tidak ada. Kami melakukan semuanya ini adalah atas dasar rasa tanggung-jawab sebagai warga negara yang merasa sangat berdosa jika tidak mendukung sosok yang sesungguhnya sangat pantas menjadi pemimpin di negeri ini yang di dalamnya masih dipenuhi rakyat miskin yang sangat butuh perubahan. Kami tak ingin salah memilih pemimpin lagi, kami ingin memilih pemimpin yang benar-benar bisa dianggap sebagai sosok ‘miniatur’ rakyat Indonesia, yakni sosok seperti Rizal Ramli,” pungkas Anton.