[RR1online]
ADA banyak sosok yang kini disebut-sebut layak dimajukan sebagai Capres pada Pilpres 2014. Dan memang, siapa saja berhak untuk bersuara dan mengajukan figur yang diyakini mampu dilahirkan sebagai pemimpin di negeri ini, khususnya sebagai presiden 2014 mendatang.
Sejumlah figur dan parpol pun kini nampak berlomba-lomba dan berusaha menarik simpatisan agar dapat meraih popularitas tertinggi, yakni kebanyakan melalui penyajian “iklan” di media cetak, media sosial (internet) hingga ke media eletronik (radio dan televisi).
Parahnya, tidak sedikit masyarakat langsung menelan mentah-mentah sajian “iklan” tersebut, tanpa menyadari bahwa semua itu sesungguhnya lebih banyak mengandung rekayasa. Saya sebut rekayasa, karena kemunculannya sudah pasti dilatarbelakangi oleh kondisi persaingan politik.
Masyarakat juga nampaknya banyak yang tidak menyadari, bahwa ada nilai yang jauh lebih tinggi dan paling utama, serta sangat penting dibanding nilai popularitas, yakni integritas.
Bagi saya, semua figur bakal capres saat ini masing-masing memang memiliki integritas. Sebab, mereka semuanya adalah figur terbaik yang dimiliki oleh negeri ini. Tetapi, harus dipahami, bahwa tidaklah semua figur memiliki bobot integritas yang sama.
Sebab, menurut saya, karakter integritas dapat terbentuk dalam diri seseorang itu karena dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni; intelektual, moral dan etika, serta totalitas pengalaman dan kemandirian yang alami.
Ketiga faktor (integritas) ini, tidaklah dapat dimiliki secara instan oleh seseorang. Integritas hanya dapat dimiliki melalui proses yang sangat panjang dan secara berkelanjutan. Sehingga itu, integritas tak bisa direkayasa oleh siapa pun, termasuk media.
Dan menurut saya, jika integritas ini “berfungsi” dengan baik, maka akan memicu timbulnya dua “kekuatan”, yakni; keberanian (mettle) dan kemampuan memecahkan masalah (problem solving).
Olehnya itu, integritas inilah yang semestinya jadi perhatian utama dan penting buat masyarakat pemilih, yakni dalam menunjuk dan menentukan figur yang akan dipilihnya sebagai pemimpin, bukan popularitas.
Di sini, saya akan coba menyederhanakan pemahaman, bahwa terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara Popularitas dengan Integrtitas. Yakni, popularitas dapat dengan mudah dicapai apabila memanfaatkan dan memiliki 3M (MMM), yaitu Moment, Money and Means.
Sementara Integritas tak bisa dimiliki secara instan karena harus melalui proses 2R (RR), yakni Rove and Ripeness.
Rove (mengembara) maksudnya; seseorang telah “menjelajahi” banyak ilmu juga lingkungan, bertemu banyak kelompok masyarakat yang memiliki kultur dan tipe yang berbeda-beda. Sehingga, dari sini mampu memunculkan cara pandang luas yang sekaligus membentuk intelektualitas seseorang menjadi lebih tajam.
Proses “Rove” ini juga dapat ditunjuk sebagai totalitas pengalaman dan kemandirian yang alami, sehingga “rove” inilah yang tak bisa dilakukan secara instan apalagi jika ingin direkayasa.
Selanjutnya “Ripeness”, yakni dalam hal ini menggambarkan pola pikir yang mampu terbentuk secara matang karena telah didahului dengan proses “rove” tadi, yang kemudian secara bersamaan terbentuk pula sebuah kedewasaan untuk senantiasa menempatkan moral dan etika sebagai “kacamata” dalam memunculkan sebuah kebenaran. Inilah yang kemudian saya sebut sebagai “jiwa” dari integritas.
Sedangkan yang menjadi wujud “kekuatan” dari integritas ini, adalah seperti yang telah saya sebutkan di atas, yakni keberanian dan kemampuan memecahkan masalah (mattle and problem solving).
Sehingga itu pun saya lalu bisa menyimpulkan, bahwa Integritas adalah merupakan konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, dengan secara tegas membela kebenaran dan selalu berani melawan kesalahan.
Dari kesimpulan ini, maaf tanpa bermaksud menyepelekan sosok lainnya, maka saya kemudian berani menunjuk DR. Rizal Ramli sebagai sosok yang memang belum terlalu populer tetapi sesungguhnya memiliki Integritas yang sangat tinggi dibanding dengan sosok bakal capres lainnya.
“Kita sudah kenal siapa Rizal Ramli, pandangan-pandangannya dalam perekonomian, dan keberaniannya dalam mengambil sikap. Reputasinya di republik ini sudah tidak diragukan lagi. Kepada para mahasiswa, simaklah dan perhatikan apa yang akan disampaikan oleh Bapak Rizal Ramli. Karena siapa tahu dari pandangan-pandangan beliau hari ini, nantinya akan mengantarkan beliau menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014,” ujar Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Prof. Laode M Kamaluddin, saat membuka Kuliah Umum, menghadirkan ekonom senior Rizal Ramli, di Unissula, Semarang, Sabtu (21/9/2013), seperti dilansir rimanews.com.
Statement Prof. Laode M. Kamaluddin di atas, setidaknya adalah merupakan sebuah "pembenaran" sekaligus pengakuan, bahwa Rizal Ramli adalah memang sosok yang memiliki integritas amat tinggi.
Sebab, jika mau jujur, belum ada sosok bakal capres yang mempunyai keberanian dan totalitas pengalaman kemandirian alami seperti yang dimiliki Rizal Ramli.
Misalnya, bagaimana seorang anak yatim-piatu, yang sejak bocah sudah ditinggal oleh kedua orangtuanya, bisa tertanam jiwa pengabdian dan semangat patriotik yang amat meluap, lalu harus ditumpahkan melalui aksi unjuk-rasa melawan keras rezim Orba, sehingga harus dipenjara. Itulah Rizal Ramli saat masih mahasiswa sebagai aktivis.
Kemudian, "penampakan" integritas dan idealisme Rizal Ramli juga sangat jelas terlihat ketika harus turun berdemo (tahun 2008) di depan istana mendesak SBY agar harga BBM tidak dinaikkan, sekaligus menuntut agar harga-harga kebutuhan pangan segera diturunkan karena hanya menyengsarakan rakyat kecil.
Padahal ketika itu (2008), Rizal Ramli menduduki jabatan selaku Komisaris Utama di PT. Semen Gresik. Yang karena dengan melakukan demo dan perlawanan terhadap rezim SBY, membuat Rizal Ramli pun harus menerima konsekuensinya, yakni dicopot dari jabatannya tersebut.
Terus terang, sampai detik ini saya belum pernah mendengar apalagi menemukan tokoh pergerakan nasional seperti Rizal Ramli yang memiliki idealisme dan integritas yang amat tinggi, rela mengorbankan kuliahnya dan berani mempertaruhkan jabatannya demi berjuang untuk kepentingan rakyat kecil.
Akhirnya, artikel ini saya tulis bukan untuk diseret ke “arena” politik yang hanya bisa memunculkan perdebatan yang pasti tidak akan tuntas, sebab semua pihak secara politik sudah pasti pula akan mempertahankan figurnya masing-masing.
Jadi sekali lagi, artikel ini bukan untuk diperdebatkan apalagi sampai harus saling hujat satu sama lain. Saya hanya memberi sedikit pemahaman untuk bisa dijadikan bahan renungan, bukan untuk diperdebatkan, bahwa negeri ini amat membutuhkan pemimpin yang memiliki integritas yang tinggi, bukan pemimpin yang mempunyai popularitas yang melangit.
----------------
*Sumber: kompasiana