Minggu, 30 Juni 2013

LSP Beri Rizal Ramli Nilai Tertinggi Ajang Capres 2014

[RR1-online]
LINGKAR Studi Perjuangan (LSP) memunculkan hasil survei yang bermaksud untuk membantu masyarakat luas agar dapat mengenali jagoannya secara cerdas (bukan emosional) di saat ingin menentukan sosok yang akan didukung sebagai calon presiden (capres) 2014 mendatang.

Dalam penelitiannya, LSP telah menggali banyak sosok yang dinilai memiliki integritas dan kompetensi serta keberpihakan (termasuk perjuangan) kepada rakyat, selanjutnya dinilai sangat layak sebagai capres pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Pelaksanaan survei LSP ini sendiri cukup berbeda mekanismenya dengan lembaga-lembaga riset politik lainnya.

LSP melakukan riset dengan menggunakan metode kualitatif, yakni mengkaji historis kronologi pemberitaan aktual di banyak media massa.

Sedang untuk memberi nilai keberpihakan terhadap rakyat, LSP mengukurnya sesuai respons para sosok terhadap berbagai isu sosial. Misalnya, tentang kenaikan harga BBM, sembako dan lain sebagainya. Selanjutnya, untuk memunculkan matriks keberpihakan terhadap persoalan bangsa, LSP mengukur para sosok dari posisi politik figur yang bersangkutan, misalnya terhadap Undang-Undang Migas.

Selaku Peneliti di LSP, Gede Sandra menyebutkan, LSP berpendapat bahwa isu yang dijadikan pendekatan  metode penelitian tersebut sudah mewakili terselenggaranya survei. “Karena isu tersebut merupakan aspek strategis dalam konteks kedaulatan Rakyat dan Bangsa Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD dan pasal 33 UUD 1945,” ujar Gede Sandra kepada wartawan, pada Rabu (26/6), di gedung DPD, Jakarta.

Gede Sandra mengungkapkan, bahwa dari matriks integritas dan kompetensi memunculkan 14 figur capres. Capres tersebut, masing-masing adalah:
1.    Rizal Ramli (Integritas, Kompetensi, Keberpihakan ke rakyat)
2.    Megawati Soekarnoputri (Kompetensi, Keberpihakan ke rakyat)
3.    Din Syamsuddin (Integritas, Kompetensi, Keberpihakan ke rakyat)
4.    Mahfud MD (Integritas dan Kompetensi)
5.    Joko Widodo (Integritas)
6.    Sri Sultan Hamengkubowono (Integritas)
7.    Endriartonho Sutarto (Integritas)
8.    Hidayat Nur Wahid (Integritas)
9.    Jusuf Kalla (Kompetensi)
10.    Aburizal Bakrie (Kompetensi)
11.    Hatta Rajasa (Kompetensi)
12.    Yusril Ihza Mahendara (Kompetensi, Keberpihakan ke rakyat)
13.    Sri Mulyani (Kompetensi)
14.    Gita Wirjawan (Kompetensi)

Disebutkannya, figur capres yang memiliki integritas dan kompetensi diberi penilaian tertinggi dan rating triple A (sangat baik). Sedangkan untuk rating cukup baik diberi nilai AB, dan yang kurang diberi rating BC.

Gede Sandra mengungkapkan, ada tiga tokoh mendapat rating AB, cukup baik dalam keberpihakannya terhadap kepentingan rakyat dan bangsa yaitu Din Syamsuddin, Megawati Soekarnoputri dan Yusril Ihza Mahendra. Ketiga figur ini perwakilan kekuatan politik yang nasionalis dan kerakyatan.

Sedangkan, yang mendapatkan BC sebagai rating terendah keberpihakannya terhadap kepentingan rakyat dan bangsa terdapat lima figur, yaitu Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, dan Sri Sultan Hamengkubowono X. Mereka, menurut Gede, umumnya dari kalangan penganjur paham ekonomi neoliberalisme.

Dan selanjutnya, kata Gede Sandra, hanya terdapat satu figur yang memperoleh rating tertinggi triple A (AAA), yaitu Rizal Ramli.

Hasil survei LSP menempatkan Rizal Ramli dengan perolehan nilai tertinggi, karena didukung dengan keberpihakannya terhadap kepentingan rakyat dan bangsa cukup tinggi pula. Hal ini tak bisa dipungkiri, bahwa mantan Menko Perekonomian tersebut adalah satu-satunya figur yang rela mengorbankan posisinya sebagai Presiden Komisaris BUMN (dipecat oleh pemerintahan SBY) demi membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat, melalui gerakan penolakan kenaikan harga BBM, tahun 2008.

Selain itu, katanya, Rizal Ramli dinilai sebagai tokoh pejuang pergerakan yang paling reformis sejak dulu hingga kini. Yakni dimulai saat sebagai aktivis mahasiswa ITB, Rizal Ramli, sudah rela mengorbankan kuliahnya di ITB (terputus) tahun 1978. Ketika itu, Rizal Ramli dipenjara  pada Orde Baru karena keberaniannya melawan Pemerintah Soeharto, dan keteguhan hatinya berpihak kepada rakyat.>map/ams

Minggu, 23 Juni 2013

Partai Kedaulatan Tegaskan Dukungan hanya ke Cagub Khofifah


Jakarta [RR-online]
Menengok Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim) pada 2008 silam putaran kedua, sesuai perhitungan manual quick-count yang dilakukan oleh beberapa lembaga dan pusat kajian Pilkada menunjuk pasangan Calon Gubernur (Cagub) Khofifah Indar Parawangsa menang tipis, yakni selisih 1 persen dari lawannya Karsa (Karwo-Saiful). Sumber: http://www.indosiar.com

Tetapi pada Pilgub 2008 itu, paket Karsa-lah yang ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang. Bagi Khofifah, saat itu dirinya sedang didzalimi, dan akan tetap melawan Pembajakan Demokrasi terhadap dirinya.

Pada Pilgub tahun 2013 ini, Karsa kembali maju sebagai pasangan Cagub dengan memborong hampir semua partai parlemen maupun non-parlemen dengan pengusung utama adalah Partai Demokrat.

Begitu pun dengan Khofifah, yang kali ini berpasangan dengan mantan Kapolda Jatim, Herman Sumawiredja, yakni melalui partai-partai: PKB 12,26 persen; PKPB 1,48 persen; PKPI 0,87 persen; PK 0,50 persen; PMB 0,20 persen; PPNUI 0,24 persen. Sehingga total dukungan yang diperoleh Khofifah-Herman sebanyak 15,55 persen, atau telah melebihi syarat minimal 15 persen.

Inilah kemudian bagi sejumlah kalangan menilai, bahwa secara hitung-hitungan psikologis politik boleh jadi Karsa akan amat “gelisah” jika Khofifah kembali berhasil maju sebagai calon Gubernur Jatim 2013. Sebab, Khofifah adalah kandidat satu-satunya yang pernah “nyaris” menaklukkannya dalam Pilgub 2008 silam.

Belakangan, pada tahapan Pilgub 2013 ini, tiba-tiba aroma praktek politik Devide et Impera “pecah belah” tercium. Bagaimana tidak, dua parpol yang sedianya telah mendukung pasangan Khofifah-Herman, tiba-tiba juga muncul sebagai parpol pendukung di paket incumbent. Parpol tersebut adalah Partai Kedaulatan dan Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia (PPNUI).

Dualisme dukungan tersebut, tentu saja membuat paket Cagub Bersama Khofifah-Herman (Berkah) terancam tidak memenuhi syarat. Namun, kedua parpol tersebut akhirnya menyatakan tetap mendukung pasangan Khofifah-Herman.

Partai Kedaulatan yang sejak awal sudah memasukkan Surat Dukungannya kepada  Khofifah-Herman, dengan Nomor Surat: 14.A/SK/DPP.PK/PILKADA.CAGUB/V/2013, kembali memasukkan Surat Penegasan Nomor 02/DPP.PK/Pilgub.khs/VI/2013 tanggal 11 Juni 2013, yang langsung ditandatangani oleh Ketua Umumnya, Denny M. Cilah.

“Kami (Partai Kedaulatan) hanya bulat mendukung pasangan Khofifah-Herman,” tegas Denny sembari menyatakan kesiapannya untuk memperlihatkan bukti-bukti legal dukungan ke Khofifah-Herman, dan juga bukti-bukti dukungan ilegal dari sejumlah oknum yang mengaku kader Partai Kedaulatan kepada paket pasangan cagub lain.

Pihak KPUD Jatim sendiri telah melakukan verifikasi terakhir ke DPP Partai Kedaulatan (PK), yakni pada Jumat sore (21 Juni 2013), di kantor DPP PK, Jl. Pulomas Utara Raya 28, Jakarta Timur.

Hadir pada verifikasi tersebut masing-masing, dari pihak DPP PK 5 orang pengurus harian termasuk Ketua Umum bersama Sekjen yang baru. Sementara dari pihak verifikator adalah 5 Komisioner bersama 3 orang staf KPUD Jatim, didampingi 3 orang anggota Panwaslu Jatim.

Menurut jadual yang telah ditetapkan, KPUD Jatim akan mengadakan Rapat Pleno untuk mengambil keputusan Penetapan Pasangan Calon Gubernur Jatim pada 8-14 Juli 2013. Selanjutnya, akan dilakukan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim pada Kamis 29 Agustus 2013.

Secara legal, dukungan PK dan PPNUI sudah amat kuat. Sehingga tak ada alasan lagi bagi pihak-pihak tertentu untuk mencoba mematahkan pencalonan Khofifah-Herman untuk maju sebagai pasangan Cagub-Cawagub Jatim 2013.

“Semoga Jatim bisa melahirkan pemimpin baru yang mampu membawa perubahan, peningkatan kesejahteraan, kesejukan dan kedamaian bagi seluruh Rakyat Jatim,” ujar DR. Rizal Ramli via SMS selaku tokoh perubahan nasional, yang kini disebut-sebut sebagai capres-RI 2014 paling ideal.>map/ams

Minggu, 09 Juni 2013

Ambil Uangnya, Jangan Pilih Orangnya!

Jakarta, [RR1-online]:
Menteri Perekonomian era Presiden Gus Dur, DR. Rizal Ramli mengakui, bahwa dirinya saat ini memang tidak punya uang yang melimpah.

“Jangankan untuk jadi Capres, jadi gubernur pun uang saya pasti tidak cukup. Tetapi rakyat sudah bosan dengan orang-orang yang cuma menghambur-hamburkan duit tanpa punya visi dan program yang jelas,” jawab Rizal Ramli saat ditanyai oleh wartawan dalam acara diskusi bertajuk: “Bedah Capres 2014; Siapa Reformis, Siapa Tidak” yang digelar Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), di Ruang Gallery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Ahad siang (26/5).

Capres amat ideal dan paling reformis ini juga menambahkan, banyak contoh menunjukkan rakyat yang betul-betul mau berubah dan ingin maju tentunya tidak bisa lagi ditipu oleh para penjahat yang menggunakan uang untuk meraih kekuasaan.

Rizal Ramli mencontohkan di Brazil, Lula selaku tokokh buruh terkemuka, sama sekali tidak kaya dan tidak populer, tetapi akhirnya bisa menjadi presiden. Bahkan dia sukses membawa Brazil menjadi negara paling maju di Amerika Latin.

Begitu juga, katanya, dengan  Ahmadinejad melalui semangat dan ‘roh’ pembaharuannya berhasil menjadikan Iran maju dan sangat  disegani. Bahkan di Indonesia, Jokowi dan Khofifah Indarparawansa adalah contoh nyata. Rakyat sudah semakin cerdas dan berprinsip, ambil uangnya jangan pilih orangnya.
Seirama dengan itu, Direktur LPI Boni Hargens menyatakan, politik punya logikanya sendiri. Pada saatnya akan muncul pemimpin yang benar-benar diharapkan rakyat.

Politik membutuhkan dana sangat besar, adalah logika yang dibangun para politisi. Mereka menjadikan politik sebagai pasar yang menganggap rakyat bisa dibeli.

“Kalau demokrasi diukur dengan uang, maka memang para pemodal selalu jadi pemain utama. Karena itu kita harus terus berusaha mencerdaskan rakyat. Kita harus mengembalikan demokrasi pada rohnya. Kekuatan utama demokrasi di tangan kelas menengah, yaitu para mahasiswa, aktivis dan kaum intelektual. Bukan di tangan para penjahat yang menggunakan uang untuk membeli kekuasaan,” papar Boni.

Patrice Rio Capella selaku Sekjen Partai NasDem yang juga turut hadir dalam acara diskusi tersebut mengungkapkan, DR. Rizal Ramli besar kemungkinan akan diusung oleh Partai Politik, termasuk Partai NasDem.

“UU Pemilu mengharuskan Capres diusulkan oleh Parpol.  Kalau Partai NasDem berhasil masuk dalam tiga besar, tidak mustahil kami mencalonkan bang Rizal Ramli sebagai Capres pada 2014,” ungkap Rio Capella.>nt/ams

Jumat, 07 Juni 2013

Sekjen NasDem: Rizal Ramli Bisa Masuk Posisi 1, 2 atau 3 Capres NasDem

Jakarta, [RR1-online]:
PARTAI Nasional Demokrat (NasDem) mengaku membuka diri buat tokoh masyarakat maupun politikus yang kompeten untuk menjadi calon presiden (capres) 2014.

Patrice Rio Capella selaku Sekjen Partai NasDem menyebutkan, Mantan Menteri Perekonomian, Rizal Ramli, juga bisa (cukup ideal) menjadi capres dari partainya. Apalagi dalam rilis Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) memposisikan Rizal Ramli sebagai capres yang sangat reformis.

“Kalau NasDem, posisi 1, 2 atau 3, mungkin Bang Rizal bisa masuk,” kata Rio, di Gallery Cafe, Cikini, Jakarta Pusat pada Minggu (26/5).

Sementara itu, Rizal Ramli menyatakan, tidak mustahil dirinya maju di Pemilu 2014. Apalagi dengan adanya partai yang mau mengusung dirinya.

“Kalau Allah mendukung, mana yang tidak mungkin?! Parpol sekarang ada, organisasi ada, tidak ada rohnya. Tugas kami untuk menjadi rohnya, untuk memperkuat pluralisme,” tegas Rizal.

Mengenai kesiapan dana untuk menjadi presiden, ia mengaku tidak memilki cukup uang. Namun, Rizal yakin masyarakat tidak bodoh, karena masyarakat lebih akan melihat dari track record capresnya.

“Saya berikan contoh Jokowi enggak punya uang. Orang Jakarta pinter, ambil uangnya enggak pilih orangnya,” tutur Rizal Ramli.>ir/ams

Rabu, 05 Juni 2013

Pancasila Kita Saat Ini?

KETUA Presidium Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Provinsi Gorontalo, A.M.Syam, mengatakan, para pejabat dan pemimpin di negeri ini mengaku berasal dari kalangan terpelajar dan terdidik, tetapi sifat dan kelakuannya banyak yang tidak sesuai dengan PANDANGAN HIDUP di negeri ini, yakni PANCASILA.

"Pancasila kita kini bagai cermin yang telah retak akibat ambisi dan keserakahan para penguasa saat ini. Adalah, ketika sang penguasa yang berhati busuk mencoba memegang teguh dan berbercermin kepada Pancasila, wajahnya malah memunculkan bisul-bisul. Sehingganya, cermin tersebut yang dihantam hingga retak," ujar A.M. Syam saat ditanyai komentarnya tentang Hari Pancasila 1 Juni 2013.

A.M.Syam menggambarkan, ada kalimat bijak yang menyebutkan, jika wajahmu jelek ketika bercermin, maka janganlah cermin yang kamu hantam hingga retak dan pecah. "Hendaknya, perbaikilah wajahmu, sebab apa yang diperlihatkan oleh cermin itu adalah sesungguhnya benar," tegasnya.

Bahkan A.M. Syam yang juga seorang penulis di daerah ini juga mengaku telah pernah membuat coretan menyerupai sebuah puisi tentang kondisi Pancasila di Bumi Pertiwi yang tercinta ini. Berikut coretannya:

PANCASILA KITA SAAT INI?

Ketuhanan Yang Maha Esa:
Inilah keyakinan, juga keimanan
Sekaligus pengakuan kalbu
Yang terlahir dalam nurani Bangsaku
Tetapi, jahiliyah mulai menggerogoti
Materialisme jadi kiblat penghidupan
Rakyat kita pun banyak yang tersesat dan terjebak
Karena pemimpin-pemimpin kita banyak mempertuhankan jabatan
Dan masih banyak lagi....

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab:
Dari sinilah dimulai perjuangan
Siapa kamu... siapa saya, pun makin nampak jelas
Gusur sana, gusur sini hingga ke jurang
Maka muncullah banyak pengemis, pengamen, PSK
Dan yang lebih parah, bahkan ada sedikit yang menjelma sebagai teroris
Serta yang lebih gila, malah banyak yang bersembunyi sebagai koruptor
Karena monopoli dan keserakahan pun makin membuat wajah keadilan jadi tersingkir
Kehalusan akhlak dan budi sudah mulai bermain kasar
Sadisme, anarkis, konflik SARA, sudah seakan menjadi simbol kebrutalan
Di balik kekuasaan ada persekongkolan merajela menindas hak-hak asasi
Dan masih banyak lagi....

Persatuan Indonesia:
Suku, Agama, Ras dan Adat bukanlah masalah
Tapi kepentingan dan ambisi tak jarang memecah persatuan
Gesek, gasak, gosok pun menjadi tontonan umum
Sumatera merasa dianak-tirikan
Jawa sepertinya dibanggakan
Sulawesi seakan hanya dikesampingkan
Kalimantan terasa cuma dimanfaatkan
Maluku seakan disepelekan
Papua-Irian merasa hanya ditindas dan diperas
GAM, RMS, Rakyat Papua pun meneriakkan kemerdekaan
Sungguh...Ibu Pertiwi pun jadi menangis

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:

Rakyat sejak dulu setia dan patuh dipimpin
Tapi sejak dulu juga telinga kebijaksanaan sudah tuli
Tangis dan jerit si miskin hanya menumpuk di meja musyawarah
Karena tak sedikit para wakil rakyat kita hanya lebih sibuk mencari hikmat sendiri-sendiri.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
Ini hanya menyegarkan telinga rakyat
Namun, kemiskinan dan penindasan terus membantai rakyat
Bantuan sosial tak jarang pilih kasih dan hanya jadi mantra para koruptor
Bantuan bencana saja bahkan tak sedikit tersedot ke dalam perut koruptor
Suara rakyat bahkan banyak yang diredam oleh para penjilat.

....Begitulah...! Mungkin gambar Pancasila kita kini hanya jadi penghias dinding.
Dan mungkin Pancasila kita saat ini hanya jadi simbol di jubah para nasionalis.

Wahai para pemimpin...
Selamatkan dan tunaikan Pancasila kita yang Sakti ini!!!
Jika tidak..., maka boleh jadi Pancasila kelak bakal jadi pengalas kaki kaum imperialis.

Senin, 03 Juni 2013

Jangan Lagi Memilih Pemimpin “Kotor dan Bau”!

[RR1-online]
TAK  sedikit orang bersedih dan sangat kecewa, karena memiliki presiden yang hanya hebat “berbohong”dan melakukan pembiaran terhadap banyak persoalan tanpa diikuti dengan tindakan tegas sebagai solusi. Misalnya, persoalan korupsi yang justru tumbuh subur, hutang negara yang malah semakin menggunung, monopoli usaha hanya bagi para pemilik modal besar, eksploitasi negara-negara asing terhadap sumber2 kekayaan alam ibu pertiwi dan lain sebagainya.

Kesemuanya itu sesungguhnya adalah sebuah bentuk “penjajahan” terselubung masa kini. Sehingga membuat hati rakyat makin tersakiti, dan ujung-ujungnya adalah Indonesia akan makin semakin hancur...?!?!?!

Tidak sedikit pula orang merasa malu karena memiliki presiden yang diberi amanah 2 periode tetapi tak ada hal-hal istimewa yang bisa ditunjuk sebagai prestasi atau kebanggaan dalam menunaikan tugas dan tanggungjawabnya untuk rakyat.

Jika ada orang yang merasa tidak tersakiti dengan kondisi negeri yang sedang “dijajah” oleh para penguasa korup saat ini, maka hanya dua kemungkinan type dari orang tersebut, yakni karena memiliki tingkat “kesabaran” yang tinggi, dan kemungkinan karena tingkat “penghianatannya” tinggi terhadap bangsa dan negara ini.

Tahun 2014, pemilihan Presiden (Pilpres) RI akan digelar. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, kami selaku pejuang bangsa yang tergabung dalam Presidium Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Provinsi Gorontalo sadar, bahwa tahun 2014 adalah kesempatan kami untuk ikut berjuang dalam melahirkan “Pemimpin Baru” yang kami yakini “mampu” membuat PERUBAHAN, bukan pemimpin yang “gemar” berbohong dan korup seperti saat ini. Sebagaimana Rizal Ramli sering meminta agar presiden menghentikan kegemaran berbohongnya. (http://topkota.net/view/1310/Rizal-Ramli-Minta-Pemerintahan-SBY-Berhenti-Berbohong.html)

Sehingga tak sedikit orang menyatakan tidak mungkin mendukung dan memilih sosok “Militer” seperti SiBeYe untuk menjadi presiden mendatang, misi-visinya hanya hebat di mulut dan di atas kertas saja, dan arahnya “menikung” kepada kepentingan orang2 tertentu atau untuk kelompoknya (termasuk koalisi) saja, bukan untuk rakyat kecil.

Negara kita saat ini sudah sangat “kotor dan bau”, karena Presiden SBY bersama koalisinya yang telah “tega” membiarkan negara ini jadi “kotor dan bau”, sampai-sampai para pemulung, tukang sedot WC (Septic Tank) serta rakyat yang melarat dan miskin sekalipun tak lagi berharap dari pemerintah untuk perbaikan nasib mereka. Sebab, mereka menangis dan menjerit pun tak lagi didengar oleh para partai penguasa bersama para koalisinya itu. Sehingga rakyat kecil yang miskin saat ini lebih memilih untuk diam saja sambil “berdoa” dan bersabar karena merasa lebih terhormat bisa menikmati secara “bersih” hasil keringat mereka, meski mungkin harus tidak makan  sehari atau dua hari sekali pun.

Pemerintahan di negara ini tidak akan bersih dan rapi jika rakyat kembali “terpaksa” atau “terhipnotis” memilih sosok presiden yang beda-beda tipis dengan presiden saat ini.
Ingatlah, percuma membersihkan dan merapikan lantai yang sudah kotor jika menggunakan sapu yang sudah kotor...!!!

Maka pada Pemilu 2014, janganlah memilih caleg maupun pasangan calon presiden yang diusung oleh partai korup bersama para koalisinya...!!! Jika sosok yang semestinya harus dicalonkan oleh partai seperti DR. Rizal Ramli, namun ternyata tak diusung, maka rakyat tak salah untuk lebih baik golput, daripada harus “terpaksa” dan “dipaksa” melakukan demokrasi yang hanya menghasilkan pemimpin yang “kotor dan bau”.