Kategori: Opini*
[RR1online]
SETELAH kami melakukan pertemuan internal dengan segenap anggota For-SeRGAP (Forum-Seruan Rakyat Garda Perubahan) yang baru 7 bulan kami bentuk, dengan mengangkat satu tema diskusi: “Indonesia Butuh Pemimpin Berani, bukan Sosok Tirani”, Sabtu malam (7/9), berhasil menyimpulkan sejumlah point-point penting yang akan menjadi agenda kerja di forum kami tersebut.
Meski diskusi ini berlangsung secara sederhana, tetapi saya selaku Ketua For-SerGAP, yakin dengan sebuah istilah, bahwa semua yang sudah diwujudkan secara hebat di negara-negara yang telah maju itu diawali dari ide-ide kecil yang hebat yang tercetus bukan dari ruangan mewah. Contohnya, Jepang yang begitu cepat bangkit pasca bom Hiroshima dan Nagasaki.
Sehingga itu beberapa kesimpulan dari diskusi kami ini pun memunculkan sejumlah “ide-ide kecil” namun sangat penting untuk kami perjuangkan sebagai gerakan menuju Perubahan.
Ada hal menarik dari diskusi yang diselenggarakan di salah satu ruangan sempit di dalam rumah saya itu, konsumsinya pun hanya alakadarnya,–pisang goreng dan kopi lokal manis dan hangat,– yakni pembicaraan lebih banyak tersedot dan tertuju pada Rakernas ke-III PDIP (6-8 September 2013) itu, padahal saya dan seluruh anggota For-SerGAP bukanlah kader PDIP, tetapi kami punya alasan mengapa harus menyediakan waktu untuk membahas parpol yang identik dengan warna “merah” tersebut.
Salah satu alasannya adalah, bahwa saat ini PDIP mampu memperlihatkan diri sebagai parpol yang punya jatidiri dan karakter pengabdian yang kuat dalam menghidupkan demokrasi di negeri ini. Sehingga, menghubungkan dengan kondisi politik yang kini mulai marak diperbincangkan oleh publik tentang siapa sosok yang layak “dilahirkan” sebagai pemimpin pada Pilpres 2014 mendatang, maka kami menyimpulkan bahwa Indonesia memang butuh pemimpin pemberani, bukan pemimpin tirani.
Kategori pemimpin pemberani, menurut kami, adalah sosok yang memiliki hati yang kekar diikuti rasa percaya diri dalam menghadapi situasi sulit apapun, tidak gentar, apalagi pengecut. Siap menolak kerjasama dari negara lain yang dianggap ujung-ujungnya justru tidak menguntungkan buat rakyat Indonesia. Kemudian tentu saja, adalah berani untuk tidak sekali-kali tergiur menyelewengkan jabatannya sebagai pemimpin yang mendapat amanah dari rakyat.
Ada point penting yang kami simpulkan dalam diskusi semalam, ternyata hari ini (siang tadi) sangat persis dengan apa yang dikatakan oleh M Prakoso selaku Ketua Perencanaan Pembangunan Semesta dalam Rakernas III PDIP tersebut.
Yakni seperti yang dilansir oleh detik.com, bahwa sosok presiden yang berani bersikap tegas menjadi idaman partai banteng ini. Capres PDIP juga harus terbebas dari rekam jejak kotor yang membelenggu langkah-langkah kebijakan pembangunan radikalnya. “Pemimpin harus yang berkarakter berani dan bersih. Soalnya, banyak pemimpin yang tidak berani ngomong apalagi bertindak karena terbelenggu track-recordnya, misalnya pernah korupsi,” tutur Prakosa.
Dan inilah 6 figur yang kami “tunjuk” dalam diskusi kami semalam sebagai sosok pemberani, -yang mungkin sosok inilah yang dicari oleh PDIP:
1. Megawati Sukarnoputri;
Selain dikenal sebagai Ketua Umum DPP PDIP, sosok ini juga adalah merupakan icon “pendekar” wanita yang dimiliki oleh Indonesia, yang dengan tegas dan gagah berani memposisikan parpolnya sebagai parpol oposisi dalam “melawan” penguasa dan parpol koalisinya.
Selain dikenal sebagai Ketua Umum DPP PDIP, sosok ini juga adalah merupakan icon “pendekar” wanita yang dimiliki oleh Indonesia, yang dengan tegas dan gagah berani memposisikan parpolnya sebagai parpol oposisi dalam “melawan” penguasa dan parpol koalisinya.
Pembawaan Ibu Mega sangat identik dengan warna parpolnya, yakni “Merah” yang menggambarkan sebuah keberanian adalah hal yang mutlak.
2. Rizal Ramli;
Sosok ini memang tak pernah “beriklan” di televisi, sehingga ia belum sepopuler dengan figur-figur lainnya yang sering “beriklan” di televisi. Tetapi, justru yang berani mengatakan SBY pembohong adalah Rizal Ramli (RR).
Sosok ini memang tak pernah “beriklan” di televisi, sehingga ia belum sepopuler dengan figur-figur lainnya yang sering “beriklan” di televisi. Tetapi, justru yang berani mengatakan SBY pembohong adalah Rizal Ramli (RR).
Orang-orang yang mengenal Rizal Ramli pun hingga kini masih sering terpukau dengan keberanian sosok ini. Tetapi sebetulnya, keberanian sosok yang satu ini tak perlu diherankan. Sebab memang, ia telah pernah dipenjarakan oleh rezim Orba karena menentang keras Soeharto agar tak lagi jadi presiden melalui aksi demo yang bertubi-tubi, juga dengan menulis buku yang membuat darah Soeharto jadi mendidih.
Rizal Ramli pada era Presiden Gusdur (wapres Megawati) pernah menjabat Kabulog, Menko Perekonomian, dan Menteri Keuangan ini juga “sempat dipecat” dari jabatannya selaku Komisaris Utama di PT Semen Gresik karena berani menentang keras kebijakan SBY menaikkan harga BBM, melalui aksi demo. Sehingga, keberanian dan jiwa pengorbanannya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil tak perlu diragukan. Karena Rizal Ramli ibarat Petinju kelas Berat yang selalu berani berhadapan dengan siapa saja jika dinilainya tak sesuai dengan kepentingan orang banyak.
3. Mahfud MD;
Keberanian Mahfud “bersinar” ketika menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi. Ketika itu, banyak keputusan-keputusan yang berani diambilnya dalam menangani perkara-perkara yang tidak ringan, karena ujung-ujungnya dikuatirkan harus berhadapan dengan penguasa, termasuk berani memutuskan agar BP Migas dibubarkan.
Keberanian Mahfud “bersinar” ketika menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi. Ketika itu, banyak keputusan-keputusan yang berani diambilnya dalam menangani perkara-perkara yang tidak ringan, karena ujung-ujungnya dikuatirkan harus berhadapan dengan penguasa, termasuk berani memutuskan agar BP Migas dibubarkan.
4. Yusril Ihza Mahendra;
Bicara soal hukum, sosok ini selalu berani tampil di depan. Bahkan ia tak gentar berhadapan dengan penguasa saat ini, yakni terlebih ketika dirinya harus diseret secara berhadap-hadapan ke arena hukum melalui berbagai perkara yang berkaitan dengan penguasa. Malah ia tak jarang menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk memberi bantuan hukum kepada sejumlah pihak yang dinilai sedang berposisi terdesak.
Bicara soal hukum, sosok ini selalu berani tampil di depan. Bahkan ia tak gentar berhadapan dengan penguasa saat ini, yakni terlebih ketika dirinya harus diseret secara berhadap-hadapan ke arena hukum melalui berbagai perkara yang berkaitan dengan penguasa. Malah ia tak jarang menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk memberi bantuan hukum kepada sejumlah pihak yang dinilai sedang berposisi terdesak.
5. Joko Widodo (Jokowi);
Belum ada yang mengenal sosok ini saat masih menjabat Walikota Solo. Tetapi ketika berhasil menjadi pemenang dalam Pilgub DKI Jakarta, nama Jokowi pun mendadak tenar, populeritasnya bahkan saat ini telah mengalahkan semua figur atau tokoh yang lebih dulu berkecimpung di dalam dunia politik. Tentu saja, ini tak bisa dipungkiri berkat “keberanian” Ibu Megawati yang berhasil membangkitkan “keberanian” Jokowi agar berani maju bertarung dalam Pilgub DKI Jakarta saat itu.
Belum ada yang mengenal sosok ini saat masih menjabat Walikota Solo. Tetapi ketika berhasil menjadi pemenang dalam Pilgub DKI Jakarta, nama Jokowi pun mendadak tenar, populeritasnya bahkan saat ini telah mengalahkan semua figur atau tokoh yang lebih dulu berkecimpung di dalam dunia politik. Tentu saja, ini tak bisa dipungkiri berkat “keberanian” Ibu Megawati yang berhasil membangkitkan “keberanian” Jokowi agar berani maju bertarung dalam Pilgub DKI Jakarta saat itu.
Sehingga, Jokowi sesungguhnya saat ini berani melakukan gerakan dan langkah-langkah strategis sebagai kebijakan yang populis karena telah dititiskan oleh “dua keberanian” secara politik, –satu dari Ibu Megawati, dan satunya lagi dari Prabowo yang menyokong, mengusung dan mendukung pasangan Jokowi-Ahok pada Pilgub DKI Jakarta itu.
Tetapi pada dasarnya, Jokowi memang berani. Sebab, sebesar apapun keberanian dari Ibu Mega dan Prabowo ketika itu, jika Jokowi sendiri yang tak berani maju sebagai pasangan calon gubernur, maka tentu tidaklah berarti apa-apa.
Dan benar saja, Jokowi memang tak hanya berani maju sebagai cagub, tetapi juga setelah jadi Gubernur Jakarta pun ia tetap mampu memperlihatkan keberaniannya untuk selalu berpihak kepada kepentingan rakyat melalui kebijakan-kebijakan yang tepat guna.
6. Prabowo Subianto;
Soal keberanian sosok yang satu ini dapat dilihat dari wajahnya yang terkesan sangar. Cara bicara dan gerak-geriknya sangat jelas terlihat sebuah ketegasan, karena memang karakternya ini telah ditempa sejak awal sebagai seorang militer yang terakhir berpangkat Purnawirawan Letnan Jenderal.
Soal keberanian sosok yang satu ini dapat dilihat dari wajahnya yang terkesan sangar. Cara bicara dan gerak-geriknya sangat jelas terlihat sebuah ketegasan, karena memang karakternya ini telah ditempa sejak awal sebagai seorang militer yang terakhir berpangkat Purnawirawan Letnan Jenderal.
“Kisah keberaniannya” dalam dunia militer telah teruji. Yakni Desember 1978, Kapten Prabowo memimpin pasukan Den 28 Kopassus yang ditugaskan untuk membunuh pendiri dan wakil ketua Fretilin, yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Leste, Nicolau dos Reis Lobato. Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo, pada tanggal 31 Desember 1978. Karena prestasi ini, Prabowo mendapatkan kenaikan pangkat.
Hanya saja, mantan pasangan capres Megawati ini, saat ini sedang berhadapan dengan masalah kontroversi dan dugaan pelanggaran HAM. Tetapi meski begitu, Prabowo nampaknya tetap ingin menyakinkan bahwa dirinya adalah memang seorang pemberani. Namun sayangnya, Prabowo sudah pernah berpasangan dengan Megawati dalam Pilpres 2009 lalu.
Nah, silakan pembaca mencermati semua sosok di atas. Kalau pun ada sosok lain yang tak sempat kami masukkan, maka itu bukan berarti kami sepelekan. Mereka juga adalah putra-putra terbaik bangsa.
Beberapa alasan sampai kami tak memasukkannya, di antaranya adalah karena diskusi For-SeRGAP ini diselenggarakan karena kami “terpengaruh” dengan “kedahsyatan” Rakernas III PDIP yang seakan mengalahkan konvensi Partai Demokrat. Pun sosok lain yang telah mendeklarasikan diri sebagai capres-cawapres tak perlu lagi disodorkan sebagai “referensi” buat PDIP.
Alasan berikutnya adalah, kami punya pertimbangan, bahwa beberapa sosok lainnya yang ada saat ini hanya muncul secara instan (tidak alami) dan belum cukup disebut teruji. Dan kita punya banyak “pengalaman buruk” tentang sosok yang berhasil jadi pemimpin melalui cara-cara yang instan. Salam Perubahan.
----------
* Sumber: kompasiana
----------
* Sumber: kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar