[RR1online]:
TAK usahlah dulu membandingkannya dengan Rizal Ramli atau dengan Jokowi! Cukup dengan Fadel Muhammad saja, maka karakter dan kualitas kepemimpinan Fadel Muhammad jauh lebih baik jika ingin dibandingkan dengan para peserta Konvensi Partai Demokrat (PD) saat ini.
Sehingga itu, anggap saja kali ini saya sependapat dengan “mungkin” pemikiran Presiden SBY yang enggan menghadiri launching peserta konvensi PD. Yakni karena boleh jadi juga SBY “merasa”, bahwa para peserta konvensi itu belum ada satu pun yang dinilai meyakinkan untuk mampu menaklukkan figur lain yang akan menjadi lawannya di Pilpres mendatang, seperti Jokowi, Rizal Ramli, Prabowo, Jusuf Kalla, dan Mahfud MD.
Olehnya itu, membandingkan dengan Fadel Muhammad saja dengan peserta konvensi PD saat ini, maka Fadel masih jauh lebih unggul. Apalagi jika mau dibandingkan dengan Rizal Ramli atau Jokowi yang saat ini sedang kuat mencuat sebagai sosok yang paling diminati masyarakat untuk jadi pasangan presiden 2014.
Saya berani menunjuk Fadel Muhammad sebagai figur yang lebih berkualitas jika dibanding dengan para peserta konvensi PD tersebut, karena sosok Fadel Muhammad sedikit mirip dengan Rizal Ramli, yang berhasil muncul sebagai tokoh nasional bukan dengan cara-cara instan, melainkan dilalui dengan penuh perjuangan.
Dan keduanya pun sama-sama berasal dari keluarga yang “amat-amat” sederhana. Bahkan, Fadel Muhammad pernah berjualan roti dan barang kelontongan, layaknya PKL di pasar-pasar. Roti dibuat oleh ibunya sendiri, dan barang kelontong diambil dari toko-toko untuk dijual lalu hasilnya disetor ke pemilik toko, dan keuntungan lainnya ia tabung untuk kebutuhan sekolah.
Hanya saja secara psikologis, Rizal Ramli memang masih lebih berat perjuangannya, karena saat usia 6 tahun ia sudah harus berstatus yatim-piatu (tanpa kedua orangtua lagi). Sehingga kondisi ini yang menggiringnya menjadi orang “Jawa”, karena sejak SD hingga SMA dilalui di Bogor dalam asuhan neneknya.
Rizal Ramli dan Fadel Muhammad juga sama-sama mahasiswa “Fisika” dan sama-sama jago berbahasa Inggris di ITB Bandung. Dan di sinilah “roh” kepemimpinan keduanya terbentuk, yakni dengan aktif menempatkan diri sebagai mahasiswa dan amat pandai melihat peluang-peluang untuk melakukan gerakan-gerakan yang berpihak kepada kepentingan banyak orang.
Namun ketika itu, Fadel Muhammad lebih senang berkreasi di dalam kampus, sementara Rizal Ramli lebih memilih menjadi aktivis yang harus meraung-raung bagai singa kampus turun ke jalan demi memperjuangkan kepentingan orang banyak. Bahkan tak tanggung-tanggung mendesak Soeharto agar turun dari jabatannya, baik melalui aksi demo maupun dengan menulis sebuah buku berjudul “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB”, yang membuat Soeharto pun jadi sangat murka. Sehingga saat itu Rizal Ramli pun dipenjara di Sukamiskin, Bandung.
Kedua mahasiswa “miskin” namun “kaya” perjuangan dan pengabdian ini pun akhirnya benar-benar mampu tampil sebagai tokoh nasional. Fadel Muhammad berhasil sebagai pengusaha dan sukses muncul sebagai sosok politisi. Sementara Rizal Ramli mampu tampil sebagai pendobrak dari non-parpol, dan sukses menanjak sebagai sosok ekonom handal, baik secara nasional maupun internasional.
Keduanya pun berhasil menjadi menteri di era yang berbeda. Rizal Ramli masuk di pemerintahan dimulai menjabat Kabulog, lalu menjadi Menko Perekonomian, juga sempat menjabat Menteri Keuangan di era Presiden Gus Dur. Sementara Fadel Muhammad berhasil menjadi Menteri Kelautan-Perikanan di era kedua SBY, yang sebelumnya memang sukses dua periode sebagai Gubernur Gorontalo.
Bahkan Fadel Muhammad berhasil mencatat rekor sepanjang sejarah Pilkada sebagai calon gubernur yang memperoleh 81 persen suara. Dan sampai detik ini belum ada satu sosok pun yang mampu menyaingi rekor pilkada tersebut.
Sungguh, kekuatan karakter dan jiwa kepemimpin kedua figur ini sangat tinggi. Sayangnya, Fadel Muhammad nampaknya “tak bisa berkutik” untuk bisa tampil menjadi seorang yang juga sebetulnya sangat layak diperhitungkan sebagai Capres, tentunya karena “terhambat” dengan “situasi” di tubuh parpol yang menaunginya selama ini.
Fadel Muhammad bahkan sepertinya hanya “oke-oke” saja dimajukan ke posisi yang sebetulnya bukan lagi “kelasnya” untuk bertarung dalam Pemilu 2014, yakni sebagai Caleg DPR-RI dapil Gorontalo. Kalau dari anggota DPR menjadi menteri itu baru “naik kelas”. Tetapi kalau dari menteri lalu menjadi anggota DPR ini yang perlu dipertanyakan…???
Lihatlah, ada dua menteri yang “di-nongol-kan” di Konvensi PD. Padahal kualitasnya (kedua menteri itu) belum tentu bisa menandingi “mutu” kepemimpinan yang dimiliki Fadel Muhammad, dan untuk hal ini saya sangat yakin karena jauh sebelum munculnya Jokowi (apalagi dengan kedua menteri itu), Fadel Muhammad sudah lebih dulu senang bersentuhan dengan rakyatnya melalui blusukan saat masih aktif sebagai Gubernur Gorontalo. Sebab sayalah salah satu “orang” yang (pernah) selalu mendampingi Fadel Muhammad ketika itu.
Sayangnya, Fadel Muhammad tidak mempunyai “nyali” seperti yang dimiliki Rizal Ramli sejak dulu, yang tak gentar sedikit pun tetap maju mendobrak sebagai tokoh perubahan. Bahkan Rizal Ramli mau mengorbankan jabatannya (dipecat) sebagai Komisaris Utama di PT. Semen Gresik karena berani turun ke jalan mendesak pemerintah (Presiden SBY) agar tidak menaikkan harga BBM, tahun 2008. Aneh jika kemudian ada yang mengatakan kalau Rizal Ramli saat ini getol mengritik pemerintah karena ingin mendapatkan jabatan.
Jika keberanian seperti ini yang mampu ditampilkan Fadel Muhammad, berani “memberontak” ketika diberhentikan di tengah jalan sebagai menteri tanpa sebab-akibat yang jelas, maka dipastikan peluang Indonesia untuk BERUBAH menjadi negara kuat akan semakin besar. Sebab sekali lagi, kualitas kepemimpin Fadel Muhammad sebetulnya juga sangat dibutuhkan di negeri ini yang kini memang sedang mengalami krisis kepemimpinan.
Sehingga, sesungguhnya rakyat pun saat ini sangat menantikan “lahirnya” pemimpin (Presiden dan Wakil Presiden 2014) dari “perut bumi” IBU PERTIWI, bukan dari hasil “PERSELINGKUHAN” para Parpol, misalnya dari konvensi dan semacamnya.
Merdeka…dan Salam Perubahan..!!!
Merdeka…dan Salam Perubahan..!!!
----------
*Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar