BANYAK pihak yang kini terus mengejar informasi untuk mengungkap siapa gerangan sosok Cawapres yang akan dipilih dan dimajukan oleh PDIP sebagai pendamping Jokowi pada Pilpres 9 Juli 2014 mendatang.
Rasa penasaran pun makin bertambah ketika pihak PDIP hanya memberi “ciri-ciri khusus” terhadap sejumlah sosok yang santer disebut-sebut, namun sampai saat ini belum juga bisa diungkap oleh petinggi PDIP. Padahal besar kemungkinan, Jumat (25/4/2014) kemarin, meski belum final, namun boleh jadi sudah ada sosok (satu nama) yang telah siap diputuskan oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.
Siapakah gerangan..???
Mari kita “mengidentifikasi” sosok yang dimaksud sesuai dengan gambaran atau “spesifikasi” yang telah disampaikan oleh pihak PDIP, dan NasDem sebagai parpol yang akan ikut mengusung Capres Jokowi pada musim Pemilu tahun ini.
Adalah Tjahjo Kumolo selaku Sekjen DPP PDIP dengan sangat jelas dalam website resminya (www.tjahjokumolo.com) telah memberi gambaran tentang “kriteria” sosok Cawapres yang diambakan oleh PDIP.
Yakni, PDI-Perjuangan menegaskan bahwa capres dan cawapres merupakan satu kesatuan kepemimpinan nasional. Kepemimpinan nasional yang diusung merupakan kepemimpinan Trisakti yang memiliki komitmen besar terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI serta mendedikasikan hidupnya untuk rakyat.
Selanjutnya, mari kita merelevansikan sifat yang menjadi substansi dari penegasan Sekjen Tjahjo tersebut dengan semua sosok yang beredar saat ini. Yaitu terletak pada kalimat: “..kepemimpinan Trisakti yang memiliki komitmen besar terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI serta mendedikasikan hidupnya untuk rakyat.”
Dari situ, kita tentu hanya akan menemui sejumlah nama, seperti: Rizal Ramli, Puan Maharani, dan Mahfud MD.
Tetapi dari perkembangan terakhir yang mencuat ditemui adanya kriteria spesifik yang “dibenarkan” sendiri oleh Jokowi. Yakni Jokowi mengakui pesan berantai yang beredar di tengah-tengah masyarakat saat ini tentang ciri-ciri Cawapres, adalah mendekati kebenaran.
Seperti dilansir tribunnews, pesan berantai tersebut bertuliskan: “pernah menjadi menteri tapi bukan di era presiden SBY, dekat tapi jauh, cerdas dan saat muda sangat berprestasi, tidak pakai kacamata, kuliah di AS, jago keuangan (ekonom) dan pasar modal, Islam, terstrukturisasi keuangan di awal 90an.”
“Mendekati,” ujar Jokowi singkat saat ditanyai kebenaran atas pesan berantai tersebut. Jokowi menjawab pertanyaan itu usai meresmikan jembatan dan lapangan sepakbola mini di Waduk Pluit, Jakarta Utara, Jumat (25/4/2014).
Sehingga jika mengacu kepada kriteria dari pesan berantai tersebut, maka kemudian hanya ada satu nama yang tersisa, yaitu: Dr. Rizal Ramli.
Mengapa harus Rizal Ramli...??? Tak sulit untuk menjawabnya!!!
Pertama; perilaku Rizal Ramli sejak dulu hingga kini sangat identik atau amat menjiwai ajaran Trisakti dari Presiden Soekarno. Bahkan saking kuatnya gelora ajaran Trisakti yang membakar jiwanya, sampai-sampai Rizal Ramli di usia mudanya telah berani mempertaruhkan dan mendedikasikan hidupnya untuk rakyat melawan penguasa rezim Orba. Di mana ketika itu ia akhirnya diciduk lalu mendekam dalam penjara di rutan yang juga pernah dihuni oleh Bung Karno, di Sukamiskin-Bandung.
Sungguh saat itu Rizal Ramli merasa tak gentar sedikit pun melawan secara bertubi-tubi penguasa rezim Orba. Sebab ketika itu, ia sangat menyadari betul bahwa rezim inilah yang telah “melumpuhkan” ajaran Trisakti. Sehingga, sejak itulah ia bertekad untuk kembali membangkitkan ajaran Trisakti meski nyawa harus menjadi taruhannya.
Dan semua itu siap dilakukan Rizal Ramli karena ia amat merasakan betapa siksa dan menderitanya hidup tanpa kedua orang tua (sudah yatim-piatu di usia 7 tahun). Sehingganya, dengan sangat sadar ia tak rela untuk kehilangan “orangtua” lagi, yakni “Ibu Pertiwi” yang telah dan yang akan “memelihara” dirinya bersama seluruh rakyat Indonesia.
Yang kedua; cara pandang, dan tindak-tanduk maupun perilaku Rizal Ramli selama ini sesungguhnya sangat menyerupai Ibu Megawati Soekarnoputri yang mencerminkan “wajah dan ruh perjuangan” PDI-P. Sehingga itu, tidak sedikit pihak yang menyebut, jika Ibu Mega Soekarnoputri adalah anak biologisnya Presiden Soekarno, maka Rizal Ramli adalah “anak” ideologisnya sang Proklamator Indonesia tersebut.
Sehingga itulah Rizal Ramli dan Ibu Mega selama ini pun tetap saja konsisten dan memiliki komitmen besar terhadap Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan Indonesia dan NKRI.
Selanjutnya yang ketiga; Rizal Ramli selama ini tidaklah berasal dari parpol mana pun. Artinya, ia bukan sebagai kader, apalagi sebagai “pemilik” parpol mana pun. Sehingga, apabila Rizal Ramli menjadi pemimpin di negeri ini, bisa dipastikan ia tentu tidak memiliki kepentingan besar politik yang terselip di dalam benaknya kecuali akan tetap teguh melanjutkan perjuangannya seperti yang sudah dilakukannya sejak dahulu kala.
Selain dikenal bukan berasal dari parpol mana pun, Rizal Ramli juga bukanlah berasal dari keluarga miliyader. Mendiang ayahnya hanyalah sebagai Wedana (semacam asisten Camat) yang bersahaja namun tegar mengabdi sebagai pamong rakyat. Begitu pun dengan almarhumah ibunya, semasa hidup hanyalah seorang guru sederhana namun cerdas dan disiplin. Dan hanya sifat-sifat itulah yang kiranya bisa “diwariskan” oleh kedua orangtuanya kepada diri Rizal Ramli sebagai yatim-piatu.
Olehnya itu, Rizal Ramli sesungguhnya tak bisa dibanding-bandingkan dengan sosok atau tokoh-tokoh lainnya, apalagi jika ingin disamakan dengan semua sosok kandidat capres ataupun cawapres yang ada saat ini. Sebab, mereka kebanyakan adalah memang berasal dari keluarga ekonomi mapan. Bahkan ada sosok kandidat yang tidak pernah merasakan pahit-getirnya kehidupan karena belum lahir saja (masih dalam kandungan ibunya) ia memang sudah kaya raya di dalam keluarga yang berharta melimpah. Atau minimal, kedua orangtua masih bisa menjadi penopang.
Sebaliknya, Rizal Ramli tidaklah demikian. Ia sudah terbiasa berjuang, sudah terbiasa hidup mandiri, juga sudah terbiasa menderita, serta sudah terbiasa melawan kuatnya arus kehidupan.
Dan kesemuanya itu bisa ia hadapi dengan tegar, karena selama ini memang benar-benar (asli) hanya menggunakan dua “kekuatan”, yakni pikiran dan jiwa yang ia sadari adalah sebagai pemberian langsung dari Yang Maha Mulia Tuhan Semesta Alam. Sehingga itu, kesuksesan yang dimiliki Rizal Ramli saat ini adalah sesungguhnya bukanlah dari hasil “bergantung” dari kedua orangtua, mertua, apalagi dari partai tertentu.
Dari “secuil kisah” atau pencerahan seperti tersebut di atas, maka betapa hebatnya negeri ini jika bisa dipimpin oleh seseorang yang telah “teruji lahir-bathin” seperti sosok Rizal Ramli. Di mana tak jarang sosok seperti ini selalu tak disangka-sangka bisa berhasil tampil sebagai “pemenang” seperti saat ini.
Artinya, siapa yang bisa menyangka jika Rizal Ramli (dari yatim-piatu dan keluarga sederhana) mampu menjadi: Doktor ekonomi, Kabulog, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Presiden Komisari PT. Semen Gresik, serta kini menjadi salah satu Anggota Penasehat Ekonomi di badan dunia PBB, Ketua Umum Kadin, serta kini pula mendapat dukungan untuk menjadi Cawapres. Sekali lagi, siapa yang bisa menyangka semua ini bisa terjadi...???
Sehingga itu, tidaklah berlebihan jika saya katakan, bahwa hanya ada satu di Indonesia (bahkan di dunia) ini seorang Yatim-Piatu sejak kecil yang bisa sukses menjadi menteri, dan sebentar lagi dengan izin Allah pula menjadi pemimpin di negeri ini, yaitu Rizal Ramli..!!!
Dan yang keempat; kandidat kuat Cawapres yang disebut dan diakui mendekati kebenaran oleh Jokowi karena memiliki ciri-ciri sebagai ekonom, pernah menjadi menteri bukan di era SBY, pernah kuliah di AS, jago keuangan, itu adalah sangat mengarah kepada sosok Rizal Ramli.
Selanjutnya yang kelima; mari kita mendalami apa yang dikatakan oleh Ketua DPP Partai NasDem, Zulfan Lindan.
Melalui Zulfan, Nasdem berpandangan, cawapres yang layak untuk mendampingi Jokowi adalah mantan Menteri Pereknomian Rizal Ramli, Ketua KPK Abraham Samad, dan Ketua DKPP Jimly Assidigie.
Seperti halnya dengan Sekjen PDIP Tjahjo yang bergegas dengan tegas membantah, bahwa sejauh ini belum ada satu sosok pun yang ditetapkan secara resmi sebagai cawapres jokowi, termasuk Jusuf Kalla (JK). Zulfan Lindan pun menyampaikan hal senada, yakni Partai Nasdem tidak menyodorkan nama Jusuf Kalla sebagai cawapres pendamping capres Jokowi ke PDIP.
“Partai Nasdem tidak pernah mendukung Jusuf Kalla sebagai Cawapres Jokowi. Kita serahkan ke PDIP dan tidak mengintervensi penentuan Cawapres Jokowi,” kata Zulvan Lindan, di Jakarta, Jumat (25/4/2014).
Menurut Zulfan, Rizal Ramli dikenal karena pemikirannya tentang ekonomi rakyat. Sedang Abrahm Samad dan Jimly Assidiqie dikenal dalam bidang korupsi dan hukum.
Disebutkannya, bahwa dari ketiga nama tersebut, Partai Nasdem lebih condong mendorong Rizal Ramli sebagai Cawapres Jokowi.
“Rizal Ramli lebih Sukarnois daripada Jusuf Kalla. Jusuf Kalla itu neolib, pragmatis, serta mendukung ekonomi pasar dan pengusaha. Jusuf Kalla adalah orang yang setuju pengurangan subsidi dan kenaikan BBM, sementara Rizal Ramli konsen pada ekonomi berdikari,” ungkap Zulfan.
Karena itu, Lanjut Zulfan, sangat memprihatinkan bangsa ini kalau orang seperti Rizal Ramli tidak diakomodir sebagai Cawapres Jokowi atau Prabowo Subianto.
“Jokowi dan Prabowo akan bertarung ketat di Pilpres 9 Juli nanti, sehingga diperlukan cawapres yang kuat seperti Rizal Ramli. Kami berpandangan, Jokowi lebih tepat dipasangan dengan Rizal Ramli,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, Rizal Ramli sudah teruji di bidang perekomian, serta pernah menjadi Menteri Perekonomian dan mantan Kabulog era Presiden Abdurrahman Wahid.
“Kalau Abraham Samad integritas dan komitmennya masih diragukan karena tidak berani membongkar kasus Bank Century, kasus Hambalang dan SKK Migas yang melibatkan Cikeas. Kalau Jimly itu, orangnya tulus atau nothing to losse dalam mengabdi pada negara, sehingga tidak cocok jadi cawapresnya,” pungkas mantan politisi PDIP ini.
Nah... berdasar dari semua “bocoran” yang telah beredar di tengah-tengah masyarakat kini, maka sangat sulit rasanya “mengada-ngada” atau memaksakan seseorang bisa disebut mendekati (sebagai) sukarnois namun amat prilakunya tidak identik dengan ajaran Trisakti, seperti “kisah” atau rekam jejak yang pernah dilalui Rizal Ramli hingga kini.
SALAM PERUBAHAN 2014....!!!
--------------
Sumber: KOMPASIANA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar