Jumat, 31 Mei 2013

Doa Kiai Pesantren al-Ittifaqiah untuk Rizal Ramli

[RR1-online]
"SAYA berharap Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju. Kalau tumbuh di bawah 10 persen, apalagi cuma 6,5 persen, Indonesia tidak bisa maju. Kalau mau maju, kita harus mencontoh Jepang yang mampu tumbuh 14 persen selama belasan tahun setelah kalah perang dunia berhasil mengejar bahkan mengalahkan negar-negara barat. Hal serupa juga terjadi pada China yang bisa terus-menerus tumbuh lebih dari 12 persen selama 20 tahun hingga menjadi raksasa ekonomi seperti sekarang,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, DR. Rizal Ramli pada acara Dialog Nasional, di Aula Ibnu Oesman Pondok Pesantren al-Ittifaqiah Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), Rabu (26/12/12).

Dialog Nasional yang mengusung tajuk: “Refleksi Politik dan Ekonomi Indonesia” itu dipadati  tak kurang 3.000-an peserta, mulai dari sejumlah kyai dan ulama perwakilan pondok pesantren se-Sumsel, segenap santri, wali santri, Pimpinan Pondok Pesantren, Ormas/LSM, BEM universitas, DPRD dan unsur Muspida serta organisasi santri (OSPI) serta perangkat desa se-Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel. Sebagian peserta bahkan terpaksa memenuhi anak tangga dan selasar-sela-sar, karena aula tersebut tak mampu menampung peserta yang membuldak.

Rizal Ramli yang kini dikenal sebagai Ekonom yang telah mendunia ini juga membahas soal angka-angka penggangguran. Pendiri lembaga Think-Thank ECONIT ini menyebutkan, statistik penggangguran sebesar 6% yang ‘dipamerkan’ pemerintah sangat ganjil. “Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata di Eropa yang mencapai 10 persen, penggangguran di Spanyol dan Yunani bahkan menembus 25%,” katanya.

Statistik penggangguran di Indonesia, kata Rizal Ramli, bisa menunjukkan angka rendah itu tidaklah aneh. Soalnya, angka itu muncul dari kriteria bekerja yang hanya 1 jam dalam seminggu. Terlebih lagi karena survei baru dilakukan saat panen raya tiba.

Kalau mau ideal, kata Rizal Ramli, harus mengacu pada defenisi bekerja di negara-negara lain, yaitu 35 jam perminggu. “Jika standar ini yang dipakai, maka angka penggangguran Indonesia bisa melejit hingga lebih dari 30 persen,” tutur tenaga ahli ekonomi PBB ini.

Menurut banyak kalangan, acara seperti ini amatlah tepat di saat kondisi Indonesia amat memerlukan perubahan-perubahan di setiap bidang, terutama di sektor ekonomi. “Sehingga sangat cocok menghadirkan pakar ekonomi seperti DR. Rizal Ramli,” lontar M. Ridho, S.Ag sela-ku anggota DPRD Ogan Ilir.

Sementara itu, menurut  KH Mudrik Qori selaku Mudir atau Pimpinan Pondok Pesantren al-It-tifaqiah (PPI) Indralaya, menilai bahwa sosok Dr. Rizal Ramli adalah salah satu tokoh perubahan khususnya di bidang ekonomi. “Semoga ajang ini dapat memberikan wawasan bagi santri, tenaga pendidik di  lingkungan PPI dan menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan dalam benak audien yang tentu saja demi perubahan Indonesia yang lebih baik,” ujar KH Mudrik Qori.

Para pengamat dan ahli di berbagai bidang pun banyak berpandangan, bahwa di era reformasi, rakyat butuh seorang figur yang mampu membawa perubahan agar Indonesia menjadi lebih baik. Dan mereka melihat harapan itu ada pada sosok Rizal Ramli.

Rakyat bahkan mengetahui (dan harus tahu) rekam jejak penasehat ahli ekonomi PBB tersebut memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Kredibilitas, integritas, dan kapabelitasnya tidak perlu diragaukan. Publik, baik itu kawan maupun lawan, sama sekali tidak menemukan celah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang melekat pada Rizal Ramli selama menjadi menteri atau jabatan strategis lainnya.
“Semoga Allah SWT menakdirkan yang terbaik untuk bapak Rizal Ramli. Dan, pak Rizal Ramli harus ikhlas menerima takdir itu, termasuk jika ditakdirkan jadi Presiden Indonesia,” katanya.

Dalam sambutannya, KH Mudriq juga mengajukan sejumlah soal ekonomi-politik. Beberapa pertanyaan itu antara lain mengenai hutang negara yang hingga Oktober 2012 lalu mencapai hampir Rp.2.000 Triliun.

Tak hanya itu, kebijakan hutang yang dianggap sebagai solusi andalan menutup defisit APBN, efektivitas dan manfaat Masterplan Percepatan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dibanggakan pemerintah, hubungan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan kesejahteraan riil rakyat, rontoknya harga karet dan Crude Palm Oil (CPO) yang menekan pendapatan rakyat Sumsel, juga menjadi sederet “pertanyaan berat” lainnya.

Serunya pertanyaan itu ternyata juga mengalir dari peserta dialog lainnya. Ada yang bertanya seputar krisis Amerika dan Eropa serta dampaknya bagi perekonomian nasional. Juga soal redenominasi rupiah sampai kemungkinan Indonesia menggunakan dinar dan dirham yang kebal inflasi sebagai mata uang resmi.

Dan, tentu saja, tidak ketinggalan pertanyaan seputar tindak korupsi yang sangat ramai dilakoni oleh para pejabat saat ini, serta tentang perkembangan politik nasional terbaru sebagai “menu wajib” dalam dialog basional tersebut. “Saya seperti sedang diuji, apakah saya benar-benar doktor lulusan Amerika atau doktor abal-abal?” tukas Rizal sambil tersenyum.

Namun bukan Rizal Ramli kalau tak bisa menjawab keroyokan pertanyaan “seram” tersebut. Satu persatu dia penuhi dahaga peserta dialog yang sebagian besar adalah generasi muda SMA dan PT.

Rizal mengajak peserta me-review kejayaan di masa silam, khususnya ketika Sultan Mahmud Badaruddin II memimpin Kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode 1803-1813, 1818-1821, yang wilayahnya meliputi Thailand, Malaya, sebagian Indochina, dan separuh India.

“Gubernur Jenderal Belanda tidak bisa membujuk Sultan Badaruddin dengan hadiah dan gelar-gelar sebagaimana dilakukannya kepada raja-raja Nusantara lainnya. Sultan bahkan beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda sampai akhirnya dia dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate hingga wafat di sana,”  kisah Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) ini seraya mengajak penduduk Sumatera Selatan untuk bisa mewarisi semangat dan kecintaan Sultan Badaruddin terhadap negerinya.

Dari bagian ini, apa yang disampaikan KH Mudrik Qori pada awal sambutannya, menggambarkan ketidak-mustahilan bakal menjadi kenyataan, bahwa dengan izin dan ridha Allah SWT, Rizal Ramli adalah Presiden Republik Indonesia berikutnya menjadi doa yang dikabulkan. Yakni doa dari kyai bersama lebih dari 3.000 santrinya, beserta doa dari rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan bagi kehidupan lebih baik di masa depan. Amiin!!!>nt/ams

Tidak ada komentar:

Posting Komentar