Jakarta [RR1online]:
MAIN curang untuk memenangkan Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 29 Agustus 2013, saat ini sangat berpotensi terjadi, sehingga amat patut diwaspadai dan dicegah oleh Rakyat Jatim jika memang menghendaki lahirnya pemimpin yang benar-benar diberkahi.
Dari sudut pandang kondisi politik di tanah air, aroma kecurangan dalam tahapan Pilgub di Jatim tersebut memang sudah sangat kental tercium sejak awal, yakni adanya upaya penjegalan langkah Khofifah untuk tidak lolos sebagai peserta Pilkada yang diduga kuat dilakukan oleh pasangan dari partai penguasa saat ini. Bagaimana tidak, provinsi yang tersisa sebagai harapan partai penguasa untuk mendapat “modal” di Pemilu 2014 nanti, satu-satunya adalah tinggal Jawa Timur. Sebab, provinsi lain di seluruh Pulau Jawa, partai penguasa takluk dalam pilkada.
Sehingga tak salah jika banyak pihak memperingati dan mengajak kepada seluruh pihak di Jatim untuk dapat mewaspadai dan mencegah terjadinya kecurangan dalam Pilgub Jatim 2013 tersebut.
“Saya sudah minta KPUD Jatim dan Bawaslu Jatim, agar mereka dapat menyelenggarakan dan mengawasi Pilgub dengan profesional dan proporsional. Jangan lagi mengulangi kesalahan para pendahulu mereka pada 2008 silam. Jatim bisa menjadi tolok ukur bagi penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres 2014,” ujar Rizal Ramli di sela-sela halal bihalal dengan wartawan di kantornya, di kawasan Tebet, Jaksel, Senin (19/8).
Rizal Ramli menegaskan, cukuplah pada Pilgub Jatim 2008 menjadi ‘kelinci percobaan’ untuk Pilpres 2009. Waktu itu, katanya penguasa, sangat berkepentingan agar jago yang diusungnya dapat memenangi Pilgub, karena hal itu akan menjadi prototipe pelaksanaan Pemilu 2009 lalu. Dan saat ini pun, penguasa tersebut tentu sangat berambisi untuk mengulang kembali “kesuksesan” kecurangannya seperti dulu. “Saya minta cara-cara seperti ini benar-benar dihentikan. Mari kita berdemokrasi secara beradab,” pinta Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid ini.
Tentu saja ajakan Rizal Ramli untuk tidak bermain curang, bukannya tak punya alasanya. Sebab harus diakui, bahwa tak ada seorang manusia pun yang mau dicurangi.
Di samping memang dalam ajaran Islam terdapat Surah Al-Muthoffifin yang menegaskan larangan berbuat curang, juga banyak Hadits yang mengingatkan agar manusia sebisanya menghindari sifat dan tindakan curang dalam setiap sisi kehidupan.
Di antaranya, dari Abdullah bin ‘Amr rodhiallohu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Empat (hal) yang barangsiapa terdapat pada dirinya keempat itu, maka dia adalah seorang munafik tulen, barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari sifat sifat itu, maka pada dirinya terdapat sifat munafik sampai dia meninggalkannya, (yaitu) apabila dipercaya dia berkhianat, apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia menipu, dan apabila bertengkar (bertarung) dia fajir (curang).”
Curang bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk penipuan. “Sesunguhnya aku (Ma’qil bin Yasar Al-Muzan) mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Barangsiapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan Surga atasnya’.”
Hadits lain menyebutkan: Dari Abu Darda‘, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (di Hari Kiamat) dibanding akhlak mulia” (H.R. Abu Daud, Ibn Majah, al-Turmudzi, dan Ahmad).
Sehingga itu, kecurangan sesungguhnya dapat menimbulkan banyak madharat baik di dunia maupun di akhirat. Maka seharusnya menghindari perbuatan tersebut dan saling mengingatkan untuk meninggalkannya. “Sebab pemimpin yang menang dengan menggunakan cara-cara curang tidak akan diberkahi oleh Tuhan,” lontar Rizal Ramli yang saat ini disebut-sebut sebagai salah satu sosok Capres 2014 yang paling ideal.(map/ams)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar