[RR1online]:
SAAT ini, Jusuf Kalla (JK) dan Rizal Ramli (RR), memang tak punya partai. Tetapi kalau mau jujur, kedua tokoh ini adalah merupakan figur yang mempunyai intelektual dan keahlian ampuh serta tangguh di bidang ekonomi (bidang substansial yang menjadi masalah krusial bangsa saat ini), keduanya bahkan memiliki rekam jejak sebagai sosok pemberani yang penuh dengan terobosan-terobosan dalam melakukan keberpihakan kepada rakyat. Silakan keduanya ditelusuri secara objektif!
SAAT ini, Jusuf Kalla (JK) dan Rizal Ramli (RR), memang tak punya partai. Tetapi kalau mau jujur, kedua tokoh ini adalah merupakan figur yang mempunyai intelektual dan keahlian ampuh serta tangguh di bidang ekonomi (bidang substansial yang menjadi masalah krusial bangsa saat ini), keduanya bahkan memiliki rekam jejak sebagai sosok pemberani yang penuh dengan terobosan-terobosan dalam melakukan keberpihakan kepada rakyat. Silakan keduanya ditelusuri secara objektif!
Banyak hal yang tak bisa dipungkiri dari kedua sosok tersebut, termasuk dengan karakternya yang sejak dulu selalu "gemar" melakukan langkah-langkah pengabdian, baik secara personal maupun secara organisasi dengan menempatkan rasa tanggung-jawab setinggi-tingginya dalam menyikapi setiap persoalan yang sedang dihadapi. Sehingga tak jarang, setiap persoalan yang dihadapinya pun selalu diikuti dengan jalan keluar untuk kepentingan banyak pihak, bukan untuk kelompok tertentu.
Tetapi, tak perlu heran, (bagai dalam film India) ketika kisah orang seperti JK dan RR telah diketahui memiliki kemampuan, keahlian dan kegemaran mengelolah persoalan dengan baik hingga bisa menemui solusi, maka di saat itu pula "lawan-lawan" politik pun bermunculan dari segala penjuru yang siap menghalau langkah orang seperti JK dan RR. Mengapa?
Karena memang selama ini, orang seperti JK dan RR memiliki karakter yang sangat menonjol sebagai figur yang paling tidak bisa diajak kompromi ketika ditawari ke situasi "gelap dan kotor", -pasti akan memberontak, dan ingin agar semuanya dapat diselesaikan dengan terang-terangan dan bersih, bukan "gelap-gelapan", seperti halnya saat ini banyak persoalan hukum, politik, ekonomi dan sosial yang diselesaikan melalui kompromi secara "gelap-gelapan", kotor dan bahkan amat jorok.
Sehingga, sesungguhnya JK dan RR dinilai sangat ideal dan cocok sebagai dua figur pemimpin yang diyakini mampu menjawab tantangan zaman, olehnya itu patut untuk didukung maju berpasangan sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden 2014.
Meski kedua figur ini dinilai mungkin pernah "bertentangan", tetapi sesungguhnya keduanya memiliki pandangan dan visi yang sama sebagai tokoh bangsa yang diyakini mampu membawa Indonesia ke jalan perubahan, yakni membentuk ekonomi Indonesia menjadi tangguh di Asia.
Hal ini sangat diyakini akan mampu diwujudkan, mengingat keduanya memang memiliki kualitas kemampuan yang tak perlu lagi diragukan. JK sebagai pengusaha sukses yang telah memiliki pengalaman sebagai Wakil Presiden, begitu pun dengan RR yang juga dikenal sebagai sosok ekonom senior yang telah berkiprah sebagai Menko Perekonomian, juga sempat sebagai Menteri Keuangan, jauh dari catatan kriminal, pelanggar HAM, apalagi koruptor, dan tak pernah terlibat dalam tindakan yang menyakiti hati rakyat.
Namun lagi-lagi, persoalannya adalah kedua figur ini bukan pemilik partai atau tidak berada dalam partai politik. Sehingga, meski sehebat bagaimana pun keduanya tetap terhambat untuk maju bertarung di Pemilu di negeri yang "katanya" berada di alam demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak politik warganya.
Sehingga, beberapa pertanyaan besar pun kemudian muncul dan mendesak untuk segera dijawab, yakni apakah parpol akan tetap memaksakan diri untuk memajukan kadernya masing-masing sebagai capres, kendati kader yang bersangkutan di semua parpol adalah "mungkin" jelas-jelas punya catatan hitam yang patut diduga hanya menambah masalah dan beban buat umat dan bangsa di negara ini?
Jika jawabnya "YA", maka sesungguhnya negeri ini memang sudah dirampas dan dimiliki oleh parpol. Dan rakyat sesungguhnya hanyalah sebagai "babu dan badut" politik yang wajib melayani dan menghibur jika "hanya" dibutuhkan.
JK berpasangan RR dalam uraian ini tak usah terlalu ditanggapi (namun jika dianggap patut, maka itu hak masing-masing individu). Sebab, dalam tautan artikel ini, JK dan RR hanyalah sosok "permisalan" yang mewakili sosok-sosok lainnya yang juga dinilai layak dimajukan sebagai Capres tetapi terkendala karena kini tak punya parpol, di antaranya Dahlan Iskan, Din Syamsuddin, Mahfud MD, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Anies Baswedan, Chairul Tanjung, Irman Gusman dan lain sebagainya.
Kalau pun saat ini beberapa parpol membuka konvensi untuk memberi kesempatan kepada figur non-parpol agar dapat dimajukan sebagai capres, tetapi jika konvensi pada akhirnya hanya terkesan berat-sebelah dan lebih memilih kader dari parpol itu sendiri, maka nantinya kualitas dan produk pemilu lagi-lagi jauh dari yang diharapkan.
Sehingga sesungguhnya, Indonesia takkan pernah mengalami kemajuan signifkan sampai kapan pun jika seluruh partai politik hanya berprilaku "congkak" dan saling memamerkan diri lebih hebat: punya uang segunung (entah dari mana), punya banyak kader berpangkat tinggi, mengaku punya pengikut dan simpatisan dari lapisan bawah, dan punya media massa untuk menghibur dan "menghipnotis" masyarakat, serta merasa punya kinerja dan andil lebih besar terhadap pelaksanaan pembangunan. Maka ketika semua ini dipelihara untuk digunakan sebagai "senjata", maka sekali lagi Indonesia sesungguhnya telah dipegang dan dikuasai oleh sekelompok elit parpol yang super-egois. Tanpa melibatkan SARA, masihkah ada yang jujur mengakui hal ini?(map/ams)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar