RRnews: Hiruk-pikuk politik jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 ternyata tidak membuat kaum Gusdurian larut dalam dukung mendukung pasangan capres-cawapres yang ada saat ini.
Bahkan, mazhab politik pluralisme kerakyatan yang dikembangkan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini nyaris tak terdengar, padahal kaum Gusdurian saat ini jumlahnya diyakini puluhan juta.
Adhie M. Massardi, salah seorang pentolan Gusdurian mengakui, awalnya Gusdurian memang cenderung memilih Joko Widodo alias Jokowi. Namun, sikap ini harus terkoreksi setelah Muhaimin Iskandar menjadi salah seorang pendukung Jokowi-Jusuf Kalla.
Adhie yang pernah bertindak sebagai jubir Gus Dur semasa Gus Dur menjabat presiden hingga setelah Gus Dur dilengserkan itu, mengaku bahwa selain karena adanya Muhaimin yang mendukung Jokowi, Gusdurian juga dengan secara tegas sejak dulu menolak sosok JK menjadi pendamping Jokowi. Sehingga itu, pasangan JKW-JK dinilai sarat dengan bau KKN yang begitu menyengat.
Terlebih mazhab JK adalah ekonomi antisubsidi BBM, sangat sulit membenahi inefisiensi, bahkan cenderung membiarkan korupsi gila-gilaan di sektor migas. Sehingganya pasangan JKW-JK ini diyakini sulit melibas mafia migas.
“Kebijakan JK tempo hari memangkas subsidi BBM hanya kian menguntungkan para pemain di sektor migas dengan menambah beban ekonomi kepada rakyat,” ungkap Adhie, seperti dikutip rmol.com.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini juga mengatakan kaum Gusdurian tidak memiliki keraguan sedikitpun untuk menolak Muhaimin Iskandar.
“Semua orang tahu, Muhaimin menghardik Gus Dur hingga terusir dari PKB. Padahal baik dirinya (Muhaimin) maupun PKB dibesarkan dengan penuh kesungguhan oleh Gus Dur,” terang Adhie lagi.
Karena merasa sangat terhina oleh Muhaimin, sampai-sampai Gus Dur tak pernah sedikit pun ingin memaafkan Muhaimin.
Sikap Gus Dur itu berbeda bila dibandingkan dengan Amien Rais, Megawati dan Akbar Tandjung yang ditengarai sebagai tokoh-tokoh di balik pelengseran Gus Dur dari kursi kepresidenan. Gus Dur mau memaafkan tokoh-tokoh itu.
Jika demikian, apakah Gusdurian akan mendukung pasangan Prabowo-Hatta?
“Belum tentu juga. Sebab meskipun di sana ada Mahfud MD, yang bisa saja diidentikan dengan figur Gus Dur, tapi pemerintahan yang akan dibangun Prabowo-Hatta bila nanti memenangi pilpres, belum memiliki tanda-tanda akan berjalan ke arah pluralisme kerakyatan,” jawab Adhie.
Dijelaskannya, kaum Gusdurian yang di dalamnya terdapat Nahdliyin dan umat non-Muslim pecinta persatuan dalam keberagaman serta demokrasi ini, akan menentukan sikapnya memilih pasangan Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta bila masing-masing pasangan bisa menampilkan komposisi kabinet bayangan (yang resmi). Sebab kalau hanya melihat capres-cawapres belaka, tidak ada yang meyakinkan.
“Kaum Gusdurian niscaya akan memilih pasangan capres-cawapres yang didukung kabinet (bayangan) yang memiliki integritas dan rekam jejak (track record) keberpihakan yang jelas kepada rakyat. Karena hanya orang-orang seperti itulah yang bisa merealisasikan janji-janji kampanye capres-cawapres,” tegas Adhie serius.(dem/rmol/rrnew).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar