Jumat, 02 Mei 2014

Menuju Pilpres 2014: “Jasmera= Jangan Sekali-kali Melupakan Rizal Ramli”

[RR1news]:
DAHULU, para pemimpin dan pendiri negara kita sejak muda memang sudah berjuang, dan hampir tidak ada waktu untuk memikirkan kepentingan pribadi. Di benak dan di hati mereka hanyalah semangat juang yang tinggi guna mempersembahkan yang terbaik demi bangsa dan negara ini agar terbebas dari belenggu penjajahan, meski jiwa dan raga harus menjadi taruhannya. Dan itu ditunaikannya dengan sepenuh hati, kecuali para pengkhianat dan penjilat para penjajah kala itu.

Sekarang, negara kita sudah merdeka selama hampir 69 tahun. Namun selama ini pula, kita tetap harus berjuang agar dapat menjadi tuan di negeri sendiri. Sebab, sejauh ini tanah air dan tumpah darah kita ternyata sedikit demi sedikit telah meluas dikuasai oleh negara asing, terutama sumber-sumber kekayaan alam kita selama ini sudah banyak disedot dan dinikmati oleh negara luar. Sehingga, tak sedikit warga negara kita justru harus terpaksa menjadi babu di negeri orang sebagai TKI demi menambal hidup karena pemimpin di negerinya sendiri tak mampu menjamin kesejahteraan hidup mereka.

Rakyat seharusnya segera sadar, bahwa pemimpin negara yang kita lahirkan selama Pemilu ternyata adalah pemimpin yang tidak mampu mengelola negara, tak mampu mengarahkan pembangunan nasional, tak mampu memperkuat kedaulatan ekonomi bangsa dan negara kita. Dan mereka cuma cenderung memperkaya diri sendiri. Yaa... kita selalu salah memilih pemimpin.

Dan kini, sebentar lagi kita akan kembali memilih pemimpin melalui pelaksanaan Pemilu Presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014. Kemudian, adakah kita akan salah memilih lagi pasangan calon pemimpin (Capres-Cawapres)..???

Saya sendiri belum bisa menjawab pertanyaan di atas. Tetapi yang pasti, sebelum memilih pasangan pemimpin yang akan disuguhkan oleh para parpol, tentunya terlebih dahulu saya “wajib” ikut berjuang di jalur independen guna memunculkan sosok yang layak dan tepat untuk ditawarkan ke parpol guna dilahirkan sebagai pemimpin, yakni sosok yang dinilai sebagai cerminan rakyat, bukan cerminan parpol atau pun cerminan dari kaum kapitalis.

Dan sejauh ini banyak tokoh terkini yang telah saya amati, dan sejauh mata-hati memandang serta sepanjang pikiran mengukur kedalaman logika, maka tokoh yang saya nilai memiliki komitmen dan konsisten berjuang sejak dulu di garis terdepan dengan tingkat totalitas pro-rakyat yang tinggi, adalah sosok Dr. Rizal Ramli. Dan sosok inilah yang saya nilai benar-benar sebagai sosok cerminan rakyat.

Sebab, sejak awal perjuangannya ketika masih sebagai aktivis mahasiswa, Rizal Ramli memang sudah mampu memunculkan pemikiran dan pergerakan yang dapat menjangkau kepentingan masa depan bangsa. Yakni dengan berani dan tegas melawan penguasa Orde Baru yang dinilainya sangat arogan dan otoriter.

Pergerakannya bulat membela kepentingan dan hak-hak rakyat secara idealis, baik melalui unjuk-rasa maupun dengan menulis buku yang dengan jelas-jelas menentang kekuasaan Orde Baru. Dan akibat dari perlawanannya tersebut, Rizal Ramli bersama sejumlah rekannya pun harus dijebloskan ke penjara selama hampir 2 tahun karena dinilai sebagai pihak yang bisa mematahkan ambisi penguasa kala itu.

Meski Rizal Ramli hanyalah terlahir sebagai yatim-piatu sejak usia 7 tahun, namun ia berhasil tumbuh di bawah bimbingan sang Ibu Pertiwi sebagai salah satu anak bangsa yang terpanggil untuk mendedikasikan jiwa dan hidupnya untuk rakyat. Sehingga para penjilat dan pemburu kekuasaan yang berkiblat kepada kepentingan kelompok tertentu dan negara luar pastilah sangat membenci dengan setiap pergerakan  Rizal Ramli.

Dan juga meski sebagai anak  yatim-piatu yang sudah kehilangan tempat menggantungkan cita-citanya, namun semangatnya untuk maju menerobos dan mewujudkan perubahan, sungguhlah tak pernah lelah dan surut dilakukan Rizal Ramli sejak dulu. Sehingga amat patut ditiru oleh anak bangsa lainnya.

Sebab, walau sejak dulu selalu saja dililit dengan situasi yang serba sulit, namun Rizal Ramli nyatanya berhasil menyelesaikan studinya dan meraih gelar Doktor di bidang ekonomi di Boston-University, AS. Bahkan mampu menembus masuk ke permerintahan yang diawali sebagai penasehat keuangan Fraksi ABRI di DPR ketika itu. Dari situ, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memberinya kepercayaan sebagai Kabulog menggantikan Jusuf Kalla.

Setelah sukses membenahi Bulog, Rizal Ramli pun ditarik masuk ke dalam Kabinet Persatuan Nasional sebagai Menko Perekonomian. Lalu ia diangkat menjadi Menteri Keuangan di kabinet yang sama.

Sayangnya, usia pemerintahan Presiden Gus Dur tidak awet karena sengitnya gesekan politik yang dimainkan oleh elit-elit politik kawakan. Namun meski begitu, Rizal Ramli toh masih mampu memperlihatkan kualitasnya dengan melakukan banyak perubahan signifikan, baik selaku Menko Perekonomian maupun sebagai Menteri Keuangan.

Untuk mengetahui apa saja yang sudah dilakukan Rizal Ramli ketika berada dalam pemerintahan, silakan di-klik sejumlah tautan ini: (Sebagai Kabulog, Menko Perekonomian1, Menko Perekonomian2, Menko Perekonomian3, sebagai Menkeu1, sebagai Menkeu2, selaku Preskom PT. Semen Gresik)

Setelah tidak di kabinet, Rizal Ramli diposisikan sebagai Presiden Komisari di PT. Semen Gresik (sekarang PT Semen Indonesia).  Namun ketika Presiden SBY mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM tahun 2008, Rizal Ramli yang masih menjabat di BUMN tersebut kembali terpanggil bergabung bersama mahasiswa, kaum buruh, dan kalangan LSM melakukan unjuk rasa di depan istana untuk menentang kebijakan tersebut karena dinilai sangat membebani hidup rakyat.

Dari situ, Rizal Ramli pun dipecat di saat PT Semen Gresik sesungguhnya berhasil berprestasi karena mengalami peningkatan kinerja. Sehingga di mata banyak pihak, pemecatan terhadap Rizal Ramli tersebut tidaklah profesional tetapi sangat sarat dengan nuansa politik. Namun terlepas dari itu, mana ada pejabat (atau tak usahlah dulu pejabat, PNS golongan rendahan saja) yang mau turun berdemo menentang kebijakan pemerintah...???

Langkah pengabdian Rizal Ramli sebagai anak bangsa yang selalu ingin mempersembahkan yang terbaik untuk negeri ini ternyata tidak harus terhenti begitu saja. Ia kemudian (kini-hingga sekarang) menjadi satu-satunya anak negeri yang dipercaya sebagai salah seorang anggota penasehat ekonomi di badan dunia PBB bersama para ekonom kelas internasional lainnya seperti peraih Nobel Ekonomi, Prof. Amartya Sen dari Harvard University, serta dua peraih Nobel lainnya, Prof. Sir James Mirrlees Alexander dari Inggris dan Dr. Rajendra K. Pachuri dari Yale University , Helen Hunt dari UNDP, Prof Francis Stewart dari Oxford University, Prof Gustave Ranis dari Yale University, Prof Patrick Guillaumont dari Prancis, Prof Nora Lustig dari Argentina, dan Prof Buarque dari Brasil.

Sebagai ekonom senior dan handal yang saat ini dimiliki oleh Indonesia, Rizal Ramli bahkan pernah ditawari untuk menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) ESCAP (Economic & Social Commission of Asia and Pacific, pada akhir tahun 2013 lalu. Namun Rizal Ramli ketika itu menolak secara halus. “Terima kasih dan terhormat atas tawaran jabatan yang prestisius itu. Namun, saya menolak karena masalah dan tantangan di Indonesia jauh lebih besar, memerlukan input dan kesungguhan untuk membuat Indonesia menjadi negara hebat di Asia,” demikian Rizal Ramli menyampaikan alasan penolakannya.

Dari sepenggal rentetan rekam jejak Rizal Ramli di atas, jujur saya adalah termasuk orang yang malu dan merasa tak ada yang bisa saya banggakan dibanding dengan kerja keras dan perjuang yang telah dilalui oleh Rizal Ramli secara mandiri. Sebab, siapa yang menyangka jika sosok yang sudah harus menjadi anak yatim-piatu di usia 7 tahun itu bisa dengan penuh ketegaran menjalani berbagai persoalan hidupnya yang datang silih berganti, tanpa ditopang oleh bantuan kedua orangtua, mertua, apalagi parpol tertentu.

Sehingga itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Rizal Ramli sesungguhnya adalah sosok yang patut menjadi contoh, sekaligus dapat membantu anak-anak bangsa (generasi muda) dalam melakukan revolusi mental, yakni agar tidak malas dan tidak cengeng dalam menghadapi setiap persoalan hidup yang menghadang.

Sekali lagi, Rizal Ramli adalah contoh dekat yang dapat ditunjuk sebagai sosok yang mampu melakukan terobosan-terobosan penting, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi bangsa dan negara ini.

Olehnya itu, tokoh seperti Rizal Ramli sesungguhnya adalah sosok yang dinilai sebagai cerminan rakyat. Sebab, perjuangannya sejak dulu memang selalu condong untuk kepentingan rakyat. Yakni dimulai dari perjuangannya membela hak-hak rakyat dengan menentang penguasa Orde Baru, sampai sekarang pun tanpa henti-hentinya Rizal Ramli memperjuangkan dan menyuarakan ekonomi konstitusi (kerakyatan). Dan bahkan kini Rizal Ramli adalah satu-satunya Capres atau Cawapres yang sangat gesit melawan korupsi.

Dengan pertimbangan semuanya tersebut, maka sangat tidaklah keliru jika sosok yang dinilai sebagai cerminan rakyat ini dapat pula diberi kesempatan untuk maju bertarung dalam Pemilu Presiden kali ini. Sebab saya yakin, jelang Pilpres kali ini amat banyak juga pihak yang mengimbau dengan serius agar “Jangan sekali-kali melupakan Rizal Ramli (Jasmera)”.

Apalagi memang diketahui, bahwa dari empat tokoh (lihat gambar/foto di atas) yang berdiri paling depan hanyalah tersisa Rizal Ramli yang belum mendapat (diberi) kesempatan untuk dipilih menjadi pemimpin di negeri ini. Dan jika ingin berdasar dari foto tersebut, maka kemungkinan besar Pilpres tahun 2014 kali ini adalah giliran Rizal Ramli.

Istilah “Jasmera” (Jangan sekali-kali melupakan Rizal Ramli) sebaiknya memang patut menjadi pertimbangan tersendiri dan hendaknya tidak dipandang sebelah mata oleh para parpol yang sedang mencari pasangan ideal untuk bertarung pada Pilpres 2014 ini.

Sebab, selama ini memang betul Rizal Ramli bukanlah kader parpol tertentu, tetapi para parpol sangat patut mempertimbangkan kelebihan yang dimiliki Rizal Ramli, di antaranya adalah:

1). Rizal Ramli adalah sosok ekonom senior (punya misi-visi yang jelas tentang pembangunan ekonomi negara);
2). Kandidat unggulan Konvensi Capres Rakyat;
3). Punya jaringan luas, baik di dalam maupun di luar negeri;
4). Punya dukungan riil yang sangat kuat dari sebagian besar Kaum Buruh, Aktivis, Intelektual (Mahasiswa dan Akademisi), Tokoh-tokoh Politik, Kaum Marhaen, Tokoh Lintas Agama, Kaum Pluralisme, sebagian dari keluarga kalangan Militer dan para Veteran, Sopir Angkutan Umum, Pedagang Kaki Lima, dan lain sebagainya yang kesemuanya tersebar di seluruh daerah di tanah air.

Selain itu, para parpol juga hendaknya dapat mempertimbangkan kondisi terkini tentang pandangan dan sikap publik sebagai akibat dari perilaku parpol, di antaranya adalah jumlah Golongan Putih (Golput) pada Pemilu sebelumnya dan Pemilu kali ini angkanya yang masih sangat tinggi.

Dan angka Golput yang tinggi tersebut tidak lain adalah merupakan sebuah kekecewaan tersendiri dari rakyat terhadap parpol, sekaligus menunjukkan bahwa rakyat sesungguhnya sangat mengharapkan lahirnya pemimpin yang dapat dinilai sebagai sosok cerminan rakyat. Sehingga sangat adil kiranya jika pihak parpol bisa mengusung pasangan calon yang satu dari kader parpol dan  satunya adalah dari rakyat (Capres dan Cawapres). Jika kedua-duanya dari kader parpol, maka perolehan suara Pilpres akan jauh lebih buruk dari Pileg.

SALAM PERUBAHAN 2014....!!!
-----------------
Sumber: KOMPASIANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar