Sabtu, 13 Juli 2013

Inilah Pasangan Capres 2014 yang Terbaik untuk Bangsa


[RR1online]
KETIKA disadari bahwa negeri ini sesungguhnya masih diliputi dengan banyak masalah yang hingga kini juga tak kunjung mampu diselesaikan oleh pemerintah, maka tentu ada yang salah di negeri ini.

Di mana letak kesalahannya? Pertanyaan seperti ini rasa-rasanya tak perlu lagi dijawab! Cukup rakyat (di luar elit) saja yang merasakan dan memendam jawabannya hingga menggumpal serta membeku di dalam hati. Sebab, di kala rakyat menangis dan berteriak pun pemerintah tak lagi mendengarnya.

Hal tersebut diutarakan oleh Abdul Muis Syam selaku Koordinator Tim Relawan Pendukung Rizal Ramli (TRP-RR)-Regional Sulawesi, Maluku & Papua, usai membentuk Tim Relawan Wilayah Sulawesi Selatan, Kamis (4/7/2013), di Makassar.

Dikatakannya, barangkali memang betul, pemerintah yang sedang berkuasa saat ini hanya mendapat restu dari “bumi”, namun tidak dari “langit”. Dan barangkali juga memang betul, bahwa jabatan sebagai penguasa bisa menjadi rahmat namun boleh jadi juga sebagai musibah bagi diri dan bangsa di negeri ini.

“Silakan, bisa ditengok kembali, berapa banyak sudah peristiwa yang terjadi secara tragis. Musibah dan malapetaka begitu banyak terjadi dan berdatangan secara bertubi-tubi, -seakan tak mengenal ampun-,  menghantam negeri ini hingga sempoyongan dan babak-belur. Dan sungguh, peristiwanya pun telah melampaui akal sehat manusia,” ujar Muis.

Bagaimana tidak, katanya, belum sempat menarik nafas, tiba-tiba terdengar lagi hantaman bencana dan malapetaka berikutnya yang menelan korban yang tak sedikit. Dibuka dengan tsunami di Aceh, lalu disusul di mana-mana terjadi gempa bumi, banjir, tanah longsor, bahkan kecelakaan-kecelakaan di darat, laut dan udara.

Segenap kalangan pun, katanya Muis, memandang bahwa semua itu adalah peringatan dari Tuhan Sang Pemilik Alam Semesta ini. Bahkan sebagian besar masyarakat lainnya menyimpulkan, bahwa Tuhan sudah mulai murka atas segala kemunafikan dan perilaku para pemimpin yang kelewat batas, --termasuk merusak lingkungan serta merampas dan melahap hak-hak rakyat kecil melalui korupsi, persekongkolan para elit menjual kekayaan alam negeri ini ke pihak asing untuk kepentingan kelompok tertentu saja.

Belum lagi dengan angka kriminalitas yang mulai meningkat, misalnya, KDRT, pencurian, penculikan, perampokan, penjualan dan membuang bayi sendiri, adalah tanda bahwa rakyat sedang lapar, ekonomi mereka terpuruk.

Belum lagi kasus pembakaran Lapas, penyerangan kantor polisi, tawuran, aksi anarkis, adalah bagian dari bukti negeri ini sedang dipimpin oleh penguasa yang nampaknya sudah kehilangan kewibawaan, karena penguasa saat ini dinilai hanya lebih pandai mengurus diri, keluarga dan kelompoknya saja. Sementara, rakyat masih begitu banyak yang hidup dalam kondisi ekonomi yang sangat lemah.

Padahal, lanjut Muis, dari semua masalah yang terjadi saat ini biangnya hanyalah terletak pada masalah EKONOMI. Sayangnya, masalah ekonomi inilah justru yang tak mampu diatasi oleh pemerintah saat ini. Ditambah lagi dengan masalah penanganan bidang yang banyak ditangani oleh bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya jika sebuah pekerjaan dilakukan oleh bukan ahlinya.

Parahnya, pemerintah yang sejauh ini belum mempersembahkan prestasi apa-apa untuk negeri ini malah tega menghantam “perut” dan mencekik leher rakyat dengan kebijakannya menaikkan harga BBM. Meski setelah menghantam perut dan mencekik leher rakyat, pemerintah kemudian membujuk rakyat dengan BLSM yang sesungguhnya bukanlah sebagai solusi atas kesulitan ekonomi rakyat, sebab harga cabai saja saat ini sudah sangat tinggi mencapai Rp.100 ribu perkilo.

Menurut Ketua Presidium Majelis Kedaulatan Rakyat (MKRI) Provinsi Gorontalo ini juga, kenaikan harga BBM bagi banyak pihak memandang,  adalah hanya akal busuk pemerintah dalam “mengamankan” kekuasaannya agar bisa tetap kokoh. Bahwa, harga BBM harus naik, supaya lawan-lawan politik tidak bisa berbuat banyak untuk demo dan menggulingkan kekuasaan karena pasti terhambat dengan cost-mobilisasi massa yang sangat tinggi terkait dengan harga BBM yang mahal.

Artinya, menurut Muis, orang-orang pasti akan lebih banyak menolak untuk melakukan demo karena ekonomi mereka saja saat ini sudah sangat susah, harga BBM naik menjelang pergantian tahun ajaran baru sekolah, dan memasuki bulan puasa dan lebaran. Sehingga dengan pertimbangan situasi seperti itulah pemerintah yakin bahwa rakyat tidak akan bisa berbuat apa-apa (melakukan demo dan aksi protes) selain mengeluh. Dan sungguh, pemerintah telah berhasil membuat rakyat ini kembali berada pada posisi “pasrah”.

Sehingga, menurut Muis yang juga sebagai Ketua DPD Partai Kedaulatan Provinsi Gorontalo ini, bahwa dengan menyadari kondisi tersebut di atas, rakyat saat ini hendaknya jangan bermasa bodoh, karena masih ada kesempatan untuk melakukan sebuah PERUBAHAN, yakni dalam ajang penyelenggaraan Pemilu pada tahun 2014 mendatang. “Manfaatkanlah kesempatan itu dengan hanya memilih figur yang memiliki pemikiran, perjuangan dan pergerakannya benar-benar adalah hanya demi rakyat,” tegas Muis

Dan tanpa bermaksud memaksakan kehendak, katanya, maka figur pasangan Capres 2014 yang terbaik untuk mengatasi persoalan ekonomi bangsa dan negara ini adalah: pasangan DR. Rizal Ramli dan Puan Maharani (RAPI).

Mengapa harus RAPI? Sederhana saja, menurut Muis, Rizal Ramli (RR) di saat sebagai mahasiswa ITB telah pernah dipenjara karena melawan dan menentang agar Soeharto tak lagi menjadi Presiden. Selanjutnya, di era Pemerintahan SBY, RR pernah dijadikan tersangka karena memimpin demo dan memperjuangkan agar harga BBM tidak naik.

Lalu mengapa harus Puan Maharani? Muis menjelaskan, bahwa bentunya karena di antara cucu Bung Karno, maka Puan adalah yang paling kelihatan mewarisi darah politik kakeknya itu. Dan Rizal Ramli memiliki “kesamaan” dengan Bung Karno, yakni sama-sama dari ITB, sama-sama memperjuangkan nasib rakyat, pernah mendekam di penjara di Sukamiskin di bilik yang sama, dan dikenakan pasal yang sama yakni pasal 160 KUHP, bedanya Bung Karno dikenakan oleh Pemerintahan Belanda, sedangkan Rizal Ramli dikenakan oleh Pemerintahan Orba.

Bahkan Pemerintahan SBY pun sempat menjadikan Rizal Ramli sebagai tersangka dengan pasal yang sama, padahal ketika itu Rizal Ramli hanya turut berjuang bersama rakyat kecil dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM pada 2008 silam. Dengan dijadikannya Rizal Ramli sebagai tersangka, tidak sedikit pihak menduga dan bahkan merasa yakin bahwa Rizal Ramli sengaja dihambat agar tidak leluasa untuk maju sebagai calon presiden kala itu.

“Agar lebih bisa lebih mengetahui kedua figur ini, tak ada salahnya jika ditelusuri jejak rekam kedua figur tersebut, lalu  bandingkan dengan figur-figur lainnya. Selanjutnya, silakan menentukan pilihan dengan penuh kesadaran tentang masa depan bangsa dan negeri tercinta ini,” ajak Muis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar